Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Partikel Plastik dalam Produk Makanan

Gaya Hidup | Thursday, 01 Feb 2024, 18:32 WIB
Plastik jadi salah satu masalah besar bagi lingkungan saat ini. Foto: Thoudy Badai/Republika.

PENELITIAN teranyar yang dilakukan oleh organisasi nirlaba asal Amerika, Consumer Reports, menemukan bahwa partikel plastik secara luas ditemukan dalam makanan.

Dalam sebuah laporannya yang dirilis belum lama in, Consumer Reports mengatakan bahwa 84 dari 85 produk makanan yang mereka uji mengandung "plasticizer" yang disebut ftalat, bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik agar lebih tahan lama.

Makanan-makanan yang diuji berasal dari makanan yang dijual di supermarket dan restoran.

Para peneliti juga mengatakan bahwa 79 persen dari makanan yang diperiksa mengandung bisphenol A (BPA), bahan kimia lain yang ditemukan dalam plastik, dan bisphenol lainnya. Namun, kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan tes yang dilakukan pada tahun 2009 lalu.

Consumer Reports mengatakan bahwa semua tingkat ftalat berada dalam batas yang ditetapkan oleh regulator AS dan Eropa. Namun, ini bukan berarti bahan kimia tersebut aman untuk dimakan. Menentukan tingkat yang dapat diterima untuk bahan kimia tersebut dalam makanan adalah hal yang rumit.

Para pejabat di AS dan Eropa telah menetapkan batas hanya untuk bisphenol A (BPA) dan beberapa ftalat. Semua makanan yang diuji masih berada dalam batas-batas tersebut, kata para ahli.

Namun, apakah itu berarti aman untuk dimakan? Para peneliti mengatakan tidak.

Tunde Akinleye, seorang ilmuwan di bidang pengujian makanan, mengatakan bahwa banyak dari bahan kimia tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah terkini, katanya.

"Kami tidak merasa nyaman untuk mengatakan bahwa tingkat ini tidak apa-apa," kata Akinleye

Ftalat dan bisphenol dapat mengganggu produksi dan pelepasan hormon estrogen dan hormon lainnya dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko cacat lahir, kanker, diabetes, masalah reproduksi, gangguan perkembangan, dan kondisi kesehatan lainnya.

Di antara makanan supermarket yang diuji, Organic Cheesy Ravioli mengandung paling banyak ftalat. Buah persik Del Monte dan salmon merah muda Chicken of the Sea juga mengandung ftalat yang tinggi.

Peningkatan kadar ftalat juga ditemukan pada produk sperti Cheerios, makanan bayi Gerber, dan yogurt Yoplait. Dan para peneliti menemukan peningkatan kadar pada hamburger, ayam, dan kentang dari restoran cepat saji Wendy's, Burger King, dan McDonald's.

Consumer Reports juga menemukan beberapa perbedaan besar dalam kadar di antara produk serupa. Sebagai contoh, beberapa ayam dari McDonald's mengandung ftalat empat kali lebih banyak daripada produk ayam serupa dari Wendy's.

"Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun bahan kimia ini tersebar luas, ada beberapa cara untuk mengurangi kandungannya dalam makanan kita," ujar James Rogers, yang bertugas mengawasi pengujian keamanan produk Consumer Reports.

Polar raspberry lime seltzer adalah satu-satunya produk yang diuji yang tidak mengandung ftalat.

General Mills memproduksi produk-produk makanan seperti Annie's, Cheerios, dan Yoplait. Perusahaan ini tidak menjawab permintaan komentar yang diajukan Reuters. Burger King dan Wendy's juga tidak segera menjawab permintaan komentar atas masalah ini.

Chicken of the Sea dan Del Monte mengatakan bahwa mereka tidak menambahkan ftalat ke dalam makanan mereka, dan bahwa pemasok mereka juga menjamin hal yang sama.

Del Monte menambahkan bahwa ftalat tersebar luas di lingkungan.

Adapun Gerber dan McDonald's mengatakan bahwa mereka mengikuti peraturan pemerintah yang berkaitan dengan produk mereka dan juga mewajibkan pengujian untuk kemasan makanan.***

Sumber: Reuters, Voice of America

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image