Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Hamas dari Gerakan, Ideologi, dan Operasi Badai Al-Aqsa

Sejarah | 2024-10-10 07:50:52
Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer kelompok Hamas, Sumber foto IRNA

Palestina menjadi satu-satunya bangsa di dunia yang masih mengalami penjajahan oleh bangsa lain, padahal pasca perang dunia kedua banyak bermunculan negara bangsa (nation state) di benua Asia-Afrika yang baru lepas dari belenggu kolonialisme dan imperialisme dunia barat, tetapi ironisnya disaat bersamaan justru bangsa Palestina memulai babak baru sebagai bangsa terjajah di tanah airnya sendiri.

Pendirian negara Israel di tanah Palestina pada tahun 1948, mendapat dukungan dari negara-negara barat, kaum zionis ini menerapkan Undang-Undang Kembali (law of return) diterapkan tanggal 5 Juli 1950, produk politik bersifat rasis, dengan undang-undang itu zionis Israel mengakomodasi orang-orang Yahudi dari negara manapun (diaspora) untuk berpindah ke Israel, mereka mendirikan pemukiman-pemukiman baru, terlebih dahulu melakukan pengusiran terhadap dua juta warga Palestina baik Islam atau Kristen.

Tindakan rasis dari zionis-Israel akhirnya menuai resistensi dari bangsa Palestina, mereka mendirikan berbagai faksi-faksi perlawanan, setidaknya terdapat beberapa organisasi perlawanan Palestina diantaranya Palestine National Liberation Movement (PLO) berhaluan nasionalis, Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) berideologi sosialis-marxis, Arab Liberation Front (ALF) berasaskan sosialis arab (ba’ats), Jihad Islam dan Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Hamas) memiliki ideologi Islam

Hamas Dan Syekh Ahmad Yassin

Hamas merupakan bagian dari pergerakan Ikhwanul Muslimin dari Mesir, pendiri Hamas, yaitu Syekh Ahmad Yassin, bentuk respon dari ketidakadilan diterima bangsa Palestina, untuk menghentikan kekejaman zionis-Israel, serta merebut kembali tanah Palestina dari aneksasi kaum penjajah, Hamas menjadikan Islam sebagai elemen pokok identitas perjuangan, serta memaknai perlawanan mereka sebagai bentuk perjuangan suci (jihad) kelak mendapatkan kemenangan, keyakinan itu berasal dari ajaran Islam, agama mayoritas dipeluk bangsa Palestina hingga saat ini.

Keyakinan Hamas melawan zionis Israel itu bagian dari akidah, demi mempertahankan eksistensi kemanusiaan, memberikan loyalitas hanya kepada Allah, berjuang menegakan panji-panji Islam disetiap jengkal tanah Palestina dibawah naungan Islam, bagi Hamas semua penganut atau pemeluk agama di Palestina seperti Islam, Yahudi, dan Kristen dapat hidup saling berdampingan menyangkut harta dan hak-hak mereka, tidak ada diskriminasi kepada kelompok manapun dalam semua aspek kehidupan sosial (Izzuddin, 1993).

Syekh Ahmad Yassin lahir pada tahun 1936, di Desa Al-Jaurah, Kota Al-Majdal, sekitar 20 kilometer sebelah utara Jalur Gaza, Palestina. Semenjak usia tiga belas tahun, Yassin sudah bersentuhan dengan pemikiran dan gerakan Ikhawanul Muslimin, ketika itu Ikhwan sudah memiliki cabang dibeberapa negara Timur Tengah salah satunya di Palestina. Selama hidupnya Syekh Ahmad Yassin dikenal sebagai orator ulung, tercatat aktif sebagai khatib di masjid-masjid seantero Jalur Gaza, gaya retorika pidatonya sangat menarik, kekuatan argumen dan kelugasan dalam menyampaikan kebenaran menjadikan sosok Yassin sangat disegani dan dihormati masyarakat Palestina (Ridha, 2002).

Di atas mimbar-mimbar Masjid di Jalur Gaza, Yassin tidak henti-hentinya menyuarakan kemerdekaan bangsa Palestina, serta mendorong anak-anak muda untuk mencintai tanah airnya, ceramah-ceramah Yassin dianggap berbahaya oleh pihak zionis Israel, maka pada tahun 1983 tentara Israel melakukan penangkapan, dengan tuduhan mempersiapkan pemberontakan untuk menghancurkan negara Israel, kemudian ia divonis selama tiga belas tahun penjara. Tetapi, di tahun 1985, Yassin dibebaskan melalui pertukaran tawanan antara Palestina dan Israel, ketika para pejuang Palestina berhasil menculik tentara Israel, kemudian ditukarkan dengan kebebasan para pejuang Palestina, salah satunya Syekh Ahmad Yassin (Romli, 2000).

Hamas sendiri awalnya memulai aktifitas gerakannya dari masjid, menghidupkan kembali fungsi masjid seperti zaman Nabi Muhammad SAW, dengan mengintensifkan berbagai pertemuan-pertemuan, seperti kegiatan mempelajari Al-Qur’an beserta tafsirnya, pembentukan halaqah dzikir, serta mengkaji khazanah ilmu pengetahuan Islam seperti mempelajari fiqih dan sirah nabawiyah (Izzuddin, 1993).

Setelah berhasil membentuk basis massa di masjid-masjid, Hamas kemudian mendirikan berbagai lembaga-lembaga sosial, dari perhimpunan pelajar dan mahasiswa, mendirikan sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, serta menerbitkan buku-buku pemikiran Islam, dengan tujuan memotivasi perjuangan dan memobilisasi satu pemikiran (fikrah), bahwa Islam adalah satu-satunya solusi bagi bangsa Palestina. Karena mendapat tekanan militer dari Israel akhirnya Hamas membentuk sayap militer bernama Izzuddin Al Qassam, sebuah nama diambil dari pejuang Palestina syahid dibunuh.

