Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Sejauh Mana Dampak Nanoplastik bagi Tubuh Kita?

Gaya Hidup | Monday, 05 Feb 2024, 06:26 WIB
Berdasar penelitian, air dalam kemasan dapat mengandung partikel nanoplastik. Foto: Getty Images via forbes.com.

SATU liter air minum dalam kemasan rata-rata mengandung hampir seperempat juta keping nanoplastik. Demikian menurut penelitian teranyar yang hasilnya diterbitkan pada bulan Januari lali di Prosiding National Academy of Sciences.

Dalam penelitian terbaru ini, para ilmuwan mengembangkan teknik pencitraan baru yang menunjukkan bahwa jumlah partikel nanoplastik dalam air minum kemasan antara 10 dan 100 kali lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya. Begitu dijelaskan Dr. Wei Min, seorang ahli biofisika di Universitas Columbia dan salah satu penulis penelitian tersebut.

"Jutaan ton plastik diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya," sebut Dr. Douglas Walker, seorang ahli kimia analitik di Emory University yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Partikel mikroskopis dari plastik dapat masuk ke dalam makanan dan minuman dalam proses pembuatannya. Partikel tersebut mungkin masuk melalui pipa plastik yang digunakan dalam mesin, misalnya atau larut dari kemasan seperti botol plastik.

"Jika Anda berpikir tentang potensi keberadaan mereka sebagai kontaminan lingkungan, itu sangat besar," katanya.

Namun, meskipun nanoplastik dan partikel yang sedikit lebih besar, yang dikenal sebagai mikroplastik, semakin banyak ditemukan dalam makanan, minuman, dan bahkan tubuh kita, efeknya terhadap kesehatan kita sejauh ini masih belum jelas.

Para peneliti belum memiliki bukti yang kuat tentang bagaimana partikel-partikel ini dapat memengaruhi kesehatan kita. Beberapa penelitian kecil telah menemukan bahwa partikel-partikel ini dapat melewati sawar darah otak, masuk ke dalam plasenta, dan muncul dalam urin kita.

"Tetapi jika mikroplastik atau nanoplastik tertentu ada dalam suatu jaringan, itu tidak selalu berarti bahwa hal itu menyebabkan kerusakan," kata Dr Konstantinos Lazaridis, seorang ahli pencernaan yang mempelajari peran faktor lingkungan dalam penyakit hati di Mayo Clinic.

Ada kemungkinan bahwa potongan-potongan plastik kecil hanya melewati tubuh kebanyakan orang tanpa menyebabkan banyak kerusakan, tambah Dr Lazaridis. Atau mungkin saja partikel-partikel lingkungan ini hanya berdampak pada orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan genetik terhadap penyakit, tambahnya.

Beberapa peneliti berteori bahwa mikroplastik mungkin berada di balik pola penyakit yang belum dapat dijelaskan oleh penyebab lain, seperti peningkatan kanker kolorektal di kalangan anak muda, atau peningkatan penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Namun, penelitian ini masih jauh dari kesimpulan definitif.

"Para ilmuwan yang mempelajari mikroplastik dan nanoplastik percaya bahwa semakin kecil ukuran partikelnya, semakin berbahaya," jelas Dr. Wei Min. Dengan kata lain, nanoplastik mungkin memiliki dampak yang lebih besar terhadap kesehatan daripada mikroplastik karena jumlahnya lebih banyak, dan karena mereka mungkin lebih mudah masuk ke dalam sel.

Semakin banyak literatur yang menunjukkan bahwa setidaknya beberapa zat aditif dan bahan kimia yang ditemukan di dalam dan di samping plastik dapat membahayakan kesehatan kita, kata Dr. Walker. Ini termasuk bahan kimia seperti bisphenol A, atau BPA, yang telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan diabetes tipe 2; zat per- dan polifluoroalkil, atau PFAS, yang dapat memengaruhi kesuburan; dan ftalat, yang dapat mengganggu hormon.

Namun, banyak bahan kimia lain yang digunakan dalam pembuatan plastik belum diteliti toksisitasnya pada manusia. Satu studi mengidentifikasi lebih dari 10.000 senyawa unik yang digunakan dalam pembuatan plastik dan menemukan bahwa hanya sebagian kecil yang telah dievaluasi untuk mengetahui potensi dampaknya terhadap kesehatan. Demikian dituturkan Dr. Walker.

Para ahli juga perlu lebih memahami seberapa cepat berbagai partikel dan zat tambahan plastik masuk ke dalam sistem tubuh kita, berapa banyak yang perlu terakumulasi untuk menimbulkan efek dan berapa lama mereka bertahan.

Menurut Dr. Walker, kita mungkin tidak dapat menghindari nanoplastik atau mikroplastik sepenuhnya, tetapi jika kita ingin berhati-hati, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi paparan.

Pertama, minumlah air keran yang telah disaring bila memungkinkan. Filter yang memiliki ukuran pori-pori 1 mikron atau kurang dapat membantu mengurangi mikroplastik di dalam air. Pori-pori mikron yang lebih kecil akan lebih baik dalam menyaring partikel-partikel yang lebih kecil. Tetapi, kata Dr. Walker, kita harus memastikan filter tidak terbuat dari plastik. Sebagai gantinya, gunakanlah filter keramik atau karbon yang telah disertifikasi.

Kedua, ketika sedang bepergian, pertimbangkan untuk menggunakan botol yang terbuat dari kaca atau baja tahan karat. Tapi jika perlu menghidrasi dan yang bisa kita akses hanyalah air kemasan dalam plastik, tidak apa-apa. Begitu kata Dr Walker. Kita dapat meminimalkan degradasi plastik dengan menjauhkan botol plastik dari sinar matahari dan panas.

Jika kita ingin mengurangi paparan lebih lanjut, jelas Dr. Walker, cobalah membatasi penggunaan produk plastik lainnya, seperti wadah makanan dan tas belanjaan sekali pakai.***

Sumber: The New York Times

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image