Kenapa Demensia Jarang Terjadi di Era Aristoteles?
Gaya Hidup | 2024-02-03 09:55:07AGAKNYA demensia menjadi gangguan yang selalu menghantui umat manusia. Bentuk kehilangan ingatan yang parah ini sebenarnya adalah penyakit modern
Sebuah analisis baru terhadap teks-teks medis Yunani dan Romawi kuna menunjukkan bahwa demensia sangat jarang terjadi pada 2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu, pada masa Aristoteles, Galen, dan Pliny.
Kajian baru ini mendukung gagasan bahwa penyakit Alzheimer serta demensia adalah penyakit yang dipicu oleh lingkungan dan gaya hidup modern. Demikian menurut para peneliti, yang hasilnya dipublikasikan di Journal of Alzheimer's Disease.
"Orang Yunani kuna mengidap sangat, sangat sedikit dan kami menemukannya, seperti gangguan kognitif ringan," jelas peneliti utama, Caleb Finch, seorang profesor di Leonard Davis School of Gerontology, University of Southern California, seperti dikutip kantor berita UPI.
"Ketika kami sampai di Romawi dan kami menemukan setidaknya empat pernyataan yang menunjukkan kasus demensia lanjut yang jarang terjadi, kami tidak tahu apakah itu Alzheimer. Jadi, ada perkembangan dari zaman Yunani kuna ke zaman Romawi," sambungnya.
Orang Yunani kuna mencatat beberapa masalah memori yang berkaitan dengan usia yang saat ini diklasifikasikan sebagai gangguan kognitif ringan.
Namun, menurur para peneliti, orang Yunani di masa lalu tidak pernah mengamati sesuatu yang mendekati hilangnya ingatan, kemampuan berbicara dan penalaran yang disebabkan oleh Alzheimer dan demensia lainnya.
Berabad-abad kemudian di Romawi kuna, beberapa penyebutan masalah otak seperti demensia mulai muncul.
Seorang dokter terkenal di Kekaisaran Romawi, Galen, mengamati bahwa pada usia 80 tahun, beberapa orang lanjut usia mulai mengalami kesulitan untuk mempelajari hal-hal baru.
Sementara itu, seorang naturalis, Pliny, saat itu mencatat bahwa seorang senator dan orator terkenal, Valerius Messalla Corvinus, lupa akan namanya sendiri.
Cendekiawan Romawi Cicero pernah menulis bahwa kekonyolan lansia adalah karakteristik orang tua yang tidak bertanggung jawab, tapi tidak semua orang tua.
Para peneliti berspekulasi bahwa polusi di kota-kota Romawi meningkat seiring dengan pertumbuhannya, sehingga meningkatkan kasus penurunan kemampuan berpikir.
Orang Romawi juga tanpa disadari mengekspos diri mereka pada timbal yang bersifat neurotoksik dengan menggunakan bejana masak dari timbal dan pipa air dari timbal. Mereka bahkan menambahkan timbal asetat ke dalam anggur mereka untuk mempermanis rasanya. Demikian jelas tim peneliti, seraya menyatakan hal tersebut sejalan dengan teori-teori saat ini yang sebagian besar menyalahkan perilaku kurang gerak dan paparan polusi udara sebagai penyebab utama demensia
Untuk mengecek kembali hal tersebut, Finch beralih ke penelitian modern tentang suku Tsimane Amerindian, sebuah suku asli di Amazon Bolivia.
Menurut tim peneliti, suku Tsimane mencerminkan orang Yunani dan Romawi kuna, karena mereka memiliki gaya hidup pra-industri yang sangat aktif.
Mereka juga memiliki tingkat demensia yang sangat rendah yakni sekitar 1%, dibandingkan dengan 11% orang Amerika yang berusia 65 tahun ke atas.
"Data dari suku Tsimane sangat berharga," kata Finch. "Ini adalah populasi besar lansia yang terdokumentasi dengan baik yang memiliki demensia minimal, yang semuanya mengindikasikan bahwa lingkungan adalah penentu besar risiko demensia. Mereka memberi kita template untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini."
Hal lengkap penelitian terkait Studi baru ini diterbitkan baru-baru ini di Journal of Alzheimer's Disease.
Tren ini sejalan dengan teori-teori saat ini yang sebagian besar menyalahkan perilaku kurang gerak dan paparan polusi udara sebagai penyebab utama demensia, kata Finch.
Untuk mengecek kembali pengamatan ini mengenai dunia kuno, Finch beralih ke penelitian modern tentang suku Tsimane Amerindian, sebuah suku asli di Amazon Bolivia.
Suku Tsimane mencerminkan orang Yunani dan Romawi kuno, karena mereka memiliki gaya hidup pra-industri yang sangat aktif, kata para peneliti.
Mereka juga memiliki tingkat demensia yang sangat rendah - sekitar 1%, dibandingkan dengan 11% orang Amerika yang berusia 65 tahun ke atas.
"Data suku Tsimane sangat berharga," kata Finch. "Ini adalah populasi besar lansia yang terdokumentasi dengan baik yang memiliki demensia minimal, yang semuanya mengindikasikan bahwa lingkungan adalah penentu besar risiko demensia. Mereka memberi kita template untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini." tambahnya.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.