Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asep Totoh Widjaya

Mencari Pemimpin Terbaik

Politik | Tuesday, 09 Jan 2024, 07:44 WIB
ilustrasi gbr : bbc.com

Panggung debat Capres & Cawapres PILPRES 2024 menjadi panggung pembuktian kriteria calon pemimpin yang diinginkan dan akan dipilih rakyat. Sentimen postif dan sentimen negatif diperoleh masing-masing Paslon melihat sepak terjang mereka beradu gagasan, menyampaikan program, mempertahankan pendapatnya dan tidak jarang ada serangan-serangan sentimen pribadi juga gestur yang muncul saat proses debat berlangsung.

Ada banyak diskursus tentang konsep pemimpin atau kepemimpinan, menarik untuk di bahas menyoal karakter pemimpin atau syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan menjadi pemimpin. Karakter seorang pemimpin harus bentuk melalui proses yang lama, ditunjang oleh praktik langsung memimpin, dan penerapan ilmu karakter yang membentuk gaya kepemimpinan.

Alhasil praktek kepemimpinan berubah sesuai perkembangan zaman, model kepemimpinan lama sudah tidak cocok lagi dan oleh karena itu harus dikoreksi atau dikembangkan. Bukankah estafet kepemimpinan menjadi hukum alam (sunatullah), pemimpin silih berganti, generasi muda akan mengganti generasi tua.

Hadirnya para pemimpin masa depan harus bisa menjawab isu dan tantangan zaman “Sang Pemimpin’ dengan kepemimpinan, inovasi, pencapaian, pengaruh, dan integritasnya. Sosok pemimpin hari ini yang dirindukan adalah bukan sosok pencitraan atau hanya visualisasi iklan saja tapi pemimpin dengan kriteria mampu mendengar, melihat, merasakan dan turun ke mayarakat sehinga mampu mengambil keputusan dan melihat masalah dengan sebaik-baiknya secara cepat dan tepat.

Pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan ‘Super Agile’ menjadi modal utama beradaptasi dengan perubahan dan meninggalkan gaya atau pemikiran konvensional. Menurut riset Korn Ferry, seseorang yang disebut ‘super agile’ adalah yang memiliki kelima ciri sebagai berikut: Pertama, People Agility, Memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan oranglain. Kedua, Change Agility, Memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan se-ekstrim apapun.

Ketiga, Result Agility, Memiliki kemampuan menghasilkan sesuatu dalam kondisi yang tak memungkinkan. Pada dasarnya manusia dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Keempat, Mental Agility, Memiliki kemampuan untuk bertahan dalam tekanan mental apapun. Dan kelima, Learning Agility, Memiliki kemampuan untuk memahami dan mempelajari hal baru dengan cepat. Sosok sang pemimpin harus membuktikan kepemimpinannya dalam visi, kompetensi dan karakternya, bukan hanya mengandalkan retorika, aspek elektabilitas atau hubugan kekeluargaan saja.

Pemimpin yang dibutuhkan saat ini salah satunya sosok pemimpin transformasional, sejalan dengan teori kepemimpinan transformasional didasarkan pada studi tentang leadership karismatik yang dipelajari oleh Weber, yang berasumsi bahwa para pemimpin karismatik bergantung pada kualitas hebat yang mereka miliki yang membuat mereka lebih unggul dari pada yang lain. Para pemimpin ini akan muncul di masa krisis dan mengajak orang lain untuk mengikutinya.

Gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemipinan yang dapat mengubah visi misi menjadi aksi, mentransformasikan individu agar mau berubah ke arah peningkatan kualitas diri.

Di dalam pelaksanaannya pemimpin transformasional yaitu idealiazed influence sebagai panutan yang memberikan contoh baik yang akan diikuti oleh anggotanya, inspirational motivation sebagai mentor dengan visi yang jelas, mampu mengkomunikasikan dan memotivasi anggotanya, individual consideration sebagai pendorong anggotanya memecahkan masalah secara rasional, efektif dan efisien, and intelektual stimulation sebagai pendengar aspirasi dan mampu mengetahui kebutuhan anggotanya.

"Digital Leadership"

Selanjutnya sosok pemimpin saat ini juga adalah harus seorang pemimpin digital (digital leadership) yang bersedia dan mampu berkomunikasi dengan cara, saluran, dan alat baru dengan penekanan lebih besar pada bagaimana berpikir kritis, komunikatif, dan kolaborasi secara terintegrasi. Narbona (2016) menyatakan jika kemajuan digital telah membentuk konsep kepemimpinan gaya baru yang dapat membawa generasi yang berbeda untuk bekerja bersama-sama.

Seorang digital leadership memiliki lompatan lebih jauh dan berpandangan lebih luas, yang bisa membawa pemikiran anggota yang dipimpinnya bersama-sama melintas batas bangsa, negara, geografis, budaya, dan batasan lainnya dala, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam mencapai tujuan organisasi, kinerja organisasi, dan pelayanan publik yang jauh lebih baik.

Terdapat 3 komponen utama dalam digital leadership yakni: a) memahami orang lain dengan mendalam (deeply understanding people) mudah untuk merespon berbagai situasi yang muncul di dalam organisasi dan mampu menentukan langkah yang strategis dan efektif-efisien, b) organisasi digital (digital oraganization) adanya kolaborasi dengan lebih banyak entitas dan lebih sedikit ketergantungan pada hierarki untuk kontrol dan koordinasi, c) mengendalikan dan mengintegrasikan tren teknologi (drive and integrate tech tren) mampu mengidentifikasi tren teknologi dan secara strategis memasukkannya ke dalam strategi organisasi.

Satu hal yang utama, jika model kepemimpinan yang tepat akan bervariasi tergantung pada konteks, tugas, dan tujuan yang harus dicapai. Maka sejatinya seorang pemimpin harus dapat mengadaptasi gaya kepemimpinannya sesuai dengan kebutuhan situasi dan pengikutnya.

Alhasil, Pemimpin terbaik akan hadir untuk mau dan rela berkorban, tak ada kemajuan bangsa tanpa pengorbanan kepemimpinan dan jangkar moral yang kokoh. Sanggupkan para pemimpin melepaskan kepentingan egosentrisnya untuk memuliakan nilai-nilai moral kenegaraan, prinsip-prinsip yang penting bagi orang banyak.

Sejatinya kekuatan moral dan ketauladan perilaku, integritas, dan tentu saja kekuatan karakter sang pemimpin akan mengalahkan pencitraan, populisme, yang seolah-seolah membela kepentingan rakyat namun mengorbankan rakyat yang lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image