Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vivi nurwida

Beban Hidup Kian Menekan, Fitrah Ibu Tengah Dimatikan

Agama | Wednesday, 31 Jan 2024, 11:03 WIB

Seorang ibu ibarat cahaya yang bersinar untuk menerangi kehidupan anak-anaknya. Ia mencurahkan kasih sayangnya dengan segenap hati. Ia pun rela mengorbankan apapun untuk buah hatinya. Tidak ada yang bisa mengganti kasih sayang seorang ibu. Ia adalah malaikat tak bersayap yang dikirimkan Allah untuk membersamai anak-anaknya dengan segenap jiwanya.

Namun, hari ini kita melihat berbagai media banyak berseliweran memberitakan hilangnya fitrah keibuan ini. Gempar seorang ibu menganiaya hingga tega membunuh darah dagingnya sendiri.

Fakta terbaru, seorang ibu yang berusia 38 tahun, di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan. Ia membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Bayi malang itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar (Kumparannews, 24-01-2024).

Fakta ini bukanlah satu-satunya. Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak berita serupa yang sempat menggemparkan warga jagat yang bisa kita telusuri kembali.

Bagaimana bisa, sosok yang diibaratkan malaikat tak bersayap ini berubah menjadi iblis yang kejam? Apa saja faktor yang melatarbelakangi matinya fitrah keibuan ini dan bagaimana menghentikannya?

Faktor Penyebab

Berbagai faktor melatarbelakangi kasus kekejian seorang ibu kepada anak kandungnya. Namun, faktor yang paling banyak terjadi adalah karena sang ibu mengalami stres berat. Stres ini ialah reaksi tubuh seseorang yang muncul karena adanya ancaman, tekanan atau suatu perubahan. Stres juga bisa terjadi karena putus asa, marah atau gugup.

Penyebab munculnya stres pada diri para ibu ini kebanyakan terjadi karena faktor ekonomi. Sebagaimana fakta yang tertera di atas, alasan sang ibu tega membunuh bayi yang baru dilahirkannya adalah karena ketakutan akan biaya untuk membesarkannya. Begitu juga dengan kasus-kasus serupa, alasan pembunuhan anak oleh orangtua kandungnya, tak jauh dari persoalan ekonomi. Mulai dari susahnya mencari pekerjaan, mahalnya biaya hidup, mahalnya pendidikan, kesehatan dan bahan pokok, minimnya keahlian khusus, menjadikan ketakutan atau tingkat stres meningkat hingga mencari tumbal nyawa.

Selain itu masalah keharmonisan keluarga juga menjadi faktor penyebab terjadinya kasus ini. Percekcokan dengan suami, kdrt, saling menuntut juga menimbulkan stres. Jika tidak mampu mengendalikan, ibu bisa saja melampiaskan amarahnya pada orang terdekatnya.

Ditambah lagi faktor pergaulan bebas, ketidaksiapan memiliki anak karena hamil di luar nikah juga menyebabkan banyak kasus seorang ibu tega membuang bahkan membunuh bayinya.

Dari faktor-faktor di atas, sebenarnya penyebab utamanya adalah diterapkan sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi, memisahkan agama dari kehidupan. Alhasil fitrah keibuan menjadi terkikis, bahkan mati. Beban hidup yang begitu mencekik, membuat orang-orang yang tak berdaya menjadi tersingkir. Keimanan yang melemah pada diri ibu dan ketakwaan yang tidak ada pada tingkah lakunya menyebabkan ibu stres, bahkan menjadi faktor terbesar ia tega menghabisi darah dagingnya

Beban hidup yang makin menekan, sistem ekonomi ala kapitalis membuat kesejahteraan jauh dari kehidupan umat. Bahkan, terkadang beban ganda harus dipikulnya untuk membantu menafkahi keluarga. Ditambah lagi kebutuhan pokok yang serba mahal, pendidikan anak yang tak murah, biaya kesehatan yang tak gratis, dan sebagainya membuat ibu rawan stres, fitrah keibuannya dimatikan karena sistem kapitalisme.

