Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Teknologi Bukan Segalanya: Pelajaran Dari Kekalahan Israel oleh Hamas

Agama | Monday, 01 Jan 2024, 16:11 WIB
Sumber foto : dokumen pribadi via image creator Canva

Konflik Israel-Palestina kembali memasuki babak baru setelah pasukan Hamas berhasil mengalahkan tentara Israel dalam pertempuran sengit beberapa waktu lalu. Kemenangan Hamas ini sungguh tak terduga, mengingat selama ini tentara Israel dipandang jauh lebih unggul berkat persenjataan dan teknologi militer mutakhir yang dimiliki.

Namun ternyata, keunggulan peralatan dan teknologi tersebut tak berarti apa-apa tatkala berhadapan dengan para pejuang Hamas yang telah terlatih dan teruji dalam perang gerilya. Dalam pertempuran darat yang masih terus berlangsung, Hamas berhasil menewaskan ratusan tentara Israel, dan bahkan menghancurkan beberapa kendaraan dan peralatan tempur canggih milik tentara Israel.

Menurut sejumlah analis, ada beberapa faktor yang menyebabkan tentara Israel bisa dikalahkan oleh Hamas, meskipun jelas mereka jauh lebih unggul dalam hal persenjataan. Pertama, para pejuang Hamas sudah sangat mahir dalam strategi dan taktik perang gerilya, yang sangat efektif ketika melawan musuh yang lebih besar dan kuat. Mereka mampu bergerak cepat, bersembunyi, dan melakukan serangan dadakan yang mematikan.

Kedua, tentara Israel terlalu mengandalkan keunggulan peralatan dan teknologi yang mereka miliki. Mereka terjebak dalam pola pikir bahwa dengan drone maupun jet tempur canggih pasti bisa dengan mudah mengalahkan musuh. Nyatanya, peralatan canggih tersebut kurang efektif ketika digunakan melawan musuh yang lihai bergerilya dan bersembunyi di tengah padatnya pemukiman warga.

Ketiga, tentara Israel kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam perang gerilya. Mayoritas tentara Israel terlatih untuk perang konvensional dengan mengandalkan keunggulan teknologi dan peralatan. Ketika dihadapkan pada perang gerilya, mereka kewalahan. Sebaliknya, gerilyawan Hamas sudah biasa bertempur dengan cara ini selama puluhan tahun.

Keempat, faktor geografis Palestina yang padat pemukiman juga memberi keuntungan bagi Hamas. Ribuan rumah warga menjadi tempat persembunyian yang efektif bagi mereka. Sementara tentara Israel kesulitan bergerak di lingkungan seperti itu. Mereka justru rentan diserang secara gerilya.

Akibatnya, meski Israel mengerahkan jet tempur, tank, kapal perang, dan drone canggih, mereka tetap kesulitan mengalahkan Hamas. Padahal, dilihat dari sisi anggaran pertahanan, Israel jauh lebih unggul dibanding Hamas yang relatif minim sumber daya. Anggaran pertahanan Israel mencapai 21,7 miliar dolar AS pada 2021, tertinggi di Timur Tengah. Sementara Hamas bergantung pada bantuan luar negeri dan pendanaan pribadi.

Kekalahan tentara Israel ini jelas merupakan tamparan bagi militer negara yang selama ini dianggap paling canggih di Timur Tengah itu. Reputasi Israel sebagai kekuatan militer nomor satu di kawasan tersebut kini dipertanyakan. Sementara reputasi Hamas sebagai kelompok gerilya ulung kini semakin kuat.

Kemenangan Hamas ini bisa jadi akan membuat Israel berpikir ulang tentang strategi pertahanannya. Mungkin saatnya bagi Israel untuk lebih mengembangkan kemampuan tempur gerilya dan anti-gerilya, bukan hanya mengandalkan peralatan canggih. Pelajaran penting juga harus ditarik tentang pentingnya memahami karakteristik medan dan musuh yang dihadapi.

Di sisi lain, kemenangan Hamas tentu akan meningkatkan moral dan kepercayaan diri mereka. Ini bisa memperkuat militansi Hamas terhadap Israel. Dukungan dari dunia Arab pada Hamas diperkirakan akan meningkat pasca kemenangan ini. Situasi keamanan di wilayah tersebut diprediksi akan semakin tegang.

Kekalahan Israel kali ini mengingatkan kembali pada dunia bahwa konflik Israel-Palestina jauh dari selesai. Peperangan konvensional dengan mengandalkan keunggulan peralatan bukan jaminan kemenangan, terutama bila melawan musuh yang lihai dalam perang gerilya seperti Hamas. Mungkin sudah saatnya bagi Israel dan Palestina untuk kembali ke meja perundingan demi perdamaian yang lebih adil dan bermartabat. Wallahu a'lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image