Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naila Aqilah Gustamal

Mari Bicara Terkait Perilaku Seksual Remaja

Eduaksi | Sunday, 31 Dec 2023, 19:13 WIB

Penting untuk kita memahami bagaimana perilaku seksual remaja berhubungan dengan keadaan sosial dan kesehatan. Kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek fungsi, proses, dan sistem reproduksi mereka. Hal ini krusial untuk mencegah dampak negatif seperti penyebaran penyakit menular seksual dan kekerasan seksual. Saat masa remaja mengalami perubahan fisik, emosional, dan psikologis selama pubertas, mereka cenderung lebih terbuka untuk memahami tentang organ kelamin dan perilaku seksual mereka. Meskipun begitu, pemahaman yang salah atau pandangan yang keliru tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi bisa membawa dampak buruk pada keputusan mereka yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan informasi yang benar dan mendukung agar remaja dapat membuat keputusan yang sehat dan positif terkait dengan perilaku seksual mereka.

Menurut data dari BPS tahun 2020 tentang Pemuda Indonesia, jumlah pemuda di Indonesia yang berusia 16–30 tahun mencapai 64,50 juta orang, atau sekitar 25% dari total penduduk. Dari data yang sama, sekitar 2% remaja perempuan usia 15 hingga 24 tahun dan 8% remaja laki-laki dalam rentang usia yang sama mengakui terlibat dalam perilaku seksual berisiko seperti seks sebelum menikah dan prostitusi. Oleh karena itu, memahami dengan baik tentang bagaimana perilaku seksual remaja terjadi dapat membantu mencegah dampak negatif dan menjaga kesehatan mereka. (Novrizaldi, 2021)

Menurut Sarwono (Yulianto, 2020), perilaku seksual adalah jenis perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual, entah dalam hubungan dengan lawan jenis atau sesama jenis. Adapun istilah "perilaku seksual pranikah" digunakan untuk menjelaskan tindakan seks yang dilakukan oleh remaja ketika sedang berpacaran, baik dengan lawan jenis atau sesama jenis. Selain itu juga, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual remaja (dalam Restiyana et al., 2020) meliputi:

1. Perilaku seksual remaja bisa dipengaruhi sama keluarga dan teman-temannya. Misalnya, kurangnya komunikasi sama orang tua dan kurangnya info tentang kesehatan reproduksi dari orang tua bisa berdampak pada perilaku seksualnya.

2. Pendidikan seks yang kurang memadai, seperti kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi.

3. Media seperti televisi, film porno, dan internet dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku seksual remaja

Untuk mengatasi masalah perilaku seksual remaja, beberapa solusi yang dapat diambil menurut Soejoeti Zalbawi (2001), meliputi:

1. Pendidikan seks yang komprehensif: Mencegah remaja dari pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi dan keterampilan seksual dengan memberikan pendidikan seks yang baik dan komprehensif.

2. Akses terhadap layanan kesehatan reproduksi: Memberikan akses yang mudah diperolehi untuk remaja terhadap layanan kesehatan reproduksi, seperti kontraseps dan konseling.

3. Peran orang tua dalam mendidik anak tentang seks: Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan informasi dan mengendalikan komunikasi tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi anak mereka.

Oleh karena itu, perilaku seksual remaja merupakan isu penting yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Faktor-faktor seperti perubahan hormon seksual, lingkungan, pendidikan seks, dan media dapat mempengaruhi bagaimana remaja menghadapi permasalahan seksualitas. Oleh karena itu, penting untuk memahami perilaku seksual remaja dan dengan mengimplementasikan solusi ini, kita dapat membantu mencegah perilaku seksual bebas dan penyebaran penyakit menular seksual, serta meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan remaja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image