Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Lebih dari Separuh Orang Tua Ingin Mengurangi Penggunaan Ponselnya

Parenting | Saturday, 30 Dec 2023, 08:16 WIB
Sumber gambar: Greater Good Science Center

Apakah waktu telepon orang tua penting bagi anak-anak?

Poin-Poin Penting

· Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan telepon oleh orang tua berhubungan dengan sikap orang tua yang kurang responsif terhadap anak-anaknya.

· Penggunaan telepon oleh orang tua berhubungan dengan dampak negatif pada bayi dan masalah kesehatan mental pada remaja.

· Beberapa cara efektif untuk mengurangi waktu bertelepon termasuk mengelompokkan notifikasi dan menghabiskan waktu di alam terbuka.

Seorang anak memanggil dari atas menara taman bermain – “Bu, lihat aku!” Mereka berseru, “Ayah, bisakah Ayah mendorong saya di ayunan?” Para orang tua tidak langsung mengalihkan pandangan dari ponselnya karena mereka asyik dengan perdagangan saham, berita, atau komentar Facebook. Anak itu berusaha lebih keras, lebih keras, untuk mendapatkan perhatian mereka - “Lihat aku! Dorong aku!"

Seorang remaja yang mengalami hari yang berat menjatuhkan diri di sofa. Orang tua sibuk menggunakan ponselnya, tidak menyadari bahwa anak remajanya sedang down, tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan pelukan atau sedikit hal positif.

Rata-rata orang menghabiskan 6 jam 58 menit per hari di layar yang terhubung ke internet. Dixon dan rekannya mendefinisikan “technoference” sebagai “gangguan dan gangguan yang biasa terjadi dalam hubungan interpersonal atau waktu yang dihabiskan bersama karena penggunaan perangkat elektronik.”

Sejumlah besar orang tua melaporkan ingin mengurangi “teknologinoferensi” dalam mengasuh anak agar lebih hadir bersama anak-anak mereka. Jajak pendapat mengenai Resolusi Tahun Baru orang tua pada bulan Desember 2023 menemukan bahwa lebih dari separuh orang tua melaporkan ingin menghabiskan lebih sedikit waktu di ponsel mereka. Berdasarkan berbagai penelitian, tujuan ini dapat memberikan berbagai hasil positif.

Penelitian telah mengidentifikasi dampak negatif dari terlalu banyak penggunaan telepon oleh orang tua di hadapan anak-anak, termasuk:

· Menurunnya daya tanggap orang tua – Saat orang tua menggunakan ponsel, kemungkinan mereka merespons anak lima kali lebih rendah dibandingkan saat tidak menggunakan ponsel. Reaksinya lebih lemah dan sedikit tertunda.

· Orang tua lebih cenderung mengabaikan inisiatif interaksi anak (kurang mendukung secara emosional) ketika menggunakan telepon.

· Orang tua menunjukkan penurunan sensitivitas orang tua secara keseluruhan terhadap anak di bawah usia 5 tahun (saat menggunakan ponsel).

· Anak-anak memiliki kecerdasan emosional (EI) yang lebih rendah - Anak-anak yang orang tuanya lebih sering menggunakan perangkat seluler di hadapan anaknya memiliki kecerdasan emosional (EI) yang lebih rendah.

· Anak-anak lebih tidak bahagia - Bayi menunjukkan lebih banyak pengaruh negatif dan lebih sedikit pengaruh positif ketika orang tua menggunakan ponsel mereka.

· Remaja lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental (depresi dan kecemasan) ketika orang tua dan remaja mengalami “technoference” atau gangguan dalam menghabiskan waktu bersama karena perangkat elektronik.

Ponsel, khususnya media sosial, mengoptimalkan jadwal hadiah yang bervariasi agar orang tua tetap terlibat dengan membuat mereka terus memeriksa apakah mereka mendapat “hadiah” (misalnya, suka di Instagram, komentar Facebook, dll.). Imbalan ini menghasilkan serangan dopamin kecil yang membuat mereka datang kembali untuk mendapatkan lebih banyak. Orang tua juga mempunyai banyak hal untuk diatur melalui telepon, seperti membaca buletin sekolah anak-anak mereka, membeli hadiah atau pakaian ulang tahun, atau memesan kebutuhan pokok untuk rumah tangga yang sibuk. Mereka cenderung kekurangan waktu dan mencoba melakukan banyak tugas. Namun, dampak penggunaan telepon terhadap gangguan “kehadiran orang tua” yang sebenarnya dan hangat, serta potensi dampak emosional negatif pada anak-anak tampaknya menyebabkan orang tua secara intuitif ingin mengurangi waktu penggunaan telepon mereka.

Penelitian menunjukkan beberapa cara untuk mengurangi waktu pemakaian perangkat secara efektif:

· Menghabiskan waktu di alam terbuka – Penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam terbuka (bukan hanya di taman kota) dikaitkan dengan berkurangnya penggunaan ponsel pintar. Alam mungkin mendukung penghambatan impuls digital.

· Mengubah pengaturan ponsel ke skala abu-abu: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peserta yang ponselnya dalam skala abu-abu mengalami penurunan yang signifikan dalam penggunaan ponsel cerdas yang bermasalah, kecemasan, dan waktu layar, yang kemungkinan besar disebabkan oleh menjadikan ponsel “kurang memuaskan”.

· Notifikasi batch - Sebuah penelitian menemukan bahwa, dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kondisi kendali, peserta yang notifikasinya dikumpulkan sebanyak 3 kali sehari merasa lebih penuh perhatian, produktif, memiliki suasana hati yang lebih baik, dan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap ponsel mereka. Mereka juga melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dan gangguan telepon yang lebih sedikit.

· Tetapkan zona bebas teknologiMayo Clinic merekomendasikan penetapan zona bebas teknologi seperti waktu makan atau satu malam dalam seminggu. Strategi lainnya adalah dengan membatasi penggunaan ponsel selama satu jam di pagi hari atau satu jam sebelum tidur.

Mengurangi penggunaan telepon tidak hanya meningkatkan pola pengasuhan anak, tetapi juga membantu orang tua merasa lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit waktu yang dihabiskan orang menggunakan ponsel, mereka akan merasa lebih baik terhadap masalah yang berkaitan dengan ketegangan mata, nyeri leher, nyeri punggung, penambahan berat badan, depresi, dan kesepian.

***

Solo, Sabtu, 30 Desember 2023. 8:07 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image