Hamas dan Pemilu

Hamas menghormati semua faksi perlawanan Palestina, meski berbeda ideologi dan strategi gerakan. Hamas menyatakan terdapat persamaan diantara mereka pada isu serta sikap politik tertentu, Hamas senantiasa menjadikan berbagai faksi perlawanan sebagai mitra dialogis dan strategis dalam perjuangan.

Menurut Hamas semua faksi-faksi perlawanan Palestina tidak boleh saling mencela, bertindak provokatif, dan mencaci maki secara personal atau organisatoris. Karena pada hakikatnya semua faksi perlawanan Palestina itu, sedang berjuang membebaskan satu tanah air bersama, menjadi keniscayaan satu sama lain harus saling bersandar membantu dengan perkataan dan perbuatan. Karena bagi Hamas tidak menutup kemungkinan anggota Hamas memiliki keluarga baik ayah, saudara, paman atau bibi yang bergabung menjadi anggota faksi-faksi perlawanan itu, maka tidak patut seorang muslim mengingkari anggota keluarganya sebab berbeda pergerakan (Izzuddin, 1993).

Keputusan Hamas terlibat dalam Pemilu 2006 adalah rasa tanggungjawab Hamas sebagai bagian dari bangsa Palestina, ingin memberikan kontribusi agar dapat meringankan penderitaan rakyat, melindungi pemerintahan dari praktek korupsi dan kolusi, serta harapan terciptanya persatuan nasional diantara faksi-faksi perlawanan (Kumoro, 2009).

Hasil Pemilu 2006, Hamas mendapatkan 74 kursi dari 132 kursi yang diperebutan, sementara rival politiknya Fatah (PLO) memperoleh 45 kursi, kemenangan Hamas ini ditunjang keberhasilan mereka bergerak di akar rumput, melalui lembaga amal, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kemenangan Hamas dalam Pemilu 2006 membuat Israel dan sekutunya khawatir, kepentingan mereka akan mendapat batu ganjalan atau mengalami ganguan besar, Israel dan sekutunya membuat kampanye jahat, bahwa Hamas tidak memiliki kredibilitas di dalam pemerintahan otoritas Palestina, Hamas kerap diposisikan sebagai kelompok teroris, tidak hanya melakukan kampanye hitam, mereka melakukan berbagai tindakan untuk melemahkan pemerintahan Hamas.

Kebijakan ditempuh barat ini menunjukan standar ganda demokrasi, ketika pemenang di kotak suara merupakan kelompok kritis terhadap kepentingan barat, maka dunia barat ramai-ramai mengabaikan suara masyarakat di negara itu, hal ini menunjukkan wajah sejati dunia barat tidak objektif ketika menafsirkan praksis demokrasi di negara-negara lain.

Opersi Badai Al-Aqsa (Thufaan Al-Aqsa)

Pada tanggal 7 Oktober 2023 dunia dikejutkan aksi sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam, yang berhasil memasuki wilayah pendudukan Israel. Aksi penyerangan faksi perlawanan terbesar di Palestina ini, telah meruntuhkan mitos kehebatan sistem pertahanan dan kekuatan militer Israel, peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan Operasi Badai Al-Aqsa (thufaan al-aqsa).

Operasi Badai Al-Aqsa menunjukan kemampuan tempur Izzuddin Al Qassam semakin bertambah, bahkan dalam rekaman mereka disiarkan ke publik, kelompok Hamas memiliki drone tempur dan RPG Al-Yasin yang berhasil merontokan tank Merkava dari udara dan darat, disertai kemampuan jelajah roket Hamas yang merobek pertahanan udara iron dome milik Israel. Di dalam beberapa peperangan sebelumnya, iron dome selalu sukses merontokan roket yang ditembakan dari Jalur Gaza atau Tepi Barat. Tetapi dalam Operasi Badai Al-Aqsa, justru sebagian besar roket milik Izzuddin al-Qassam mengenai target sasaran.

Serangan Hamas ke Israel bisa juga dimaknai pesan politik atas normalisasi dan menjalin hubungan diplomatiknya beberapa negara Arab dengan Israel dalam skema abraham accords, tanpa menyertakan “klausul” pengakuan kemerdekaan Palestina di dalamnya. Hamas seperti ingin membuktikan bahwa Israel memiliki kelemahan, sehingga bisa dikalahkan dengan strategi tepat. Hamas menghendaki negara-negara Arab berdiri bersama Palestina memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak bangsa Arab.

Operasi Badai Al-Aqsa merupakan tindakan militer diberikan Hamas atas penjajahan zionis Israel selama puluhan tahun di atas tanah Palestina, serta bentuk perlawanan atas 16 tahun warga Gaza mengalami isolasi dari dunia luar akibat blokade Israe

Hamas seperti mengirimkan pesan kepada dunia, bahwa perjuangan Palestina tidak padam atau mati, justru semakin kuat, serta bertransformasi ke dalam berbagai bentuk dan strategi perlawanan baru, hasilnya semakin nyata dan efektif, salah satunya Operasi Badai Al-Aqsa telah mempermalukan Israel dipentas global. Perlawanan Hamas ini memiliki tujuan sangat jelas, yaitu penghentian pendudukan Israel, berupa perampasan atas hak-hak rakyat Palestina. Hamas menghendaki penjajahan itu dihentikan dengan mengembalikan tanah kepada bangsa Palestina.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karawang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image