Wakaf Jadi Strategi Bangkitkan Literasi Islam
Agama | 2022-01-11 11:52:22Wakaf menjadi strategi efektif menyemarakkan literasi dan keilmuan Islam. Dukungan materi dan non-materi yang ikhlas akan menguatkan kesadaran masyarakat luas untuk membangkitkan keilmuan Islam.
Anggota Forum Silaturahim Kiai Muda Jawa Tengah KH Anis Maftuhin menjelaskan pada era Abbasiyah (750-1517 M) banyak penderma yang mewakafkan hartanya untuk meramaikan keilmuan Islam. Khalifah Harun Ar-Rasyid (766-809) dan anaknya Al-Makmun (786-833) membangun sentra keilmuan Baitul Hikmah sehingga riset, diskusi, dan penerbitan buku, terselenggara dengan baik.
Hal sama juga dilakukan banyak penguasa dinasti Islam seperti Umayah di Andalusia (abad ke-10 sampai ke-15) kesultanan Mamluk (Abad kesebelas hingga ke-19), dan Turki Usmani (1299-1922). Buku-buku karangan ulama di kawasan tersebut disebarkan menjadi bacaan masyarakat dan merebakkan atmosfer keilmuan kala itu.
Hal itu berdampak pada taraf hidup yang meningkat: masyarakat menjadi cerdas dan beradab, kesejahteraan meningkat, banyak sekolah terbangun dan ramai pelajar. Kala itu, peradaban Islam disegani banyak kawasan. Peradaban Islam juga menjadi hub yang mendistribusikan banyak ilmu ke kawasan Barat yang kala itu masih berada pada masa kegelapan.
“Wakaf menyemarakkan literasi Islam tak hanya dengan uang, tapi juga segala sumber daya yang kita miliki,” kata Anis dalam diskusi sederhana di Kantor Penerbit Rene Turos Indonesia Jakarta pada Selasa 11 Januari 2022.
Ada yang mewakafkan lahan untuk pembangunan sentra keilmuan. Ada pula wakaf profesi: dokter mewakafkan praktiknya pada hari tertentu untuk kesehatan santri, dosen mewakafkan ilmunya dalam satu atau dua kesempatan untuk pengetahuan jamaah masjid, notaris mewakafkan profesinya dalam satu atau dua akad jual beli untuk pembangunan sekolah, pengusaha mebel mewakafkan produknya untuk interior aula pesantren, dan banyak lagi.
Gaya hidup semacam ini harus dilestarikan. Generasi tua mengarahkan pemuda untuk membiasakan dirinya berwakaf, khususnya untuk pengembangan ilmu. Tradisi semacam ini akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir sampai kiamat.
Kiai Anis menceritakan pengalamannya mengasuh santri dan membangun Pesantren Wakaf Literasi Islam (Wali) di Desa Candirejo Tuntang Salatiga Jawa Tengah. Pesantren itu dibangun dari jerih payah wakaf banyak orang. Pada 2016 pesantren itu didirikan, kini terus berkembang dengan jumlah santri mencapai ratusan anak.
Ratusan santri Wali dididik berakhlak mulia dan mendalami ilmu pengetahuan. Sejak awal mereka dibiasakan beribadah, menghormati guru dan orang tua, bertutur kata santun, dan rendah diri. Kemudian mengaji kitab dan ilmu-ilmu Islam dengan metode modern, sehingga cepat menguasai Ilmu Nahwu, Sharaf, pandai membaca dan memahami kitab kuning yang merupakan sumber keilmuan Islam. Mereka juga dilatih berpidato menjadi pemimpin shalat dan organisasi, sehingga mempunyai kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik.
Berbekal kemampuan tersebut, para santri nantinya akan cakap meneruskan dakwah Rasulullah SAW, menyebarluaskan literasi Islam, menguatkan wasathiyah dan persatuan. “Kami berdoa kepada Allah agar mereka menjadi generasi berakhlak mulia, cinta Indonesia, dan berilmu, sehingga akan menjadikan bangsa kita semakin disegani,” kata Kiai Anis.
CEO Rene Turos Indonesia Lukman Hakim Arifin mengatakan pihaknya membiasakan diri mewakafkan sebagian perolehan perusahaan untuk pembangunan keilmuan Islam. Tahun ini pihaknya mewakafkan uang Rp 36 juta untuk pembangunan sarana pesantren Wali.
“Personel kami berjumlah 36 orang, kami maksudkan setiap orang mewakafkan Rp 1 juta untuk wakaf yang sangat bermanfaat ini,” kata CEO Rene Turos Indonesia Lukman Hakim Arifin dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa 11 Januari 2022.
Kegiatan filantropi ini juga menjadi starting point memasuki tahun 2022 yang penuh tantangan. Dengan wakaf yang disertai keikhlasan, pihaknya optimistis tahun ini akan lebih banyak menginspirasi ekosistem perbukuan.
Pihaknya berharap semakin banyak orang melakukan wakaf untuk meramaikan dakwah keilmuan Islam. Harapannya banyak orang menjadi tercerahkan dengan kearifan Islam yang merupakan sumber wasathiyah dan kemuliaan hidup.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.