Islam Mengembalikan Fitrah Ibu

Jika seorang ibu paham akan agama, akan keislamannya, ia tidak akan sampai hati untuk menghabisi nyawa anaknya. Sebab, membunuh nyawa seorang yang tak berdosa adalah dosa besar.

Ibu juga madrasah pertama bagi anaknya. Di tangan ibulah tanggung jawab mengatur dan mengurus rumah tangga diberikan, termasuk di dalamnya, mendidik anak. Jika peran ini diberikan sebagaimana seharusnya, niscaya akan lahir generasi-generasi cemerlang dari tangannya. Maka dari itu perlu mengembalikan fitrah keibuan ini. Jiwa ibu harus dibersihkan dari pemikiran kapitalisme-sekularisme yang hanya membuat stres, menjadi pemikiran Islam yang menentramkan.

Hanya Islam lah yang dapat mengembalikan fitrah keibuan ini. Hanya Islam lah yang mampu menghentikan faktor penyebab seorang ibu bisa menghabisi nyawa anaknya. Islam akan menanamkan akidah yang kuat pada diri setiap ibu. Islam mengajarkan bahwa anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, ia harus dididik dengan kasih sayang, bulan dengan kebencian.

Keluarga juga akan diberikan pembinaan untuk mengaktifkan kembali peran masing-masing antara suami istri. Saling melengkapi, menerima kekurangan dan saling mencintai karena Allah. Percekcokan yang menjadikan anak terkena imbas dapat dihindari ketika terbentuk suasana keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Darinya akan lahir generasi yang tangguh, calon pemimpin masa depan.

Sekolah didirikan dengan kurikulum pendidikan Islam, yang akan mampu membentuk perempuan ataupun laki-laki berjalan sesuai tuntunan syarak. Dari kurikulum pendidikan ini akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam, yakni memiliki pola sikap dan pola pikir Islam.

Sistem pergaulan yang diterapkan juga harus berdasarkan Islam. Tidak ada perselingkuhan atau perzinahan yang dibiarkan begitu saja. Begitu juga dengan khalwat, ikhtilat, atau interaksi yang diharamkan oleh agama. Sanksi yang tegas juga akan diberikan pada pelanggarnya, misalnya hukuman rajam bagi seseorang yang sudah menikah atau jilid bagi yang belum menikah, dan ia terbukti berzina. Dengan sanksi hukum Islam, akan memberikan efek jera bagi pelaku juga pelajaran bagi yang menyaksikan hukumannya agar tidak melakukan hal yang sama. Kasus pembuangan dan pembunuhan bayi di luar nikah akan terhindarkan.

Sistem ekonomi nya pun harus berdasarkan Islam. Laki-laki yang mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah akan diberikan kemudahan dalam mencari pekerjaan. Sumber kepemilikan umum akan dikelola semaksimal mungkin oleh negara untuk kepentingan rakyat, dengannya akan terbuka lapangan pekerjaan yang luas bagi rakyat. Dengan pengelolaan sesuai syarak pula, pendidikan, kesehatan juga keamanan yang merupakan kebutuhan pokok publik akan murah bahkan gratis. Dengan nya ibu dan anggota keluarga lain, tidak akan stres memikirkan biaya hidup yang mencekik. Ibu tidak perlu memainkan peran ganda untuk membantu mencari nafkah, ibu akan memerankan perannya yang sesungguhnya untuk mendidik anak-anaknya, tanpa ketakutan akan biaya hidup yang semakin mahal.

Lingkungan yang ada juga lingkungan yang Islami. Ada kewajiban untuk amar makruf nahi mungkar. Saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan yang cuek bebek ketika tetangga atau keluarga dilanda masalah.

Semua itu diperlukan peran negara untuk mengatur kebijakan-kebijakan ini. Jika kondisinya berjalan baik, peran ibu akan terjaga dengan optimal. Negara yang bisa menjalankan kebijakan ini hanyalah negara yang berideologi Islam, bukan negara yang mengekor pada barat dan menerapkan sistem kufur kapitalisme. Negara ini adalah negara khilafah yang akan menerapkan Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Sudah semestinya kita sebagai umat muslim memperjuangkannya! Dengannya peran ibu yang dimatikan karena sistem kapitalisme akan bangkit kembali.
Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image