Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Kesyahidan Yahya Sinwar Dan Ambruknya Narasi Demonologi Israel

Sejarah | 2024-10-19 05:55:33
Yahya Sinwar, Sumber Gambar : www.republika.co.id

Salah satu pergerakan Islam (harakah Islamiyah) kerap mendapatkan labelisasi negatif dari dunia barat (Amerika Serikat dan sekutunya) adalah Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) arti harfiahnya “Gerakan Perlawanan Islam”. Hamas mendapatkan stigma demonologi sebagai gerakan teroris dan fundamentalis dari zionis-Israel, labelisasi itu disematkan pihak zionis serta dunia barat selama puluhan tahun lamanya, stigma negatif secara sengaja ingin menjadikan Hamas sebagai musuh bersama.

Noam Chomsky guru besar dalam bidang linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts dalam salah satu karyanya berjudul Pirates and Emperor International Terrorisme in The Real World (1986) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul Menguak Tabir Terorisme Internasional (1991), menjelaskan demonologi adalah sebuah istilah untuk menjelaskan langkah-langkah sistematis dalam menempatkan individu atau kelompok sosial sebagai ancaman, yang harus dimusuhi, dikucilkan, dan dihancurkan.

Tindakan demonologi bisa dilakukan oleh seseorang, kelompok sosial, komunitas, pemerintah atau negara dalam menyederhanakan posisi pihak-pihak tidak disukai, dibenci, atau dimusuhi, dengan tujuan menciptakan opini publik (public opinion) agar memiliki persepsi yang sama, dengan para pembuat narasi demonologi itu, agar tindakan dilakukan aktor mendesain demonologi mendapatkan legitimasi dari publik, artinya demonologi menjadi alat justifikasi represif menyingkirkan kelompok lain.

Hamas sejak pertama kali didirikan Syekh Ahmad Yassin pada bulan Desember 1987, mendapatkan stigma buruk dari Israel dan sekutunya, dikarenakan Hamas menjadi salah satu faksi perlawanan Palestina yang tidak bersedia tunduk dan berkompromi dengan Israel, selama ini gerakan Hamas menempuh jalan non-kooperatif, yang dianggap mengancam kepentingan Israel dalam mewujudkan ambisi imperialis dan kolonialisnya. Narasi demonologi zionis ini tidak saja ditunjukkan kepada Hamas sebagai sebuah institusi, tetapi para pimpinan, tokoh, anggota, dan simpatisan Hamas kerap mendapatkan stigmatisasi buruk.

Demonologi Operasi Badai Al-Aqsa

Serangan Brigade Izzuddin Al-Qassam sayap militer kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023, telah meruntuhkan mitos kehebatan sistem pertahanan dan kekuatan militer Israel, para milisi Al-Qassam dengan mudahnya memasuki wilayah pendudukan Israel dari darat, laut, dan udara. Operasi Badai Al-Aqsa telah mempermalukan wajah zionis di panggung politik global, propaganda militer Israel sebagai kekuatan terkuat di Timur Tengah bahkan di dunia, yang digembar-gemborkan oleh media barat akhirnya runtuh sampai ke titik nadir.

Untuk mengembalikan citra dirinya yang terpuruk itu Israel melakukan manipulasi atas persepsi publik, dengan membangun narasi demonologi atas Operasi Badai Al-Aqsa dilancarkan Hamas. Narasi demonologi zionis itu dilakukan sebagai alat melegitimasi invasi mereka ke Jalur Gaza, tercatat Israel menempuh beberapa strategi demonologi kepada Hamas.

Pertama, Hamas dituduh melakukan pembunuhan massal pada masyarakat sipil. Kedua, Hamas difitnah melakukan pemenggalan puluhan kepala bayi. Ketiga, tuduhan pemerkosaan perempuan Israel secara massal dan sistematis (Ar-Risalah, 2024).

Segala tuduhan zionis-Israel kepada Hamas terbukti tidak benar, pemberitaan negatif atas Operasi Badai Al-Aqsa merupakan kebohongan belaka.

Media Prancis Le Monde melakukan investigasi atas pemberitaan pemenggalan 40 kepala bayi Israel dilakukan Hamas, ternyata semua berita itu palsu, belakangan militer Israel (IDF) dan para penyelidik menjelaskan itu tidak pernah terjadi. Kemudian pengakuan dari Chaim Otmazgin, seorang sukarelawan dari organisasi tanggap darurat Israel, yang mengaku menyaksikan telah terjadi pemerkosaan massal pada 7 Oktober 2023, justru setelah dilakukan penyelidikan secara independen oleh PBB dan sejumlah pihak, menyimpulkan bahwa Chaim Otmazgin telah mengarang cerita palsu, belakangan Chaim Otmazgin mengakui mengarang cerita bohong itu. Tuduhan IDF menyebutkan semua korban tewas di Israel akibat serangan Hamas, terungkap kemudian IDF sendiri yang banyak membunuh warga Israel, mereka menembak dari tank, helikopter serbu, dan drone ke arah rumah, mobil, dan kerumunan orang. Tindakan IDF itu semata-mata untuk menerapkan Protokol Hanibal, yaitu mencegah warga Israel diculik lalu disandera oleh pihak lawan dengan menembaknya (Sarwindaningrum, 2024).

