Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ruhul Ikhsan

Angka Melek Huruf 2024: Tantangan dan Solusi Menuju Masyarakat Literat

Pendidikan dan Literasi | 2025-01-14 12:26:15
Sumber gambar: Google

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk di suatu wilayah yang memiliki kemampuan dasar dalam mengakses informasi, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang. AMH dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup individu, keluarga, serta negara di berbagai aspek.

Angka Melek Huruf menjadi salah satu indikator dalam pencapaian target SDGs, khususnya memastikan bahwa pada tahun 2030 semua remaja dan Sebagian kelompok dewasa, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan literasi dan numerisasi. Sebagai bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan, pemerintah Indonesia telah menempatkan peningkatan angka melek huruf sebagai prioritas utama dalam sektor pendidikan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mencatat kemajuan yang signifikan dalam upaya meningkatkan Angka Melek Huruf dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2024, angka melek huruf di Indonesia menjadi yang tertinggi selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 97%.

Peningkatan Angka Melek Huruf di Indonesia mencerminkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis. Angka ini menunjukkan perkembangan yang positif dari waktu ke waktu, dengan peningkatan bertahap yang konsisten setiap tahunnya. Peningkatan ini mencerminkan efektivitas program pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah, seperti wajib belajar dan upaya peningkatan akses pendidikan di berbagai provinsi. Namun, di tengah pencapaian tersebut, tantangan seperti kesenjangan wilayah dan kelompok rentan masih memerlukan perhatian serius.

Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi dalam Menuju Masyarakat Literat

Tantangan utama yang masih dihadapi oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan Angka Melek Huruf di Indonesia yaitu kesenjangan wilayah, di mana daerah pedesaan dan terpencil cenderung memiliki angka melek huruf yang lebih rendah dibandingkan perkotaan. Faktor geografis yang sulit dijangkau, minimnya fasilitas pendidikan, dan keterbatasan tenaga pengajar menjadi hambatan utama bagi masyarakat di wilayah ini untuk mendapatkan akses pendidikan yang memadai.

Tantangan lainnya yaitu kesenjangan gender yang juga masih menjadi isu yang signifikan. Pada beberapa daerah, perempuan memiliki tingkat melek huruf yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini sering kali disebabkan oleh norma budaya yang membatasi peran perempuan dalam pendidikan serta kurangnya dukungan untuk pendidikan anak perempuan. Akibatnya, perempuan di wilayah tertentu lebih rentan terhadap buta huruf dan kesenjangan pendidikan yang berkelanjutan.

Solusi atau Strategi dalam Mengatasi Tantangan-Tantangan Tersebut

Mengatasi tantangan melek huruf di Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Salah satu langkah utama adalah meningkatkan pelatihan bagi para guru, terutama mereka yang bertugas di daerah terpencil. Pelatihan ini harus mencakup strategi pengajaran yang adaptif dan berbasis kebutuhan lokal, sehingga guru dapat memberikan pendidikan yang relevan dan efektif. Selain itu, pengadaan insentif bagi tenaga pengajar di wilayah ini dapat mendorong lebih banyak guru berkualitas untuk melayani masyarakat terpencil.

Pemerintah juga perlu memperluas program keaksaraan berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan literasi. Dengan memanfaatkan potensi lokal, seperti tokoh masyarakat dan organisasi pemuda, program ini dapat menjangkau kelompok rentan yang sulit dijangkau oleh program formal. Pendekatan ini juga dapat meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program literasi, sehingga keberlanjutannya lebih terjamin. Di sisi lain, kolaborasi multisektoral harus diperkuat untuk mendukung upaya pengentasan buta huruf. Pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat perlu bekerja sama dalam menyediakan sumber daya, teknologi, dan infrastruktur pendidikan yang inklusif.

Angka melek huruf di Indonesia pada tahun 2024 mencerminkan kemajuan signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, untuk mencapai pemerataan dan memastikan semua lapisan masyarakat mendapatkan akses ke pendidikan keaksaraan, diperlukan kerja keras dan kolaborasi berkelanjutan dari berbagai pihak. Dengan demikian, Indonesia dapat semakin mendekati visi menjadi masyarakat yang literat dan berdaya saing di tingkat global.

Ditulis oleh : Ananda Galuh IP, Muhammad Ruhul I, Putri Moelinda F (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image