Tangga Surga di Balik Duri-duri Cobaan
Agama | 2024-02-04 07:04:03Allah telah memberikan keistimewaan tersendiri kepada orang-orang mukmin, keistimewaan yang tidak diberikan kepada orang-orang kafir. Sebagaimana telah diketahui, semua urusan mukmin pasti baik. Mereka senantiasa bersabar saat menerima cobaan, dan bersyukur saat mendapatkan kenikmatan. Karena kesabaran dan syukur inilah, Allah akan memberikan pahala yang berlimpah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Bukankah warna kehidupan manusia selalu berkisar antara cobaan dan kenikmatan? Jika demikian, masih pantaskah manusia mencari kebahagiaan di luar Islam? Tentu saja hal tersebut mustahil.
Maka, sudah semestinya seorang mukmin membesarkan hati dengan agamanya dan nikmat yang Allah berikan. Itulah karunia Allah khusus bagi orang-orang mukmin, dan Allah pasti menepati janji-Nya.
Seorang muslim sejati tidak boleh menolak atau membantah keistimewaan mukmin ini, apalagi menganggapnya tidak adil dan bijaksana bagi umat di luar Islam. Sebab pada hakikatnya, yang membedakan manusia adalah iman dan ketauhidannya kepada Allah. Tanpa iman, maka hilanglah kedudukannya di sisi Allah.
Oleh karena itu, sama sekali tidak mengherankan jika cobaan yang menimpa mukmin justru akan menghapus dosa-dosanya. Cobaan tersebut bagaikan kaffarat bagi kesalahan yang diperbuat. Sebagaimana Rasulullah menegaskan dalam hadits, bahwa mukmin akan terus menerus diuji oleh Allah. Bukan sekali dua kali, melainkan berkali-kali sepanjang hidupnya. Karena hidup manusia memang sarana ujian, untuk menguji kadar keimanannya.
Mungkin ada masa dimana hari-hari mukmin diwarnai kesehatan dan kelimpahan. Namun bisa jadi pada masa lain justru derita yang lebih mendominasi. Meski demikian, yang pasti hidup seorang mukmin akan selalu diwarnai berbagai cobaan yang menguji kesabarannya.
Lantas, mengapa Allah menguji hamba-hamba-Nya yang mukmin? Ada beberapa hikmah di balik cobaan tersebut:
1. Untuk meningkatkan derajat mukmin di sisi Allah
Semakin berat cobaan yang Allah berikan, semakin besar pula pahala bagi mereka yang bersabar. Dengan kesabaran menghadapi cobaan, derajat mukmin akan semakin tinggi di sisi Allah.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
"Sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
2. Untuk membersihkan dosa
Sebagaimana hadits Nabi di atas, cobaan yang diturunkan kepada mukmin dapat menghapus dosa-dosanya, baik dosa besar maupun kecil. Musibah atau cobaan adalah kaffarat atau penebus dosa bagi orang mukmin.
Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, sakit, duka nestapa, bahkan duri yang menyakitinya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya." (HR. Bukhari)
3. Untuk menguji keimanan
Cobaan yang menimpa umat muslim bertujuan untuk menguji seberapa kuat keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah. Apakah mereka tetap istiqomah dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya meski sedang diuji.
Allah berfirman: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Itulah 3 hikmah utama mengapa Allah menurunkan cobaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Jadi, sudah sepatutnya kita senantiasa bersabar dan ridha dengan ujian yang menimpa, karena di balik itu ada kebaikan yang Allah sediakan.
Dengan kesabaran menghadapi cobaan, Allah akan mengangkat derajat kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Cobaan tersebut juga akan mempertebal keimanan kita kepada-Nya. Maka marilah kita jadikan cobaan sebagai batu loncatan mendekatkan diri kepada Allah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.