Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Hayon

Cara Pandang Baru dalam Hubungan Internasional terhadap Amnesti 2023 bagi Separatis Catalan

Lainnnya | Tuesday, 09 Jan 2024, 11:21 WIB

Dalam satu dekade terakhir, gerakan separatisme di Spanyol lebih khusus di daerah Catalonia muncul ke permukaan dan menjadi gerakan yang cukup masif untuk memisahkan diri dari Spanyol. Gerakan ini muncul sudah sejak lama karena punya kaitan erat dengan cerita masa lalu di bawah rezim otoriter Fransisco Franco. Saat masa kepemimpinannya (1939-1975), Franco kerapkali mendiskreditkan Catalonia dalam hal pembangunan ekonomi, kesempatan berpolitik, pembasmian musuh dengan tangan besi (militer) hingga ke ranah di luar politik yakni sepakbola. Rivalitas itu menjadi suatu tradisi yang kuat kala Real Madrid dan FC Barcelona saling berhadapan. Real Madrid dilihat sebagai representasi dari pemerintah pusat di bawah komando Franco dan FC Barcelona dilihat sebagai bentuk perlawanan oleh masyarakat Catalonia terhadap mereka. Masing-masing klub merepresentasikan kekuatannya sendiri.

Demonstrasi di sejumlah wilayah di Spanyol karena kesepakatan amensti bagi separatis Catalan. Pic from Pixabay.

Sebenarnya, tujuan Franco waktu itu ialah ingin menciptakan identitas tunggal Spanyol. Ideologi ini tidak relevan dengan kondisi Spanyol yang beragam. Banyak suku dan bangsa yang memiliki identitas berbeda seperti Catalonia, Basque, Andalusia dan lainnya. Perbedaan ini mau disatukan dengan melarang bahkan ingin menghapus budaya dan kebiasaan mereka. Ini yang ditentang oleh masyarakat Catalonia. Sebagai bentuk perlawanan, mereka melahirkan suatu gerakan separatis. Gerakan ini berupa aksi demonstrasi, pembangkangan terhadap aturan pemerintah, hingga mengendarai sepakbola untuk mengirim pesan kepada dunia bahwa mereka ingin merdeka. Hal ini sering mereka lakukan ketika menyaksikan pertandingan tim Catalan, FC Barcelona bertanding di stadium Camp Nou. Mereka membawa bendera Catalan, menyanyikan lagu kebangsaan, menggelar sepanduk hingga menggunakan bahasa daerah mereka sendiri. Di tempat inilah mereka dapat mengekspresikan identitas Catalan secara terbuka. Karena itu, gerakan separatisme ini tidak dapat dilepaspisahkan dengan klub FC Barcelona yang bermarkas di Catalonia.

Gerakan ingin merdeka selalu menggunakan peran identitas yang diupayakan secara terus-menerus untuk mencuri simpati dan dukungan dari masyarakat setempat dan internasional agar turut serta membantu mereka memerdekakan diri. Sayangnya, keinginan itu masih sulit terwujud karena Spanyol tetap bersikeras menolak keinginan sekelompok orang ini. Pertimbangannya karena Catalonia adalah bagian dari wilayah integral Spantyol. Selain itu, daerah ini juga adalah salah satu sumber pendapatan ekonomi mereka dari segi budaya, hasil alam,wisata hingga industri. Hal ini terbukti dengan 24,6% PDB Spanyol didapat dari Catalonia. Sebenarnya hal ini juga yang menjadi kritik mereka terhadap Spanyol, karena bagi mereka, sumbangsi mereka terhadap negara sudah sedemikian besar tetapi apa yang diberikan negara berbanding terbalik sehingga muncul kecemburuan dan ketidakpuasan di kalangan mereka.

Selain itu, ada dua alasan yang cukup masuk akal berkaitan dengan protes mereka terhadap Spanyol. Pertama, ekonomi 2008 telah mendorong kenaikan angka pengangguran dan hutang di Spanyol yang membuat wilayah Catalonia juga terdampak. Yang kedua ialah penolakan keputusan dari Pemerintah Madrid untuk pemberlakuan Undang-Undang Peradilan Konstitusi 2010, padahal Undang-Undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan Statuta Otonomi Catalonia agar setara konstitusi. Alasan ini meyakinkan masyarakat bahwa lebih baik memisahkan diri dan mengurusi pemerintahan sendiri ketimbang diatur oleh pemerintah Spanyol.

Pada rentang waktu antara 2004 hingga 2021, data dari statista (2023) mengungkapkan bahwa wilayah Catalonia memiliki PDB yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara tersebut dan mendekati rata-rata Uni Eropa. Pada tahun 2022, Spanyol memiliki PDB terbesar keempat di Uni Eropa dan paling banyak disumbangkan oleh Catalonia. Fakta ini semakin membuat masyarakat Catalonia ingin terus menentang Spanyol yang tidak memberi perhatian khusus kepada mereka.

Melihat kronologi sejarah dan apa yang terjadi hari ini, persoalan separatism Catalonia sangat kompleks. Ada dendam masa lalu, ada ketidakpuasan masa kini. Pemimpin Spanyol silih berganti, sistem pemerintahan pun berubah tetapi persoalan ini seperti tidak punya ujung pangkalnya.

