Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image APRILA RAHAYU GANI

Peran Psikologi Klinis Untuk Mendukung Mental Health Korban Perselingkuhan

Lentera | Monday, 29 Jan 2024, 03:56 WIB

Oleh Syafira, Rizqa Jannisha, Anjeli Septa Efendi, Putri Febrina Niko, M.Psi, Psikolog

Zaman sekarang marak nya terjadi kasus perceraian dalam hubungan pernikahan, salah satu aspek nya adalah perselingkuhan atau adanya pihak ketiga. Banyaknya pasangan yang berselingkuh pastinya membuat hubungan pernikahan berada di ujung tanduk. Tak jarang korban dari kasus perselingkuhan ini adalah pihak wanita atau istri.

Perselingkuhan dalam hubungan merupakan peristiwa yang dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat. Korban perselingkuhan sering kali mengalami stres, kehilangan kepercayaan, rasa sakit, dan perasaan rendah diri. Dalam konteks ini, psikologi klinis memainkan peran penting dalam membantu korban perselingkuhan untuk mengatasi kesulitan emosional dan mendukung pemulihan kesehatan mental mereka.

Salah satu peran utama psikologi klinis dalam kasus perselingkuhan adalah memberikan dukungan emosional kepada korban. Psikolog klinis dapat membantu korban untuk mengungkapkan perasaan dan emosi yang muncul akibat pengalaman perselingkuhan. Dalam sesi terapi, psikolog akan menciptakan lingkungan aman di mana korban merasa didengar dan dipahami. Dukungan ini membantu korban untuk mengurangi rasa kesepian, kehilangan, dan kebingungan yang seringkali muncul dalam situasi ini.

Mengulik peristiwa seperti ini, psikologi klinis mencoba menganalisa kasus tersebut dan mencoba membantu pihak korban dalam penyelesaian kasus ini agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan dan menjaga kesehatan mental para korban. Psikologi klinis merupakan bidan ilmu psikologi yang berfokus pada memahami, mencegah, mengurangi ketidak mampuan, gangguan dan ketidaknyamanan yang menimbulkan masalah psikologis dalam penyesuaian dan perkembangan pribadi manusia.

Kurt Lewin adalah seorang psikolog sosial yang terkenal dengan kontribusinya dalam teori lapangan sosial. Menurut Lewin, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal yang saling berinteraksi. Salah satu konsep utama dalam teorinya adalah perubahan perilaku melalui pemahaman dan modifikasi lingkungan.

Dalam konteks korban perselingkuhan, pengalaman dalam rumah tangga yang penuh dengan pengkhianatan dan kepercayaan yang ditanggung dapat menciptakan lingkungan yang negatif dan tidak sehat. Korban sering kali merasa terjebak dalam emosi negatif seperti kecewa, marah, dan kesedihan yang mendalam. Namun, dengan memahami dan menerapkan konsep teori Kurt Lewin, korban perselingkuhan dapat memulai proses pemulihan mereka.

Salah satu tahap dalam teori Lewin yang relevan dengan korban perselingkuhan adalah "unfreezing" atau membuka diri untuk perubahan. Dalam konteks ini, korban perselingkuhan perlu mengakui dan menerima bahwa rumah tangga mereka telah mengalami perubahan yang signifikan dan perlu untuk mengatasi dampaknya. Dalam terapi psikologi klinis, psikologi akan membantu korban untuk memahami pentingnya membuka diri terhadap perubahan dan mengatasi ketidaknyamanan yang mungkin muncul.

Menganalisa kasus R ibu dari 3 anak berumur 30 berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur yang merupakan korban kasus perselingkuhan karena adanya pihak ketiga. Kondisi kesehatan mental yang mengkhawatirkan membuat nya ingin megakhiri hidupnya, ditambah lagi kondisi kian parah setelah usahanya bangkrut. Beruntungnya semesta masih berpihak pada R, ia bertemu teman yang selalu mendukung dan menemaninya dikala ia depresi, R bertemu temannya dalam satu komunitas menulis yang diikutinya. Mereka bertemu di dunia maya via online, dan teman nya berpesan untuk bertahan dalam kondisi apapun. Bertahan agar bisa melewati masa sulit dalam hidup nya R, karena yakin kemudahan akan terlihat jelas setelah badai kehidupan.

Hal ini bisa kita kaitkan dengan teori dalam Psikologi Klinis yang dikemukakan oleh Kurt Lewin betapa penting nya dukungan dan kepedulian orang-orang sekitar. Belajar dari pengalaman agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, tentu saja Ibu dari 3 anak ini akhirnya bisa melewati fase sulit dalam hidupnya, karena ia bisa meluapkan emosi dan apa yang terjadi pada kehidupan rumah tangganya. Teman R juga menyarankan agar selalu menulis jurnal kesehariannya, juga mencari solusi atas permasalahan dalam rumah tangganya. Teman R juga sering membantu mendengarkan cerita dan keluh kesah, karena mendengarkan cerita tanpa menghakimi seseorang sangat penting bagi seseorang yang sedang mengalami permasalahan dan kesulitan. Hal ini bisa membuat seseorang yang tadinya mengalami kesulitan dan merasa stres, menjadi lebih tenang dan bisa lebih bertahan dalam menghadapi kesulitan.

