Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ninis

Pro Kontra Rohingya, Bagaimana Menyikapinya?

Agama | Monday, 29 Jan 2024, 12:29 WIB

Suara penolakan terhadap muslim Rohingya kian nyaring terdengar. Seiiring dengan masifnya opini hoax terkait muslim Rohingya. Berita yang masih simpang siur dan belum jelas dari mana sumber beritanya, namun karena viral seolah benar. Alhasil, tak sedikit masyarakat termakan opini jahat tersebut dan berbondong-bondong menolak muslim Rohingya.

Hal tersebut sangat disayangkan oleh Ulama Aceh Abi Hasbi Albayuni. Beliau meminta kepada masyarakat untuk menghentikan suara penolakan terhadap pengungsi Rohingya. Abi Hasbi juga mengajak masyarakat untuk ikut bersama-sama membantu para pengungsi itu atas dasar kemanusiaan dan saudara seiman.

Disisi lain, desakan untuk merelokasi pengungsi Rohingya juga diserukan oleh Abi Hasbi. Beliau meminta pada pemerintah untuk segera merelokasi para pengungsi Rohingya yang berada di basement gedung Balai Meseuraya Aceh (BMA) Banda Aceh ke tempat penampungan sementara yang lebih layak. (aceh.tribunnews.com).

Keadaan muslim Rohingya sangat mengenaskan, di negara asalnya mereka diusir, dibantai, dibakar, diperkosa oleh junta militerMyanmar. Mereka yang melarikan diri dari negaranya juga tak lebih baik nasibnya, terombang-ambing di lautan karena tidak memiliki kewarganegaraan (stateless). Jikalau sampai di daratan ditolak dengan fitnahan yang keji. Mengapa derita Rohingya tak kunjung usai dan bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi pro kontra terhadap muslim Rohingya?

Akibat Provokasi

Terjadinya pro kontra masalah Rohingya semua ini tak lepas dari masifnya berita hoax yang tersebar di sosial media. Simpang siur berita mereka dikatakan sering melakukan tindakan kriminal dan tidak tahu berterimakasih. Bahkan yang lebih sadis muslim Rohingya dikabarkan akan merampas tanah di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Akhirnya masyarakat tak lagi bisa membedakan mana fakta dan mana opini.

Sayangnya, berita hoax tersebut tidak mampu diredam oleh pemerintah padahal nyata menyebabkan terjadinya pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Termasuk kalangan tokoh masyarakat di daerah, pasalnya pengungsi Rohingya tersebar di beberapa titik wilayah yang ada di Indonesia. Terlebih, munculnya pro kontra masalah Rohingya bersamaan dengan masifnya dukungan umat Islam pada Palestina. Sehingga besar dugaan pro kontra tersebut sengaja dibuat untuk mengalihkan perhatian umat pada Palestina. Opini julid fi sabilillah pada Zionis sempat membuat gempa jagat maya dan menjatuhkan mental tentara Zionis, kini berganti julid pada Rohingya. Alhasil, dengan masifnya berita hoax terkait Rohingya memunculkan konflik horizontal diantara umat Islam.

Meskipun pemerintah telah menyediakan penampungan sementara bagi muslim Rohingya atas dasar kemanusiaan itu saja belum cukup. Pasalnya, yang dibutuhkan muslim Rohingya adalah tempat tinggal, bisa akses pendidikan, kesehatan. Sebab, mereka selalu ditolak dan dianggap beban di negara yang mereka singgahi.

Miris, sudah jatuh tertimpa tangga menggambarkan nasib muslim Rohingya. Diperparah dengan adanya ide nasionalisme telah jadi penghalang untuk menolong mereka. Seolah persoalan Rohingya adalah bukan urusan Indonesia tapi urusan Myanmar. Padahal, mereka terusir disana dan besar harapan mereka ditolong oleh saudara seiman yakni muslim namun respon negeri-negeri muslim yang mereka datangi tak sesuai harapan.

Sejatinya, berharap pada sistem kapitalis yang menerapkan nasionalisme mustahil bisa mengakhiri derita Rohingya. Buktinya lembaga dunia UNHCR dibawah PBB pun tak mampu menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya. Dunia pun seolah menutup mata atas kebrutalan Myanmar pada muslim Rohingya yang sudah terjadi bertahun-tahun. Dimana HAM (Hak Asasi Manusia) yang diagungkan sistem ini? Ini menunjukkan begitu hipokritnya barat terhadap kondisi umat yang tertindas.

Rohingya Wajib Ditolong

Menolong saudara yang sedang ditimpa kesusahan adalah kewajiban bagi seorang muslim. Tanpa memandang ras, bangsa, bahasa untuk menolong saudaranya. Sebagaimana Allah mengingatkan akan kewajiban tersebut dalam QS. Al Anfal:72 “(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan, kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Tak hanya karena kemanusiaan namun atas dasar iman yang mendorong seorang muslim wajib memberikan pertolongan kepada muslim Rohingya. Haram bagi seorang muslim membiarkan saudaranya dalam keadaan kesusahan, kekurangan padahal ia memiliki kemampuan untuk menolong. Mereka tidak hanya ditolong sementara namun mendapatkan hak selayaknya rakyat yang memiliki kewarganegaraan.

Umat Islam dimanapun berada adalah saudara, aqidah Islam menjadi pengikat antara muslim satu dengan yang lainnya. Islam pernah mencontohkan persaudaraan umat Islam atas dasar aqidah Islam begitu kuat. Dengan tangan terbuka kaum Anshor menerima kedatangan kaum Muhajirin yang hijrah dari Mekah ke Madinah. Tidak hanya memberikan tempat tinggal yang layak, tapi mereka juga memberikan sebagian hartanya dan lain sebagainya.

Selain itu, negara wajib mencegah masuknya berita hoax yang menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Negara juga wajib menindak tegas pada orang, lembaga bahkan negara yang menyebarkan berita hoax. Hendaknya setiap berita yang datang dari orang fasik bahkan kafir dikroscek terlebih dahulu tidak ditelan mentah-mentah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Hujurat:6 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).

Demikianlah Islam menyelesaikan persoalan Rohingya dan hal tersebut hanya bisa terwujud dalam sistem yang menerapkan Islam kaffah saja. Mustahil hal tersebut diwujudkan dalam sistem saat ini yang mengadopsi nasionalisme. Disinilah urgensi persatuan kaum muslimin dan mewujudkan perisai yang akan melindungi umat dari penjajahan dan penindasan bangsa lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR. Muslim). Wallahu A'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image