Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Rifki Fauzan

Suara Kami Untuk Negri

Eduaksi | 2022-01-07 22:52:45

Mahasiswa merupakan jabatan istimewa bagi para pelajar yang duduk di bangku pendidikan tingkat tertinggi, legalitas jabatan yang dimiliki oleh setiap orang harus diiringi dengan kualitas dan kapabilatas pada setiap individu yang berhasil mendapatkannya. Dengan begitu mahasiswa yang mengenyam jabatan tertinggi di tingkat pelajar, arah gerak langkahnya menentukan nasib Bangsa dan Negara ini kedepannya.

Layaknya hewan buas, mahasiswa memiliki taring yang sangat berpengaruh untuk membunuh segala sesuatu yang mengancam daerah kekuasaanya. Hal itu dibuktikan oleh para mahasiswa tahun 1908 yang berhasil mengancam sistem kekuasaan Kolonialisme Belanda dengan mendirikan sebuah organisasi bernama Budi Utomo, didirikan di Jakarta 20 Mei 1908. Sekumpulan mahasiswa yang tergabung didalamnya menunjukan taring kebuasanya dengan melakukan sikap kritis perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda.

Peristiwa di atas terjadi karena mahasiswa memiliki kedudukan yang sangat strategis di Negara ini, mahasiswa bukanlah sebagai pemerintah serta tidak bisa dikenal sebagai rakyat biasa namun bukan berarti memisahkan diri dari rakyat. Artinya kedudukan mahasiswa berada diapit oleh kedua elemen tersebut.

Namun ironisnya di tengah-tengah masifnya perkembangan zaman yang didukung dengan meningkatnya teknologi justru membuat para mahasiswa terlena akan peran dan fungsi mereka. Sikap hedonis mendominasi karakteristik mahasiswa di zaman modernisasi, kondisi ini memberi feedback buruk pada kualitas dan kapabilitas seorang mahasiswa, perhatian khusus mahasiswa bukan lagi pada kemajuan Negri ini, melainkan pada gaya hidup yang mereka sesuaikan dengan kondisisi sosial saat ini. Mahasiswa bukan lagi seorang pencipta alur kehidupan akan tetapi larut pada alur kehidupan yang sudah terbentuk oleh budaya konsumtif masyrakat Barat.

Taring ketajaman mahasiswa semakin hari semakin tumpul, tidak sedikit tujuan dari para mahasiswa hanya sebatas mengejar gelar untuk mendapatkan pekerjaan yang ideal pasca mengenyam pendidikan tersebut, sehingga tidak heran tingkat pengangguran di Indonesia semakin meningkat di setiap generasinya.

Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran yang memiliki gelar sarjana mencapai pada titik terpuruknya, yaitu 1 juta orang pada bulan Februari 2021. Kondisi ini menandakan bahawa pola kehidupan di zaman sekarang layaknya hukum Rimba, siapa yang kuat maka berhak atas mereka untuk mendapatkan kekuasaan, begitupun sebaliknya, mereka yang lemah maka harus siap untuk merasakan pedihnya penindasan.

Agent of cahange merupakan predikat yang disematkan untuk seorang mahasiswa. Predikat di atas memiliki makna yang sangat mendalam, seorang mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan untuk Bangsa dan Negara, seluruh anggota tubuh yang dimiliki seorang mahasiswa memiliki peranan penting untuk melakukan sebuah gerakan perubahan.

Titik sentral untuk melakukan sebuah gerakan perubahan berada pada pola berfikir. Pola berfikir sangat mempengaruhi arah hidup seseorang, dengan pola fikir seseorang dapat mengetahui arah dan tujuan, sehingga akan memunculkan perencanaan-perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, bukan hanya itu saja gerakan gerakan yang telah dirancang akan jauh lebih terkonsep, segala sesuatu yang dimulai dengan konsep dan niat yang baik maka akan menghasilkan sebuah peradaban.

Kata perubahan merupakan diksi yang sangat ringan untuk di lafalkan namun tidak sedikit pula mereka bingung untuk mengamalkan. Karena untuk melakukan sebuah perubahan, maka harus diketahui variabel variabel yang harus dirubah. Faktor pendukung guna mengetahui hal hal diatas, maka perlu adanya konsep berfikir kritis. Bagi seorang mahasiswa berfikir kritis bukan lagi sebuah sebuah kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan, untuk menunjukan eksistensinya sebagai kaum intelektual.

