Memanfaatkan AI untuk Memprediksi Pandemi Masa Depan
Teknologi | 2024-02-06 09:54:52BISA dibilang kita semua telah berhasil melewati masa-masa sulit ketika pandemi COVID-19 merundung umat manusia di seluruh dunia.
Saat ini kita mungkin boleh sedikit lega lantaran kembali mampu menjalani kehidupan secara normal. Meski demikian, kita tidak boleh terlena.
Covid-19 mungkin saja bukan pandemi terakhir dan satu-satunya yang kita hadapi. Di masa depan, bisa saja pandemi lain merundung kita semua. Lantas apa yang perlu kita lakukan?
Saat ini kita berada dalam era di mana kemajuan teknologi demikian mencengangkan. Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin telah kita miliki, dan telah kita manfaatkan dalam berbagai bidang.
Dengan bantuan kecerdasan mesin dan pembelajaran mesin, kita sesungguhnya mam menganalisis dan bahkan memprediksi penyakit menular di masa depan dan sekaligus meperikirakan sebeberapa besar dampaknya serta bagaimana cara terbaik memitigasinya.
"Pendekatan yang digunakan untuk melacak dan memprediksi wabah penyakit di masa lalu sering kali tertinggal dari penyakit itu sendiri, yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada manusia dan hewan. Jika kita terus melakukan hal yang sama, virus berikutnya mungkin akan lebih buruk daripada COVID-19," kata Kenny Yeh, Direktur Senior, MRIGlobal, sebagaimana dikutip laman mriglobal.org.
Menurutnya, untuk mengatasi penyakit di masa depan secara lebih efektif, pihaknya mengajak para peneliti untuk meningkatkan kolaborasi melalui penggunaan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin serta teknologi lainnya.
"Dengan melakukan hal tersebut, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk secara proaktif terlibat dan menyelesaikan penyakit menular yang sedang berkembang di seluruh dunia, dan berpotensi menyelamatkan nyawa," jelasnya.
Data dan kajian menunjukkan bahwa dalam dekade terakhir, kasus-kasus penyakit yang ditularkan melalui vektor -- infeksi yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk, kutu -- kian meningkat.
Dipicu dan diperburuk oleh perubahan iklim, perubahan suhu, curah hujan, dan vegetasi membantu vektor-vektor ini dan penyakit yang dibawanya -- seperti Malaria dan penyakit Lyme -- memperluas jangkauannya ke wilayah geografis yang sama sekali baru.
Hal tersebut mengakibatkan populasi manusia yang rentan, termasuk mereka yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit-penyakit tersebut, terkena dampak dari peningkatan angka kesakitan dan kematian. Memantau dan memprediksi kejadian-kejadian tersebut secara efektif sangat penting untuk menjaga kesehatan global.
Dalam konteks itulah, pendekatan multidisiplin yang menyatukan para pakar yang menguasai berbagai teknologi dan aliran data dibutuhkan. Inovasi dalam analisis prediktif menggunakan perangkat kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin dapat digunakan, sehingga kita bisa melakukan langkah antisipatif sehingga wabah penyakit dapat benar-benar dikendalikan sebelum menjadi sebuah pandemi global.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.