Spanyol sekarang ini menganut sistem demokrasi. Secara sederhana, sistem negara ini memberi kebebasan bagi rakyat untuk lebih ekspresif dalam menyampaikan pendapat, penolakan dan gagasan baru. Karena itu, separatisme sebenarnya bisa dilihat dari sisi yang lain yakni sebagai oposisi dalam tubuh pemerintahan. Oposisi harus hidup supaya demokrasi semakin subur dan kuat. Jika tidak diganggu, demokrasi tidak dapat berefleksi dan mencari bentuk yang lebih sempurna. Maka penting juga untuk melihat bahwa, Separatisme hari ini tidak semata-mata perlu disikapi secara militer sebagaimana yang sering dibuat ketika ingin menundukkan gerakan ini.

Konflik ini sebenarnya relevan dengan upaya damai dunia melalui SDGs target 16 yakni Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan Yang Tangguh. Target ini berupaya menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai, terwujudunya penegakan keadilan dengan menyediakan akses keadilan untuk semua serta membangun institusi yang tangguh. Bahwa perdamaian di mana saja harus terjadi tetapi dengan cara yang lebih baik. Diplomasi melalui dialog sangat penting. Penulis teringat salah satu peribahasa yang cukup terkenal yakni “Diplomacy is the first line of defence.” Itu artinya, diplomasi adalah garis pertahanan pertama dalam negara. Jadi, jika ingin mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara maka diplomasi perlu ada di garis terdepan. Kita hidup di era kontemporer yang sangat kooperatif. Segala sesuatu bisa dinegosiasikan untuk mencapai kesepakatan. Kita tidak hidup di era perang yang seperti tertulis dalam pepatah Latin “ Si Vis Pacem, Para Bellum,” yang artinya “Jika kau mendambakan perdamaian, bersiaplah untuk perang.” Kekerasan tidak perlu dilawan dengan kekerasan karena akan banyak memberi dampak yang negatif bagi negara dan terlebih bagi masyarakat. Kita perlu mengupayakan damai dengan mengedepankan dialog.

Situasi terkini di Spanyol awal November 2023 sedang tidak kondusif karena persoalan yang sama. Berbagai penolakan muncul setelah Penjabat Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez mencapai kesepakatan kontroversial untuk tetap berkuasa dengan menawarkan amnesti kepada separatis Catalan sehingga mengguncang seluruh negeri. Di beberapa wilayah kota di Spanyol seperti Madrid dan Barcelona, terjadi demonstrasi besar-besaran menolak kesepakatan ini. Keputusannya bersifat sangat politis karena ia membutuhkan dukungan dari partai-partai kemerdekaan Catalan dan telah menerima tuntutan mereka untuk menawarkan amnesti kepada semua pihak yang diburu karena peran mereka dalam upaya pemisahan diri yang gagal pada tahun 2017. Banyak yang menentang tetapi Pedro dan jajarannya tetap bersikeras menilai bahwa tujuan mereka ialah memulai babak baru di mana kesalahan masa lalu gerakan separatis Catalan yang muncul di 2012 tidak lagi menjadi hambatan untuk diatasi. Sebagian besar masyarakat Spanyol tetap menuntut tidak adanya pengampunan bagi separatis Catalan. Pedro Sánchez tetap pada pendirian dan niatnya untuk membebaskan tawanan separatis Catalan. Ia sangat berani mengambil resiko ini padahal tahu bahwa ia akan melewati jalan yang terjal. Kendati bermuatan sangat politis, ada hal yang perlu kita lihat dari sudut pandang Pedro Sánchez.

Ini yang perlu digarisbawahi oleh mereka yang menentang amnesti bahwa kemanusiaan berada di atas segala-galanya. Jangan karena kepentingan pribadi, dendam dan ego tertentu, menghalalkan segala cara untuk memakai tangan besi menghabiskan nyawa manusia yang harusnya bisa diselamatkan. Karena itu, penting untuk melihat secara berbeda persoalan ini dengan dilandasi SDGs sebagai kesekapatan kita bersama untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan berkelanjutan. Tentu, tidak cukup jika hanya dengan kata-kata belaka. Tindakan pun harus berbeda. Jika sebelumnya di rezim otoriter Franco, segala yang menentang akan dimusnahkan maka sekarang ini segala yang menentang harus kita rangkul kembali bukan malah memilih untuk melawan, menentang dan membasmi.

Kita pasti akan melihat SDGs 16 diupayakan terjadi di Spanyol. Walaupun melalui suatu proses yang sukar, Pedro telah menanam suatu benih kebiasaan yang baik di tengah-tengah orang Spanyol. Bahwa kemanusiaan harus diutamakan di atas segala kepentingan yang lain. Mereka yang bersalah wajib mendapatkan pengampunan dari negara. Kita menanti benih kebaikan ini tumbuh dan menjalar ke setiap warga Spanyol, agar damai yang diimpikan masyarakat dunia melalui SDGs bisa dirasakan oleh semua masyarakat terlebih masyarakat Spanyol yang mengalami sedang mengalami konflik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image