Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Sharia Partnership Model untuk Para Pebisnis

Bisnis | 2022-01-11 11:09:41
Pertemuan Kepala BEI Perwakilan Aceh dengan stakeholder. (Dokumentasi Pribadi).

Mari kita buka tulisan ini dengan sebuah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 29).

Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainnya yang termasuk ke dalam kategori tersebut dengan menggunakan berbagai macam tipuan dan pengelabuan.

Sekalipun pada lahiriahnya cara-cara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara', tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah (tipu muslihat).

Sungguh! Islam tidak hanya sebagai agama tauhid yang ajarannya langsung bersumber dari Allah SWT. Dengan iman dan tauhid Islam yang benar akan membawa manusia pada keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu Islam juga mengatur soal muamalah atau tatacara bisnis atau perdagangan.

Dalam muamalah, Islam memperkenalkan sistem kerjasama bisnis yang disebut juga syirkah atau dalam bahasa sehari-hari diistilahkan dengan berserikat. Istilah syarikat atau berkongsi sering digunakan oleh masyarakat Melayu seperti halnya di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Syarikah boleh dilakukan sesama muslim atau antar seorang muslim dengan kafir.

Imam muslim meriawatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan Rasulullah SAW telah mempekerjakan penduduk khaibar (padahal mereka orang-orang Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil panen buah dan tanaman.

Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi, lalu beliau menggadaikan baju besi beliau kepada orang Yahudi tersebut (HR. Imam Bukhari dengan Sanad dari Aisyah).

Lebih lanjut Imam At-Tarmizi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Nabi SAW telah wafat, sedang baju besi beliau tergadaikan dengan dua puluh sha` makanan (43,42 Kg gandum), yang beliau ambil untuk menghidupkan keluarga beliau.

Perseroan dianggap tidak sah jika yang melakukan bukan termasuk kategori orang yang tidak boleh mengelola harta. Misalnya dilakukan oleh orang yang dikendalikan oleh orang lain (mahjur `alaihi).

Syarikah dapat berbentuk syarikah hak milik (syarikatul amlak) atau syarikah transaksi (syarikatul uqud).

Syarikah hak milik adalah syarikah terhadap zat barang seperti syarikah barang yang diwarisi oleh dua orang atau yang dibeli oleh keduanya.

Sedangkan syarikah uqud mengembangkan hak milik seseorang.

Dalam tulisannya Prof Syarif menukilkan konteks ini terdapat 5 jenis syarikah uqud yaitu:

Pertama; Syarikatul Inan yaitu syarikah antara dua orang atau lebih yang masing-masing mengikutkan modal kedalam syarikah sekaligus menjadi pengelolalanya.

Syarikah model ini dibangun dengan prinsip perwakilan (wakalah) dan kepercayaan (amanah). Masing-masing pihak menyerahkan modalnya kepada mitranya sekaligus memberikan kepercayaan untuk mengelolanya.

Dengan kata lain masing-masing persero (syarik) saling mewakilkan. Keuntungan diperoleh berdasarkan kesepakatan yang nisbahnya bisa sama atau beda sementara kerugian ditanggung bersama secara proporsional.

Lebih detil masalah syirkah ini dapat dilihat pendapat Abdurrazak di dalam kitab Al Jamik dari Ali ra yang mengatakan “pungutan itu tergantung kekayaan, sedangkan laba tergantung pada apa yang mereka sepakati.

Kedua: Syarikatul Abdan atau Syarikah Abdan adalah perseroan antara dua orang atau lebih yang mengandalkan tenaga atau keahliannya, misalnya syarikah antara insiyur sipil dan arsitek tanpa modal dana dalam sebuah usaha konsultan bangunan, keuntungan yang didapat dibagi sesuai kesepakatan.

Syarikah model ini hukumnya mubah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu daud dan Al Atsram dengan sanad dari Ubaidah dari bapaknya, Abdullah bin mas`ud yang mengatakan:

“Aku, Ammar bin Yasir dan Sa'ad bin Abi Waqash melakukan syirkah (perseroan) terhadap apa yang kami dapatkan pada perang badar, kemudian Sa'ad membawa dua orang tawanan perang, sementara aku dan Ammar tidak membawa apa-apa. Tindakan mereka dibiarkan oleh Rasulullah SAW.

Ketiga; Syarikah Mudharabah atau Muqaradhah yaitu berpergian untuk urusan dagang.

Dimana pemilik modal (sahibul mal) menyerahkan modalnya kepad pengelola (mudharib) untuk dikelola atau diusahakan sedangangkan keuntungannya dibagi menurut kesepakatan.

Dalam teknik perbankan, mudharabah adalah akad kerjasama antara bank yang menyediakan modal dengan mudharib (nasabah) yang memamfaatkan untuk tujuan usaha yang produktif dan halal.

Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati. Jika terdapat kerugian akan ditanggung oleh shahibul mal sesuai dari proporsi modal yang dimudharabahkan.

Jumhur ulama mengatakan rukun mudharabah ada lima yaitu: (1) shabibul mal, (2) mudharib (pengelola), (3) keuntungan, (4) usaha yang dijalankan (5) aqad perjanjian.

Keempat: Syarikah Wujuh adalah syarikah antara dua orang dengan modal dari pihak diluar orang kedua itu.

Artinya salah seorang memberikan modal kepada kedua orang tersebut yang bertindak sebagai mudharib.

Sehingga kedua pengelola tersebut menjadi persero (syarik)-yang sama-sama bisa mendapatkan keutungan dari modal pihak lain.

Kedua pihak tersebut kemudian menentukan skim bagi hasilnya.

Syarikah Wujuh dapat terjadi karena adanya kedudukan profesionalisme atau kepercayaan dari pihak lain yang membeli secara kredit kemudian menjualnya secara kontan. Syarikah ini diperbolehkan menurut syara`.

Kelima: Syarikah Mufawadhah adalah gabungan berbagai jenis syarikah baik inan, abdan, mudharabah maupun wujuh.

Misalnya dua orang insiyur melakukan syarikah dengan keahliannya (syarikah abdan), keduanya sama-sama memiliki modal yang disyarikahkan (syarikah inan), sementara yang lain mensyarikahkan modalnya kedalam syarikah kedua insiyur tersebut (syarikah mudharabah). (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image