Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Citra Tubuh Remaja

Gaya Hidup | Monday, 01 Jan 2024, 19:44 WIB
Sumber gambar: PT

Apakah dampak negatif penggunaan media sosial terhadap citra tubuh di kalangan remaja dapat dibalik?

Poin-Poin Penting

· Kekhawatiran mengenai media sosial dan citra tubuh merupakan hal yang lazim di kalangan remaja.

· Media sosial dapat memengaruhi citra tubuh dan kesehatan mental melalui perbandingan sosial yang tidak menguntungkan.

· Mengurangi penggunaan media sosial dapat meningkatkan citra tubuh di kalangan remaja.

Media sosial telah menjadi bentuk interaksi utama di kalangan remaja dan dewasa muda Gen Z yang “melek teknologi”. Anda tahu, yang kita kunjungi ketika kita tidak tahu cara mengatur ulang kata sandi kita. Hal ini sudah menjadi bagian dari budaya masa muda dan modern mereka, sehingga hidup tanpa media sosial atau ponsel pintar adalah hal yang tidak dapat dibayangkan. Mengingat media sosial masih merupakan bentuk komunikasi yang relatif baru, ditambah dengan penggunaannya yang kini ada di mana-mana, terdapat kekhawatiran yang luas mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental di kalangan remaja. Masa remaja dan dewasa muda merupakan tahapan kehidupan yang diketahui mengalami perubahan sosial, emosional, dan fisik yang cepat. Hal ini menjadikan masa remaja dan transisi menuju masa dewasa awal sebagai periode yang sangat rentan terhadap berkembangnya masalah kesehatan mental.

Manfaat paling nyata dari media sosial adalah memungkinkan kaum muda, di mana pun mereka berada, untuk langsung terhubung, berinteraksi dengan teman sebayanya melalui pesan, dan berbagi gambar dan video. Meskipun keterhubungan dengan dunia di sekitar mereka bisa menjadi sesuatu yang positif, namun ada konsekuensinya, setidaknya bagi sebagian remaja. Ciri-ciri umum seperti jumlah teman atau pengikut, atau jumlah suka pada gambar atau postingan sering kali dipandang sebagai cerminan popularitas seseorang. Perbandingan sosial yang dibuat oleh remaja muda yang mudah dipengaruhi dapat memengaruhi perasaan mereka terhadap diri sendiri dan tubuh mereka.

Kita sudah lama mengetahui bahwa paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis dan digambarkan dalam budaya populer dapat berdampak negatif pada citra tubuh. Namun, di era digital modern, kaum muda dihadapkan pada ratusan, bahkan ribuan, gambar setiap hari. Foto dan postingan di media sosial dipilih untuk menampilkan dan mempertahankan citra diri terbaik seseorang yang dibangun dengan cermat. Mereka sering kali disempurnakan dengan “filter” program foto dan pengeditan tubuh, sehingga membuat perbandingan penampilan menjadi tidak mungkin dan berbahaya.

Penggambaran online mengenai “realitas” yang terlalu positif dan seringkali salah dapat membuat remaja merasa tidak puas dengan penampilan mereka, dan kehidupan mereka tidak sesuai. Kontes popularitas virtual ini juga dapat menimbulkan tekanan kuat untuk memposting dan “mengikuti” atau berisiko dianggap tidak populer atau menjalani kehidupan yang kurang menarik, sehingga mengakibatkan ketidakpuasan yang lebih besar. Pencarian tanpa henti untuk mendapatkan gambar yang sempurna pasti menyita waktu berharga dari aktivitas yang sebenarnya dapat membuat remaja merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Apa yang diketahui tentang pengaruh media sosial terhadap citra tubuh?

Banyak penelitian menunjukkan tren peningkatan ketidakpuasan terhadap tubuh dan berat badan yang lebih besar di kalangan remaja yang sering atau sering menggunakan media sosial. Namun, penelitian-penelitian ini sebagian besar bersifat korelasional dan bukan kausal. Sederhananya, penelitian-penelitian tersebut tidak menentukan apakah tingginya paparan terhadap media sosial menciptakan citra tubuh yang lebih buruk di antara penggunanya, atau apakah mereka yang memiliki masalah citra tubuh menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. Ketidakjelasan ini membuat saya dan para siswa memulai penelitian untuk lebih memahami dampak kausal media sosial terhadap citra tubuh dan kesehatan mental.

Para peneliti di Kanada merekrut sekelompok remaja berusia 17-24 tahun yang menggunakan media sosial selama lebih dari dua jam per hari dan juga mengalami tingkat tekanan emosional yang lebih tinggi. Para peneliti melacak penggunaan media sosial mereka selama satu minggu dengan meminta peserta mengirimkan tangkapan layar harian dari penggunaan mereka. Para remaja ini menghabiskan sekitar dua setengah jam per hari di media sosial. Selama periode yang sama, peneliti juga menilai citra tubuh mereka dan tindakan kesehatan mental lainnya. Peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok intervensi mengurangi penggunaan media sosial harian mereka menjadi satu jam per hari. Kelompok kendali terus menggunakan media sosial tanpa batasan. Setelah periode intervensi tiga minggu berakhir, mereka yang mengurangi penggunaan media sosial setiap hari melaporkan peningkatan yang jauh lebih besar dalam hal penampilan dan harga diri dibandingkan dengan mereka yang tidak mengurangi penggunaan media sosial.

Apa artinya ini ke depan?

Dalam masyarakat di mana permintaan akan layanan kesehatan mental anak dan remaja meningkat dan daftar tunggu untuk mendapatkan layanan sangat panjang, kita perlu segera mengidentifikasi strategi sederhana namun efektif yang dapat dilakukan orang tua dan remaja agar merasa lebih baik. Kabar baiknya adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengurangi penggunaan media sosial ke tingkat yang lebih moderat—sekitar satu jam per hari—adalah awal yang baik.

Mengganti penggunaan media sosial dengan aktivitas yang lebih meningkatkan kesehatan mental seperti aktivitas fisik, menghabiskan waktu di alam terbuka, melakukan hobi, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga dapat memberikan manfaat psikologis yang lebih besar.

***

Solo, Senin, 1 Januari 2024. 7:39 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image