Tips Mendampingi dan Memantau Anak Belajar
Eduaksi | 2024-01-08 11:25:44Sehari menjelang ujian semester ganjil lalu, ada orang tua murid yang mengirim pesan WhatsApp ke saya menanyakan adakah contoh soal yang buat ujian besok atau soal hitungannya apakah sama dengan yang dibuku pelajaran. Saya jawab pesan tersebut bahwa soal untuk ujian semester sudah dijelaskan ke siswa saat kegiatan belajar mengajar pekan kemarin, model soalnya seperti ujian tengah semester sebelumnya (ada soal pilihan ganda, isian singkat, benar salah, dan essai), kisi-kisinya nanti akan di share di grup kelas. Saya tambahkan lagi bahan dan bacaan teori ada di buku pelajaran yang dimiliki anak dan buku pelajaran dalam file pdf yg sudah saya share di awal semester.
Esoknya setelah selesai ujian, sambil berjalan santai saya bertemu dengan beberapa anak dan mereka mengatakan kisi-kisi yang saya berikan sangat membantu sekali untuk menyelesaikan soal-soal ujian. Ya kisi-kisi soal yang saya berikan ke siswa tersebut memang dibuat lebih jelas dengan menyertakan indikator atau gambaran dari pertanyaan pada setiap soal yang diujikan. Tentunya bagi siswa yang benar-benar belajar di sekolah maupun di rumah akan faham kisi-kisi tersebut mengarah ke soal seperti apa dan bagaimana menjawabnya. Namun bagi yang tidak benar-benar belajar meskipun diberi kisi-kisi sedetil dan sejelas mungkin mengarah ke soal ujian, tetap saja tidak bisa menjawab dengan baik. Terbukti beberapa siswa hasil ujiannya masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal.
Saya tergelitik dengan pertanyaan orang tua tersebut karena dilakukan sehari menjelang ujian. Dalam benak saya “ga bahaya ta”, ehh maksudnya apa tidak telat ya. Terlebih dari tiga bab pelajaran yang mau diujikan dua bab adalah materi yang penuh pemahaman konsep dan hitungan dengan rumus-rumus. Kita semua mafhum, belajar eksak yang banyak hitungan seperti matematika dan sains tidak akan efektif dengan cara sistem kebut semalam.
Sebagai guru, saya sangat mengapresiasi perhatian dan keterlibatan orang tua untuk kesuksesan belajar anaknya. Karena pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Dan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam proses pendidikan anak. Akan tetapi jangan sampai peran orang tua hanya pada saat anaknya mau ulangan atau ujian semester saja.
Peran ayah bunda dalam pendidikan anak di sekolah terutama memberikan motivasi dan menanamkan sikap cinta belajar. Selain itu perlu ditanamkan keyakinan dan sikap pantang menyerah bahwa semua soal atau kesulitan materi pelajaran dapat diatasi dan diselesaikan selama anak terus belajar dan berusaha. Demikian juga dengan tujuan atau cita-cita anak.
Nah, mumpung masih awal sekolah semester genap ada baiknya kita refleksi peran kita sebagai orang tua untuk pendidikan anak-anak kita. Tentunya ke depan kita berharap peran orang tua dapat meningkat secara kualitas dan kuantitas. Bercermin dari hasil refleksi masing-masing kita perlu lebih memikirkan atau merencanakan hal-hal terkait pemantauan dan pendampingan belajar anak-anak kita.
Menghadapi awal semester genap sekaligus awal tahun ini, beberapa hal atau tips berikut bisa ayah bunda pelajari untuk persiapan rencana pendampingan atau pemantauan proses belajar anak di rumah dan sekolah
Pertama, dapatkan informasi lengkap terkait kurikulum dan pelajaran apa saja yang akan dipelajari anak. Informasi ini biasanya disosialisasikan oleh pihak sekolah saat pertemuan awal dengan orang tua siswa baru. Jangan sampai Ayah Bunda melewatkan pertemuan penting tersebut. Pada pertemuan awal tersebut biasanya juga diperkenalkan semua guru dan pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu pada kesempatan tersebut orang tua dapat mengorek lebih detil terkait materi pelajaran, tugas, ulangan dan hal terkait lainnya pada gurunya langsung.
Bagi orang tua yang anaknya mulai menjadi siswa di sekolah menengah pertama baiknya bisa berkomunikasi dengan anaknya terkait materi pelajaran sekolahnya. Hal ini bisa memberi rasa tanggungjawab kepada mereka. Lebih jauh jika obrolan pelajaran dengan anak semakin baik dan lancar, bisa dilanjut dengan mencari solusi terkait kemungkinan kemungkinan kesulitan belajar mereka.
Kedua, ketika telah berjalannya kegiatan belajar mengajar, Ayah Bunda dapat berdiskusi dengan pihak sekolah (guru mata pelajaran, wali kelas, atau guru bimbingan konseling) terkait kesulitan atau kondisi anak selama belajar di rumah. Pelajaran atau materi pelajaran juga bisa ditanyakan kembali jika ayah bunda tidak sempat menyimak dengan baik informasi terkait hal tersebut yang pernah disampaikan oleh pihak sekolah. Sebagai praktisi pendidikan di sekolah, kami akan sangat senang jika ada orang tua yang mau mendiskusikan langsung masalah perkembangan belajar anaknya dengan pihak sekolah
Ketiga, memastikan anak belajar kembali di rumah. Ini penting dilakukan anak sebagai prasyarat keberhasilan dalam menguasai pelajarannya di sekolah. Biasakan belajar setiap hari (kecuali hari libur bolehlah bersantai atau refreshing). Belajar bukan hanya jika ada pekerjaan rumah atau tugas dari gurunya. Belajar di rumah tidak harus berjam jam. Jika tidak ada PR, cukup luangkan waktu setengah jam untuk melihat kembali catatan pelajaran yang tadi dipelajari di sekolah dan membaca ringkas materi pelajaran yang besok akan diajarkan di sekolah. Jika terus menerus dilakukan akan membentuk kebiasaan belajar mandiri di rumah. Jika sudah jadi kebiasaan dan suka belajar, durasi waktu belajar pun akan anak tambah sendiri sesuai kebutuhan.
Keempat, memberi apresiasi terhadap perubahan dan kemajuan belajar anak. Meskipun hanya perubahan kecil misal selesainya tugas atau pekerjaan rumah. Memberi apresiasi bagusnya tidak hanya pada “prestasi besar”. Jangan berharap anak cepat berprestasi. Jika saat sekolah dasar belum “berprestasi” bisa jadi anak akan berprestasi di SMP. Jika di SMP belum berprestasi, bisa jadi dia akan berprestasi di SMA/SMK dan seterusnya. Bersabar dan teruslah berdo’a, jangan berharap perubahan pola belajar yang cepat dari anak.
Dan yang perlu diingat, prestasi bukan hanya pada bidang akademik. Banyak prestasi yang bisa diraih selain bidang akademik. Intinya adalah terbentuk dulu kebiasaan belajar mandiri seperti pada tips ketiga. Jika belajar sudah menjadi kebiasaan, insyaAllah prestasi pun akan bermunculan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.