Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bustanol Arifin

Begini Urutan Niat Menuntut Ilmu Menurut Para Ulama

Agama | Friday, 29 Dec 2023, 08:23 WIB
Gambar anak pesantren sedang belajar mengaji | sumber: pixabay,com/mufidpwt

Memang benar, menuntut atau mencari ilmu bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib hukumnya, dari mulai kecil hingga meninggal dunia. Artinya, menuntut ilmu merupakan perintah agama dan tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak belajar, selama hayat dikandung badan selama itu pula kewajiban belajar masih melekat pada dirinya. Karena sifatnya wajib, maka berdosa bagi yang tidak melaksanakannya

Meskipun, para ulama menyatakan bahwa ilmu yang wajib (fardu ain) dipelajari adalah ilmu agama terlebih dahulu. Jika sudah, sangat dianjurkan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain, semisal ilmu kedokteran, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan, Islam tidak pernah mendekotomikan antara ilmu agama dan umum, semuanya wajib dipelajari kecuali ilmu sihir dan Nujum atau ilmu semisal keduanya.

Pada prakteknya, karena ini merupakan perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Para penuntut ilmu harus melandasi kegiatan belajarnya dengan niatan yang baik. Sabda nabi: “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan, ..........” (H.R: Bukhari dan Muslim) Berikut 5 niat belajar yang harus menjadi landasan bagi semua penuntut ilmu.

1. Mengharap Rida Allah SWT

Seperti tertuang dalam hadis di atas bahwa, segala perbuatan yang kita lakukan hasilnya tergantung dari niatnya. Jika niatnya karena Allah SWT dan rasul-Nya, niscaya akan mendapatkan balasan dari sisi-Nya baik di dunia dan juga di akhirat. Termasuk juga belajar, karena pemilik ilmu adalah Allah SWT maka sudah sepantasnya niat untuk mendapatkannya atas dasar mengharap rida-Nya.

Dalam arti lain, ketika proses belajar tidak ada kepentingan lain selain rida Allah SWT sebagai tujuan utama. Belajar, jadi salah satu wasilah untuk mendapatkan rida-Nya, sebagaimana tujuan dari hidup seorang muslim itu sendiri. Sebab, jikalau Allah SWT sudah rida pada kita atau pada perbuatan kita, niscaya semuanya akan menjadi mudah dan pada akhirnya kebahagiaan dunia dan akhirat dapat kita raih.

2. Menjalankan Perintah Allah SWT

Belajar, termasuk salah satu perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Menjalankan perintah-Nya adalah keniscayaan. Dengan belajar, kita sudah menunaikan salah satu kewajiban kita sebagai seorang hamba sekaligus umat nabi Muhammad SAW. Mengerjakannya pasti mendapatkan pahala, dan meninggalkannya memperoleh dosa. Ini penting untuk terus diingat oleh kita semuanya.

Di antara definisi orang bertakwa adalah senantiasa mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Belajar, berarti upaya kita untuk menjadi hamba yang saleh, dan Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang saleh. Jika sudah dicintai Allah SWT, semuanya akan indah dan bahagia. Sehingga benar, niat kita ketika menuntut ilmu adalah niat menjalankan perintah-Nya.

3. Meninggikan Agama Allah SWT

Islam merupakan agama yang benar, mengajarkan kebenaran, menyebarkan kedamaian, menyerukan keadilan dan menjamin keselamatan. Islam juga sangat membenci kerusakan, kejelekan, ketidakadilan dan kecurangan dalam kehidupan. Oleh karenanya, menjadi keharusan bagi para pemeluknya untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran Islam dan meninggikan ajarannya.

Nah, siapa lagi yang akan menolong agama Allah SWT kalau bukan umat Islam itu sendiri. Makanya, bagi para penuntut ilmu, tujuan atau niat dari belajar selanjutnya adalah meninggikan agama Allah SWT. Janji Allah SWT: “Wahai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah niscaya Dia akan melongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S: Muhammad:7)

4. Menghilangkan Kebodohan

Niat menuntut ilmu berikutnya adalah menghilangkan kebodohan. Selain karena manusia, termasuk kita, pada dasarnya bodoh, Islam juga tidak berkenan jika umatnya menjadi bodoh. Makanya, kita diperintah untuk belajar dari mulai dalam buaian hingga ke liang lahat. Pada saat yang sama, kebodohan merupakan penyakit yang mematikan, obatnya hanya ilmu dan ilmu hanya didapat dengan belajar.

Ketika datang ke majelis ilmu, pastikan diri kita merasa bodoh, tidak tahu dan megerti apa-apa sehingga kita tambah bersemangat untuk mengisi jiwa serta raga kita dengan ilmu. Kita perlu mengibaratkan diri kita dengan secangkir gelas, kosongkan dulu gelas itu baru kemudian diisi dengan beragam minuman kesukaan. Karena kita bodoh, dan Allah SWT maha alim, mintalah kepada-Nya pengetahuan.

5. Memperbaiki Akhlak

Buah dari ilmu adalah akhlak mulia, makin berilmu seseorang akan semakin baik akhlaknya. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Meliputi akhlak kepada Allah SWT, kepada sesama dan kepada makhluk lainnya. Konon, banyak manusia berilmu tapi sedikit yang berakhlak mulia. Akibatnya, bukan menghasilkan kemaslahatan di dunia, justru kerusakan.

Belajar, niatnya untuk memperbaiki akhlak pribadi kita, baik kepada Allah SWT, kepada sesama manusia dan juga kepada makhluk sekitar kita. Memang perlu mawas diri bahwa, saat ini akhlak kita masih minim, sehingga kita perlu untuk terus berbenah diri dengan cara belajar. Ada ungkapan mengatakan, “Kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan.”

Nah, itulah 5 niat utama dalam menuntut ilmu bagi kita semua. Ingat! Menuntut ilmu atau belajar, bukan hanya di lembaga formal semisal TK, SD, SMP, SMA, S-1, S-2, S-3 tapi, di segala ruang dan waktu adalah waktu untuk belajar. Adapun niat-niat lainya, seperti untuk memperoleh pekerjaan, mendapatkan gadis pujaan dan lain sebagainya diperbolehkan. Hanya saja, tempatkan di urutan paling belakang dan jadikan sebagai sampingan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image