Syahidnya Yahya Sinwar

Berita syahidnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, menjadi perbincangan masyarakat dunia, sosok yang dituduh zionis-Israel bertanggungjawab atas Operasi Badai Al-Aqsa, diberitakan meninggal setelah terjadi kontak tembak dengan militer IDF pada hari Kamis, 17 Oktober 2024, di wilayah Jalur Gaza bagian Selatan.

Yahya Sinwar lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza. Sosok Sinwar memiliki pengaruh besar dikalangan milisi Brigade Izzuddin Al-Qassam. Sinwar dikenal mempunyai reputasi pendirian teguh dan kuat, terutama sikapnya di dalam menempuh pendekatan militer terhadap Israel, ia merupakan arsitek yang berhasil memperkuat persenjataan Hamas, di bawah kepemimpinannya milisi Al-Qassam mampu meningkatkan kekuatan tempur dan teknologi persenjataan, seperti roket dan terowongan bawah tanah digunakan untuk melakukan serangan terhadap Israel.

Pada tahun 1988 Sinwar merencanakan penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel, kemudian ia ditangkap, serta menghabiskan waktu 22 tahun hidupnya di dalam penjara, selama di dalam penahanaan Israel itu, Sinwar mempelajari bahasa Ibrani, sehingga Sinwar menjadi salah satu pemimpin Hamas, yang sangat fasih menggunakan bahasa itu. Penguasaan pada bahasa Ibrani menjadikan Sinwar sangat memahami tradisi, budaya, serta seluk beluk tentang Israel, pemahaman serta pengetahuan atas musuh menjadi faktor penting di dalam mengatur strategi perlawanan.

Selama satu tahun Operasi Badai Al-Aqsa berlangsung, militer IDF menjadikan Sinwar sebagai target penting untuk dihabisi, zionis Israel melakukan berbagai cara untuk membunuh Sinwar, dari melakukan banyak operasi militer sampai membangun narasi demonologi yang disebarkan Israel ke berbagai penjuru dunia.

Pertama, Israel menyebarkan berita bahwa Sinwar menjadikan sandera sebagai perisai hidup. Kedua, Sinwar diberitakan melilitkan bom ditubuhnya agar ketika ditangkap IDF bisa meledakkan bom itu. Ketiga, menyiarkan informasi melalui media barat, Sinwar bersembunyi dan hidup diterowongan bawah tanah, ketika rakyatnya menderita akibat invasi militer Israel. Itulah beberapa informasi coba diframing zionis-Israel untuk mempropagandakan keburukan pemimpin Hamas, tetapi seperti sebelumnya berita yang mereka sebarkan akan terbongkar kebusukannya.

Ketika hari dimana Yahya Sinwar dikabarkan meninggal dunia, bersama dua anggota senior Brigade Izzudin Al-Qassam, yaitu Hani Hamidan Sulaiman Zuarub dan Mahmud Yusuf Muhammad Hamdan. Sinwar mengenakan seragam tempur dan kafiyah bercorak hitam putih yang dijadikan penutup wajah, ketiganya melakukan perlawanan sengit ketika disergap tentara IDF, Sinwar terlibat kontak tembak menggunakkan senapan AK-47 menembakkan peluru dan melemparkan granat ke arah pasukan Israel. Di tayangan video dirilis IDF, nampak Sinwar terluka tetap memberikan perlawanan, melemparkan sebatang kayu ke arah pesawat nirawak Israel, Sinwar tidak menyerah diakhir hidupnya.

Berita kesyahidan Yahya Sinwar memberikan bukti kuat kebohongan berita media Israel selama ini, bahwa Sinwar tidak bersembunyi di bawah tanah atau ditengah-tengah masyarakat sipil, apalagi menjadikan sandera Israel sebagai perisai hidup, tetapi Sinwar ikut bertempur di garis depan bersama anggota Hamas lain. Kematian Sinwar di medan pertempuran menjadikan sosoknya sebagai pemimpin berkelas, bahkan bisa menginspirasi gerakan perlawanan Palestina lain.

Israel boleh saja mengklaim kemenangan, karena berhasil menghilangkan beberapa pemimpin Hamas termasuk Sinwar, tetapi berbagai fakta kebohongan telah mereka lakukan, membuka wajah asli mereka ke berbagai penjuru dunia, informasi tidak bisa lagi mereka manipulasi. Israel lupa dengan menghilangkan nyawa para pemimpin perlawanan tidak membuat perlawanan berhenti, ketika sebelumnya Israel membunuh para pemimpin Hamas sebelum Sinwar, justru membuat Hamas tidak melemah, mereka semakin kuat bahkan mampu meluncurkan Opersi Badai Al-Aqsa. Patah tumbuh hilang berganti.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Karawang.

Referensi Artikel

1. Ar-Risalah, Amar. 2024. Thufaan Al-Aqsa : The Fight For Freedom (PT. Generasi Shalahuddin Berilmu, Depok).

2. Chomsky, Noam. 1991. Menguak Tabir Terorisme Internasional (Mizan, Bandung).

3. Sarwindaningrum, Irene. 2024. Berita Palsu ”Jewish Chronicle” Kembali Ungkap Kebohongan Hasbara Israel (Harian Kompas, 18 September 2024).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image