Ini lah Alasan untuk para Remaja Memiliki Kontrol Diri dan Pengetahuan Perilaku Seksual!
Edukasi | 2023-12-28 23:23:47Di era seperti ini sangat memungkinkan untuk para remaja memiliki kekasih atau pujaan hatinya sendiri, banyak para remaja yang berlomba-lomba untuk mendapatkan kekasih. Tetapi apakah mereka dapat dikatakan sebagai kategori sepasang kekasih yang mungkin saja dapat terjerumus dalam perilaku seksual pranikah? Maka dari itu, mari kita pahami terlebih dahulu tentang penjelasan perilaku seksual pranikah.
Perilaku seksual pranikah yaitu kegiatan seksual yang dilakukan sebelum menikah karena timbulnya hasrat seseorang atau dapat dikatakan bentuk dari kebebasan seks yang dianggap tidak wajar, lalu hubungan seksual pranikah banyak dialami oleh para remaja dengan kisaran umur 15 hingga 19 tahun.
Hasil penelitian, terdapat banyak remaja yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual, meraba area sensitif, berciuman, bergandengan tangan dan berpelukan, dengan pacarnya masing-masing (Rohmadini et al., 2020). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada dasarnya terdapat 5 tahapan perilaku seksual pranikah, yaitu touching, kissing, necking, petting dan intercourse.
Dapat dibuktikan dari hasil penelitian, diketahui bahwa para remaja yang telah melakukan touching (bergandengan tangan sampai berpelukan) memiliki kemungkinan yang paling besar dibandingkan perilaku seksual lainnya yang jauh lebih mesra atau intim, berbandingkan dengan intercourse (hubungan seksual) memberikan kemungkinan yang lebih sedikit (Yulianto et al., 2020).
Menurut Yulianto et al (2020) berdasarkan hal yang telah dijelaskan diatas, dapat diartikan bahwa remaja yang telah berhungungan seksual (intercourse), dapat dipastikan sudah melakukan ciuman (kissing) dan bergandengan tangan (touching), akan tetapi remaja yang hanya baru bergandengan tangan (touching), memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tidak melakukan ciuman (kissing) hingga berhubungan seksual (intercourse). Hal ini diteliti untuk mengetahui apakah perilaku seksual remaja yang berpacaran dengan lawan jenis terindeksi urutannya sesuai dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya.
Menurut Anggiani et al (2020) memiliki hubungan dengan seseorang menimbulkan pergeseran sikap dan perilaku, dapat dikatakan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku seseorang. Sikap terhadap kegiatan seksualitas dapat dinilai melalui empat dimensi sikap seskual yaitu, permissiveness (keterbukaan tentang seks), birth control (mengendalian terjadinnya kehamilan), communion (pentingnya kerukunan bersama pasangan seks), dan yang terakhir ialah instrumentality (kesenangan/orientasi terhadap pasangan seksual).
Pengetahuan seksual yang memadai, lebih memberikan kemungkinan untuk para anak remaja menanggapi perilaku seksual pranikah, oleh karena itu setidaknya orang tua telah membekali anak-anaknya dengan pengetahuan seksual, bahwa seks adalah hal yang wajar dan ilmiah terjadi pada semua orang, dengan diberikan pengertian seperti ini, para anak remaja tidak mencari tahu sendiri informasi mengenai seks dan sayangnya tidak disaring terlebih dahulu, yang membuat mereka terjerumus dalam hal tidak baik, seperti melihat gambar porno, cerita dewasa dan bahkan video tidak senonoh (Sosialisasi et al., 2020).
Kemudian pentingnya untuk para remaja terhadap kontrol diri, agar dapat terhindari perilaku seksual pranikah. Kontrol diri dapat menimbulkan rasa tanggung jawab atas apa yang akan mereka lakukan, selain itu juga dapat berperilaku secara positif, tidak mudah untuk dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sedangkan remaja yang memiliki kontrol rendah, biasanya akan degan mudah terbawa arus pergaulan dan menimbulkan perilaku seksual yang beresiko tinggi (Istiqomah & Notobroto, 2016).
Maka dari itu pentingnya memberikan pengetahuan dan kontrol diri terkait masalah seksual kepada anak remaja, pendidikan seks yang memang seharusnya telah diajarkan sejak dini agar para anak remaja dapat memiliki bekal yang matang untuk lebih paham membedakan mana yang benar dan yang salah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.