Setiap individu tentunya memiliki kesulitan dan permasalahan masing-masing. Setiap kesulitan pastinya membuat kita merasa stres, depresi, trauma dan merasa sesak di dada. Tak jarang juga banyak yang ingin mengakhiri hidupnya karena tidak menemukan jalan keluar dari permasalahan yang ia hadapi. Bagaimana caranya agar kesehatan mental kita tidak menurun dan tetap terjaga sewaktu kita mengalami kesulitan?

Pertama, cobalah untuk merileksasikan pernapasan, menghirup lebih dalam udara melalui hidung kemudian mengeluarkannya melalui mulut, ini membantu kita agar merasakan rileks dan lebih tenang. Kedua, cobalah untuk mengikuti komunitas yang positif, dan mencari lingkungan yang selalu mendukung kita. Karena manusia merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan empati dan kepedulian dari orang lain. Cobalah untuk mencari teman cerita dan luapkan semua emosi yang selama ini dipendam dengan menceritakan kesulitan kita. Tapi ingat, berhati-hatilah dalam memilih teman agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Bantuan keluarga, teman dan lingkungan sangat penting untuk menguatkan seseorang yang tengah berada di fase genting. Ketiga, selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, selalu beribadah dan berdoa kepada Tuhan agar selalu diberikan kekuatan dan kelancaran dalam melewati fase sulit dalam hidup.

Dalam perspektif psikologi klinis, perselingkuhan merupakan fenomena yang kompleks dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada individu yang terlibat serta hubungan mereka. Berdasarkan penelitian dan pemahaman psikologi klinis, beberapa kesimpulan dapat diambil mengenai kasus perselingkuhan. Tragedi ini bisa menyebabkan korban menjadi tidak percaya diri, tertutup, stress, menghilangkan kepercayaan terhadap pasangan dan lebih parah nya bisa membuat korban lebih lama dalam proses pemulihan.

Penting untuk diingat bahwa pemulihan dari perselingkuhan adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen dari kedua belah pihak. Setiap pasangan memiliki pengalaman yang unik, dan penting untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan untuk membantu dalam proses pemulihan ini. Sebagai pelajaran untuk kita semua, jangan menganggap pasangan kita itu sebagai 'Rumah' karena rumah bersifat statis, sedangkan manusia memiliki sifat dinamis. Setiap manusia pasti memiliki potensi kekecewaan untuk diri kita.

Perselingkuhan dapat berdampak pada kerenggangan hubungan dengan pasangan. Individu yang bercerai akibat perselingkuhan memiliki tingkat kelekatan yang rendah dengan pasangannya atau dapat dikatakan mengalami kerenggangan dalam hubungan. Selain kerenggangan dalam hubungan, perselingkuhan juga berdampak pada munculnya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dapat berujung membahayakan nyawa salah satu atau bahkan kedua pasangan.

Untuk mencegah perilaku berselingkuh, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti membangun secure attachment atau ikatan emosional, memenuhi kebutuhan seksual dalam suatu pernikahan, dan mengembangkan strategi coping dalam menghadapi masalah.

Menurut penelitian yang dilakukan Fye dan Mims (2018), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perselingkuhan dalam hubungan, yaitu:

1. Membangun secure attachment atau ikatan emosional: Ketika individu telah memiliki ikatan emosional dengan pasangannya, maka ia akan merasakan bahwa kebutuhan emosionalnya telah terpenuhi dan memiliki rasa kebersamaan dengan pasangan yang tinggi sehingga tidak berkeinginan untuk mencari yang lain. Ikatan emosional dapat dibangun dengan jalan melakukan aktivitas-aktivitas bersama, terbuka, memberikan afirmasi positif, dan menunjukkan empati kepada pasangan.

2. Sex dalam hubungan pernikahan: Terpenuhinya kebutuhan seksual dalam suatu pernikahan juga turut mencegah adanya perilaku berselingkuh. Hal yang dapat ditempuh adalah dengan cara membuat kehidupan seksual lebih menarik dan terdapat ikatan emosional yang melatarbelakanginya 3. Strategi coping dalam menghadapi masalah: Strategi coping merupakan cara yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan baik dari individu maupun diantara pasangan. Coping secara individu dapat dilakukan misalnya dengan jalan menjauhi luka batin, menyeimbangkan peran, melakukan self-care dan kontrol diri, serta memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Sedangkan coping sebagai pasangan dapat dilakukan dengan cara memberikan dukungan kepada pasangan satu sama lain, memperhatikan hubungan, serta mempraktikan fleksibilitas dan adaptabilitas dalam hubungan. Semua cara ini berfokus pada peningkatan komunikasi, pemahaman, dan dukungan dalam hubungan.

Referensi

Astuti, A. S. (2021, April 17). Fenomena selingkuh Menurut Psikologi : Bagaimana perselingkuhan bisa terjadi .

Ricky, D. P., Keliat, B. A., & C Daulima, N. H. (2014). efek terapi perilaku, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga pada klien halusinasi menggunakan pendekatan teori Kurt Lewin. Jurnal keperawatan jiwa, 149-165.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image