Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hania Syawalina

Waspadai Perilaku Seksual Pada Remaja Ketika Berpacaran

Eduaksi | Sunday, 31 Dec 2023, 12:52 WIB

Untuk mencapai usia dewasa pasti kita akan melewati masa remaja. Dimasa remaja, rasa ingin tahu akan segala hal sangatlah tinggi, salah satunya rasa ingin tau terhadap hal-hal seputar seksualitas, salah satu contohnya adalah pacaran. Hampir setiap orang berpacaran pada usia remaja, padahal pacaran dapat menjadi gerbang seks pada usia remaja jika kegiatan yang dilakukan tidak dikontrol dengan baik. Selain karena rasa ingin tahu yang tinggi hal ini juga disebabkan oleh pengendalian emosi yang belum stabil pada usia remaja, serta kurangnya pengertian atas pengetahuan seks. Menurut Hurlock (2009) dalam (Yulianto, 2020), perilaku seks selama berpacaran dimulai dari berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat, dan kemudian hubungan intim.

Banyak perilaku yang dianggap wajar dilakukan ketika berpacaran. Seperti, berpegangan tangan, memeluk, mencium pasangan, bahkan berhubungan intim. Padahal, hal-hal yang disebutkan tadi adalah awal mula dari tingginya angka kehamilan, aborsi, bahkan penyebaran Penyakit Seks Menular (PMS) pada usia remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Aliefia Fitria Rohmadini, M. Egi Tri Setia, Najwa Khansa, Aries Yulianto dalam (Rohmadini Fitria A, 2020)mengungkapkan, dari 90 partisipan yang berusia remaja, 6 diantaranya telah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah Mochtadi (1995) dalam (Mukminun, 2022) , menunjukkan bahwa 6 persen dari total 630.283 atau sekitar 37.817 siswa SLTA di Jawa Tengah telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

(Sumber Alodokter)

Selain berhubungan intim dengan pasangan sebelum menikah, ada juga 5 tahapan perilaku seksual yang dilakukan remaja ketika berpacaran berdasarkan tingkat keintimannya. Meskipun tidak semua remaja yang berpacaran melakukan hubungan intim dengan pasangannya namun tidak menutup kemungkinan tanpa disadari para remaja ini telah melakukan 4 tahapan perilaku seksual lainnya sebelum menikah. Lantas apa saja 5 tahap perilaku seksual yang mungkin tanpa disadari telah dilakukan oleh para remaja ketika berpacaran.

1. Touching

Memegang tangan atau memeluk pasangan. Touching atau menyentuh pasangan merupakan perilaku seksual dengan keintiman rendah. Namun sebagian besar remaja yang berpacaran pernah melakukannya, karena hal ini merupakan yang paling mudah dilakukan.

2. Kissing

Mencium pasangan baik dibagian pipi, kening, maupun bibir.

3. Necking

Mencium di bagian leher atau merangsang di bagian telinga pasangan.

4. Petting

Aktivitas seksual yang dilakukan dengan memberikan rangsangan kepada pasangan tanpa melakukan penetrasi. Seperti meraba atau menyentuh organ intim pasangan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tangan maupun alat kelamin tanpa berhubungan intim.

5. Intercourse

kontak seksual antar individu yang melibatkan penetrasi penis masuk ke dalam vagina hingga terjadi ejakulasi. Intercourse juga sering disebut dengan berhubungan intim.

Mengutip penelitian yang dilakukan oleh (Yulianto, 2020), berpegangan tangan merupakan perilaku seksual dengan tingkat keintiman paling rendah namun memiliki frekuensi yang paling besar dilakukan oleh remaja ketika berpacaran. Sementara berhubungan intim atau intercourse merupakan perilaku seksual dengan tingkat keintiman paling tinggi namun memiliki frekuensi paling kecil dilakukan oleh remaja ketika berpacaran. Remaja yang melakukan touching belum tentu melakukan perilaku seksual lainnya. Namun, dapat dipastikan remaja yang telah melakukan hubungan intim atau intercourse juga telah melakukan perilaku seksual lainnya, dan mirisnya semua hal itu dilakukan diluar pernikahan.

Walaupun tidak semua remaja yang berpacaran melakukan hubungan intim dengan pasangannya, namun kita tetap harus mewaspadai kegiatan apa saja yang dilakukan ketika berpacaran. Selain menjadi tanggung jawab bagi orang tua, hal ini juga menjadi tanggung jawab bagi para pendidik, masyarakat, dan juga para remaja yang berpacaran itu sendiri. Pacaran pada usia remaja membantu individu dalam membentuk batasan diri, hubungan romantis kedepannya dan bahkan pernikahan pada masa dewasa nantinya. Meski begitu pacaran pada usia remaja memiliki nilai positif dan negatif masing-masing yang harus dipahami sebelum memutuskan untuk berpacaran.

Pada usia remaja fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan sangatlah pesat baik fisik, psikologis, maupun intelektual. Sangatlah baik jika masa remaja digunakan untuk mulai fokus mengembangkan kemampuan diri, menentukan tujuan hidup, dan fokus raih mimpi agar tidak mengalami krisis identitas ketika memasuki usia dewasa. Jika tetap ingin berpacaran pada masa remaja maka pahamilah nilai positif dan negatif dari berpacaran diusia remaja, buatlah tujuan berpacaran agar kegiatan yang dilakukan jelas, tetap terbuka terhadap orang tua dan keluarga, serta mengontrol waktu pacaran, tingkat pendidikan, dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja. Belajarlah membuat siklus berpacaran yang sehat dan jangan sampai terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan apalagi sampai merugikan orang lain terutama orang tua dengan aktifitas berpacaran remaja yang tidak sehat sehingga menyebabkan kehamilan diluar nikah, aborsi, atau bahkan tertularnya penyakit seks menular (PMS).

Daftar Pustaka :

Mayasari F, H. R. H. (2000). Perilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran ditinjau dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi, 120–127.

Mukminun, A. (2022). Pengaruh Perilaku Berpacaran terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Perempuan Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13(1), 36–46.

Rohmadini Fitria A, S. T. E. M. , K. N. (2020). Perbedaan Perilaku Seksual Pranikah antara Remaja Pengguna Internet Tinggi dan Remaja pengguna Internet rendah di Tangerang Selatan. Researchgate, 1–7.

Yulianto, A. (2020). PENGUJIAN PSIKOMETRI SKALA GUTTMAN UNTUK MENGUKUR PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA BERPACARAN. Jurnal Psikologi : Media Ilmiah Psikologi, 18(1), 38–48.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image