Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atep Sukron

Berbudaya Literasi Gak Cukup dengan Membaca

Edukasi | Thursday, 23 May 2024, 16:57 WIB
Dok. Pribadi

Dalam KBBI salah satu makna literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Saya suka atau sering mendefinisikan literasi sebagai kemampuan baca dan nulis. Dimana baca dalam artian konsumtif, berarti gain knowledge sebanyak mungkin dan nulis dalam artian produktif, berarti transfer knowledge sebermanfaat mungkin.

Banyak sekali cara kita untuk menambah pengetahuan, entah itu di pendidikan formal maupun informal. Namun salah satu yang paling penting atau bahkan fundamental tetapi juga kurang populer dan minim sekali untuk bahkan hanya untuk dijadikan sebuah hobi, yaitu baca buku. Sebagian besar dari kita pun pasti sadar dan sering melihat banyak infografis yang menunjukkan rendahnya minat baca di negara tercinta kita Indonesia.

Tentunya krisis minat baca ini didasari banyak sekali faktor seperti minimnya akses terhadap buku, jumlah buku bacaan yang tersebar di seluruh perpustakaan umum di Indonesia berdasarkan penelitian Perpustakaan Nasional pada tahun 2021 adalah sebanyak 28,5 juta eksemplar. Bisa kita bandingkan ketimpangannya dengan jumlah total penduduk Indonesia, tentunya masih sangat kurang mencukupi.

Hal yang menjadi PR besar lainnya adalah minimnya terbitan-terbitan buku dari penulis lokal, hal ini bisa dilihat ketika kita masuk ke toko-toko buku seperti Gramedia, sesaat setelah masuk kita akan langsung disuguhi buku-buku yang terpajang di etalase teratas dan paling depan yang kebanyakan itu merupakan karya-karya hasil terjemahan, walaupun hal itu juga sangat bagus. Namun ada sedikit yang mengganjal, mengingat Nusantara itu gudangnya cerita.

Potensi yang cukup besar bagi para calon penulis-penulis lokal di Indonesia mendongkrak semangatnya untuk meningkatkan skala terbitan-terbitan buku, khususnya di bidang sastra dan sejarah. Menarasikan cerita-cerita yang dituangkan ke dalam sebuah karya tulis berupa buku yang bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas yang berdaya saing dengan karya-karya orang luar dan mampu menghiasi rak-rak utama di toko-toko buku dimanapun, bukan hanya di Indonesia.

Kembali lagi, jika ingin meningkatkan skala penulisan buku mau gak mau kita harus memulai dengan meningkatkan budaya baca buku terlebih dahulu sebagai hal yang fundamental, hal ini tidak terhindarkan. Hal lain selain faktor eksternal tadi, tidak sedikit orang-orang yang memulai membaca buku namun di akhir mengalami kemandekan. Bias atau ketidakjelasan setelah membaca, yang tidak menutup kemungkinan kemandekan tersebut salah satu sebabnya adalah dalam membaca buku mereka tidak membarenginya dengan aksi, merasa tidak ada perubahan, bosan dan akhirnya berhenti membaca.

Baca buku tidak akan ada artinya bila tidak ada bentuk implementasi setelahnya, walaupun tidak semua buku itu sifatnya aplikatif. Seperti halnya buku-buku self improvement, tapi di samping hal itu yang mereka butuhkan itu adalah adanya sebuah ruang, wadah, ataupun kegiatan yang dapat menampung apa yang telah dibaca untuk diujikan. Entah itu dalam bentuk diskusi, bercerita, sharing atau apapun lah kegiatan-kegiatan lainnya.

"Baca buku tidak akan ada artinya bila tidak ada bentuk implementasi setelahnya, walaupun tidak semua buku itu sifatnya aplikatif."

Kita bisa memulainya dengan berteman dengan orang yang memiliki minat dan hobi yang sama untuk kita baca buku bareng atau dengan orang-orang yang sudah tergabung dalam sebuah kelompok yang terorganisasi seperti klub-klub buku, disana selain bisa menuangkan apa yang telah dibaca juga bisa mengekspresikan diri kita dengan orang-orang yang sehobi, menambah teman serta wawasan, menjadi tidak mudah bosan intinya dan akhirnya membaca secara kontinu.

Banyak sebenarnya kelompok atau organisasi yang bergerak di bidang literasi yang tersebar di Indonesia, yang berskala besar ataupun kecil-kecilan. Buat yang tertarik, ada salah satu klub buku keren banget @jktbookparty. Dan kita pun bisa menjamurkan gerakan-gerakan seperti ini dengan ngajak orang-orang di lingkungan kita yang mau diajak untuk bikin klub buku sendiri, karena gak perlu harus langsung berskala besar, salam literasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image