Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Athaya Ramadhani Putri Cheriyanto

Dampak Negatif Perilaku Seksual Pranikah bagi Remaja, Apa Aja Ya?

Edukasi | Friday, 29 Dec 2023, 23:14 WIB

Masa remaja adalah salah satu fase penting bagi kehidupan seseorang untuk melanjutkan perkembangan dan petumbuhannya menuju ke tahap-tahap selanjutnya. Pada masa remaja, individu mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun psikologis ketika mereka beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di kalangan remaja dan dewasa muda di Indonesia, melakukan aktivitas seksual sudah menjadi hal yang umum, namun masih menjadi topik yang dihindari untuk dibahas secara terbuka (Yulianto et al., 2022). Umumnya, remaja cenderung memiliki keingintahuan yang besar. Menurut Azwar (dalam Azinar, 2013), Ketika remaja, mereka cenderung memiliki keinginan untuk mengeksplorasi hal-hal baru dan mencoba hal-hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Selain karena faktor dorongan, remaja juga cenderung untuk mencontoh tindakan orang dewasa, termasuk dalam konteks seksualitas.

Sumber foto: health.detik.com

Perilaku seksual itu apasih?

Perilaku seksual biasanya merujuk kepada tindakan yang dipengaruhi oleh dorongan seksual, baik dilakukan sendiri ataupun dengan orang lain tanpa melibatkan ikatan pernikahan. Menurut Humas UGM (dalam Rohmadini et al., 2020), Seks pranikah adalah tindakan seksual yang terjadi sebelum perkawinan karena adanya keinginan atau nafsu dari pasangan. Berpacaran menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan dorongan seksual (Musthofa & Winarti dalam Rohmadini et al., 2020). Tindakan seksual saat menjalin hubungan romantis dimulai dengan ciuman, kontak fisik yang santai, kontak fisik yang lebih dalam, dan pada akhirnya melibatkan hubungan seksual secara intens (Hurlock dalam Yulianto, 2020).

Menurut Azwar (dalam Andriani et al., 2022), Perilaku seksual juga dipengaruhi oleh banyak hal, seperti faktor pengetahuan dan kebudayaan, media massa, pengalaman pribadi, lembaga Pendidikan, lembaga agama, dan emosi dari individu itu sendiri. Kekurangan informasi yang valid mengenai kesehatan reproduksi juga menjadi salah satu alasan untuk para remaja mencari sumber pengetahuan dan menjelajahi topik ini sendiri. Majalah dan film yang mengandung konten pornografi hanya menampilkan kesenangan dari hubungan seksual saja tanpa memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya tanggung jawab dan risiko yang akan terjadi. Para remaja juga mendapatkan pengetahuan tentang seks melalui sumber informasi di internet. Sebagai akibatnya, remaja yang dulunya enggan terlibat dalam hubungan seksual, sekarang telah terlibat dalam kegiatan tersebut pada usia yang sangat muda, yaitu antara 13-15 tahun (Depsos RI dalam Azinar, 2013).

Banyak remaja yang sering kali menganggap bahwa melakukan hubungan seks sebelum pernikahan adalah hal yang biasa, padahal perilaku seperti itu sebenarnya lebih banyak membawa konsekuensi negatif bagi kehidupan dan harga diri remaja. Berikut ini adalah dampak negatif yang akan muncul dari tindakan seks pranikah yang dilakukan oleh remaja:

1. Menimbulkan ketakutan dan kurangnya keyakinan dalam diri.

Melakukan hubungan seksual tanpa ada pernikahan dapat menciptakan ketidakamanan emosional. Pasangan bisa mengalami kegelisahan dan ketakutan saat pasangannya tiba-tiba meninggalkan atau mengakhiri hubungan tanpa alasan yang jelas. Kecemasan ini juga bisa membuat anak merasa kurang yakin dan selalu khawatir tentang banyak hal. Jelas, hal ini bisa mengganggu kesejahteraan psikologis individu hingga usia dewasa.

2. Ketergantungan emosional

Jika tindakan hubungan seks sebelum pernikahan dilakukan berulang kali, akan tercipta suatu ikatan yang kuat di dalam pikiran, tubuh, dan perasaan seseorang. Secara ilmiah, peran hormon-hormon sangat penting dalam hal ini. Contoh hormon yang memiliki peran adalah oksitosin. Akibat dari produksi hormon oksitosin, perilaku kognitif dan emosional akan terpengaruh, membangkitkan kepercayaan dalam sebuah hubungan. Tindakan seks sebelum menikah berpotensi mengakibatkan ketergantungan emosional yang kemudian bisa memicu kekhawatiran tentang kehilangan pasangan.

3. Risiko terkena penyakit menular seksual

Seks bebas pada remaja dapat meningkatkan risiko mereka terkena penyakit menular seksual. Beberapa infeksi menular seksual yang bisa membahayakan nyawa remaja meliputi AIDS, Virus Herpes Simpleks (HSV-2), Sifilis, Klamidia, dan Gonore.

4. Mempengaruhi perkembangan sifat dan moral

Ketika trauma mental tidak ditangani dengan baik selama masa remaja, ada kemungkinan bahwa remaja tersebut akan mengalami kepribadian ganda atau gangguan mental lainnya. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu identitas pribadi mereka.

Oleh karena itu, penting bagi para remaja untuk memiliki pemahaman mengenai perilaku seksual pranikah dan dampak yang ditimbulkan agar bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh remaja guna mencegah hubungan seksual sebelum menikah, seperti membatasi diri, mencari sumber informasi mengenai seksualitas pranikah, meningkatkan keyakinan agama, melakukan aktivitas positif, dan menjalin hubungan dengan teman-teman yang memiliki pengaruh positif dan tidak mendorong keputusan negatif juga menjadi langkah yang perlu diambil oleh remaja. Peran orangtua sangat penting dalam usaha mencegah perilaku seksual bebas pada remaja. Orangtua dapat mencegah remaja terlibat dalam perilaku seks bebas dengan cara memberikan pengetahuan seksual kepada anak sejak dini, menentukan aturan dalam pergaulan anak, serta membangun ikatan yang positif dan harmonis dengan mereka.

Daftar Pustaka

Andriani, R., Suhrawardi, & Hapisah. (2022). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seksual pranikah. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(10), 3441–3446. https://media.neliti.com/media/publications/470044-none-bb05177b.pdf

Azinar, M. (2013). Perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 153–160. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

Rohmadini, A. F., Egi, M., & Khansa, N. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan. Prosiding E-Conference Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara 2020, 593–599. https://eprints.upj.ac.id/id/eprint/5266/

Yulianto, A. (2020). Pengujian psikometri skala guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Jurnal Psikologi, 18(1), 38–48.

Yulianto, A., Putri, A. A., & Moningka, C. (2022). Pengaruh pola asuh orang tua dan jenis kelamin terhadap perilaku seksual pada remaja berpacaran. Buletin Poltanesa, 23(1), 147–152. https://doi.org/10.51967/tanesa.v23i1.1054

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image