Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Mengasuh Anak dengan Berbohong: Apakah Itu Biasa?

Parenting | Monday, 08 Jan 2024, 14:16 WIB
Sumber gambar: Big Think

Bolehkah orang tua berbohong kepada anak mereka?

Poin-Poin Penting

· Orang tua yang berbohong kepada anak, setidaknya sesekali, tampaknya merupakan fenomena universal.

· Terdapat bukti bahwa kebohongan orang tua dapat meningkatkan kebohongan anak.

· Mengasuh anak dengan berbohong mungkin berdampak buruk pada penyesuaian psikososial anak.

Dari bercerita tentang Sinterklas atau peri gigi, hingga mendisiplinkan melalui kebohongan (“Jika kamu tidak makan sayur, kamu tidak akan tumbuh lebih tinggi”), hingga berbohong untuk melindungi perasaan anak (hewan peliharaanmu yang sudah meninggal “pergi ke tinggal di pertanian”), banyak orang tua menggunakan kebohongan sebagai bagian dari mengasuh anak.

Sebuah artikel baru-baru ini mengulas penelitian tentang orang tua yang berbohong kepada anak-anak dan hasilnya menarik dan menunjukkan bahwa kebohongan orang tua mungkin berdampak penting pada sosialisasi dan kesejahteraan anak di masa depan.

Pertama dan terpenting, kebanyakan orang tua berbohong kepada anak-anak mereka. Dalam sebuah penelitian, 78% orang tua di Amerika, dan 100% orang tua di Tiongkok, mengaku berbohong kepada anak-anak mereka (walaupun cukup meyakinkan bahwa hanya sebagian kecil orang dewasa di Amerika yang mengatakan bahwa orang tua mereka sering berbohong kepada mereka).

Apa salahnya?

Menurut teori pembelajaran sosial, anak-anak mempelajari perilaku dengan mencontohkan/meniru perilaku orang tua mereka, sehingga berbohong kepada anak-anak dapat membuat mereka percaya bahwa berbohong itu baik-baik saja dan hal tersebut akan dilakukan. Penelitian lain menunjukkan bahwa jika orang tua berbohong kepada anak-anaknya, hal itu dapat menyebabkan mereka juga berbohong kepada orang tuanya. Yang lebih penting lagi, terdapat beberapa bukti bahwa orang tua yang berbohong kepada anak dapat berdampak buruk pada penyesuaian psikososial anak dan berdampak negatif pada keterikatan anak dengan orang tuanya.

Secara ekstrim, kebohongan orang tua dapat menyebabkan perilaku antisosial dan psikopati. Satu hal yang harus diperhatikan: sebagian besar penelitian ini bersifat korelasional, sehingga tidak mungkin untuk menentukan apakah kebohongan orang tua atau hal lain (misalnya, gaya pengasuhan yang buruk secara umum) yang memengaruhi penyesuaian dan kesejahteraan anak.

Apa yang harus dilakukan

Mengingat sebagian besar orang tua melakukan tindakan mengasuh anak dengan berbohong, meskipun kebohongan tersebut bersifat “sedikit putih”, apa yang harus diwaspadai orang tua?

Jumlah kebohongan itu penting. Kemungkinan besar, kebohongan yang dilakukan sesekali memiliki dampak negatif yang lebih kecil dibandingkan dengan orang tua yang terus-menerus berbohong kepada anak-anaknya.

Cobalah mencontohkan kejujuran. Mengingat anak-anak belajar dari dan meniru orang tuanya, berusaha untuk lebih jujur dan terbuka terhadap anak-anak Anda akan berdampak positif pada perkembangan mereka. Memberi contoh perilaku jujur, dan menguatkan anak Anda untuk bersikap jujur, adalah strategi yang baik.

Tindak lanjuti dan jelaskan. Jika seorang anak berbohong, pastikan untuk mengakuinya (mungkin seiring pertumbuhan dan kedewasaan anak) dan jelaskan alasannya.

Gaya pengasuhan yang baik itu penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika orang tua menerapkan pola asuh otoritatif (yaitu pola asuh yang responsif dan suportif, yang menetapkan batasan bagi anak-anak), beberapa kebohongan putih mungkin hanya mempunyai sedikit dampak negatif. Alternatifnya, orang tua yang otoriter dan suka menghukum yang menggunakan kebohongan untuk menjaga anak-anak mereka agar tetap patuh mungkin mempunyai dampak yang lebih merugikan pada anak-anak mereka.

Pertimbangkan alternatif selain berbohong. Jika permainan biola anak Anda buruk, dan bukan kebohongan “kamu bermain dengan indah”, fokuslah untuk bersikap lugas dan suportif. “Kamu sedang belajar dan itu membutuhkan waktu,” yang kemudian ditindaklanjuti dengan “Saya perhatikan kamu semakin membaik,” adalah salah satu contohnya.

Penulis tinjauan tersebut menyarankan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian. Seperti yang mereka catat, “ada kemungkinan (bahwa) mengasuh anak dengan berbohong yang dimotivasi oleh tujuan pengasuhan yang baik, seperti menjaga perasaan anak-anak atau mempertahankan rasa magis (contoh Sinterklas), dapat berkorelasi positif dengan harga diri, keterampilan kognitif anak-anak. , dan kreativitas”.

***

Solo, Senin, 8 Januari 2024. 2:05 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image