Salah satu hal yang paling penting untuk meningkatkan kualitas intelektual seorang mahasiswa, yaitu dengan memasifkan budaya membaca. Semakin banyak bacaan, maka akan semakin meningkat pula kualiats intelektualnya, karena dengan membaca akan membuka wawasan dan pengetahuan, sehingga dengan begitu, mahasiswa dapat menunjukan eksistensinya sebagai kaum intelektual serta menjadikan modal utama untuk melakukan sebuah gerakan perubahan.

Faktor pendukung lainnya untuk melakukan gerakan perubahan yaitu pengalaman. Banyak para ahli yang mengungkapkan bahawasannya pelajaran terbaik bersumber dari sebuah pengalaman. Maka untuk itu dunia kampus harus dijadikan sebagai tempat mencari pengalaman.Untuk mendapatkan banyak pengalaman, maka langkah strategis yang harus dilakukan yaitu dengan mengikuti organisasi, dengan berorganisasi seorang mahasiswa akan lebih membuka matanya terkait kondisi Negri ini, sehingga tidak lagi ada perkataan mahasiswa apatis.

Untuk memanifestasikan gerakan perubahan, nampaknya kita memerlukan 3 elemen penting. Diantaranya yaitu konseptor,inisiator dan eksekutor, 3 elemen ini penting dikuasai oleh seorang mahasiswa, sebab ke 3 nya memiliki keterkaitan satu sama lain, namun apabila seorang mahasiswa tidak mampu menguasai ke3nya paling tidak mereka menguasai satu diantara ke 3 elemen di atas.

Faktor eksternal juga menjadi pendukung untuk melakukan sebuah gerakan perubahan, karena hakikatnya faktor inilah yang mencetak serta membentuk kualitas dan kapabilitas setiap individu mahasiswa, dalam hal ini dititik beratkan pada penerapan sistem dan pola pendidikan.

Pola dan sistem pendidikan di Indonesia harus di sesuaikan dengan minat dan bakat sumber daya manusia yang ada, sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan minat, maka akan sangat mudah untuk mereka melakukannya, bahkan kata terpaksa mungkin tidak akan pernah terjadi ketika sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keminatannya.

Namun ironisnya sistem pendidikan hari ini seakan akan memaksa seluruh sumber daya manusia untuk menguasai segala bidang, yang mengakibatkan tidak adanya titik fokus untuk mereka melakukan sebuah gerakan perubahan, waktu yang seharusnya mereka lakukan untuk mengembangkan minat dan bakat, habis dilahap sesuatu, yang mereka sendiri terpaksa melakukannya.

Angka di lembaran kertas lebih banyak dihargai oleh setiap orang, dengan demikian memaksa para mahasiswa berloma lomba untuk mendapatkan nilai tersebut. Tanpa memikirkan benar atau salah cara yang digunakannya. Bahkan terkadang angka yang tertera di lemabaran kertas berbanding terbalik dengan kualitas dan kapabilitas seorang mahasiswa. Maka untuk itu sistem dan pola pendidikan merupakan faktor pendukung untuk menjadikan mahasiswa sebagai Agent of change.

Satu hal yang perlu diingat untuk para mahasiswa yaitu Perjuangan mahasiswa aktivis bukan hanya proses penderitaan menuju tujuan, apalagi mendapatkan pujian. Akan tetapi, adalah suatu proses untuk memantaskan diri demi meraih tujuan mulia. Habis waktu kita untuk terus menerus mengejar eksistensi sedangkan Negri membutuhkan suntikan energi. "Ingatlah kehidupan kampus dengan terus mengasah. Jangan habiskan waktumu untuk berkeluh kesah." - Najwa Shihab

Pesan singkat untuk sahabat-sahabat mahasiswa dimanapun kalian berada terus lah berjuang, lakukan sebuah perubahan, ingat Negri ini sedang tidak baik baik saja, menunggu kita sebagai agen perubahan untuk melakukan sebuah pembaharuan. Ingat 10 bahkan sampai 20 tahun yang akan datang nasib Negri ini berada di tangan kita. Tingkatkan kualitas dan kapabilitas diri karena masa depan milik mereka yang mempersiapkan hari ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image