Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Azkia Al-Muzakie

Moderasi Pemikiran Islam Pan Islamisme Jamaluddin Al-Afghani

Agama | 2023-12-28 18:10:34
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fgeotimes.id%2Fopini%2Fkritik-jamaluddin-al-afghani-atas-khilafah-islamiyah%2F&psig=AOvVaw287Y6HLIiI4Zo09bL-JP4F&ust=1703839257367000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBIQjRxqFwoTCMjh2ujesYMDFQAAAAAdAAAAABAI

Riwayat Hidup

Jamaluddin Al-Afghani lahir di afghanistan pada tahun 1839, ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir di Iran. Ia memiliki gelar Sayyid karena apabila dilihat dari garis keturunannya akan terhubung samapi ke Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil ia sudah mempelajari mengaji, sejarah, dan bahasa arab oleh ayahnya. Ayahnya juga sampai mendatangkan para guru-guru dari semua cabang ilmu islam untuk mengajar kepada Al-Afghani. Maka tak heran ketika ia mencapai usia 18 tahun Al-Afghani sudah bisa menguasai semua cabang ilmu islam, dan saat usia 19 tahun ia pun melaksanakan haji pertamanya.

Ketika berusia 22 tahun, Al-Afghani memulai debut pertamanya dalam politik dengan mengabdi kepada pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Setelah itu ia pun menjadi penasihan Sher Ali Khan. Pada saat itu sedang terjadi konflik di internal di kerajaan. Terjadi perang saudara yang dimenangkan oleh Sher Ali Khan, namun kala itu Sher Ali Khan diantu oleh kolonial Inggris, dengan konsekuensi harus tunduk terhadap kolonial. Al-Afghani yang kecewa langsung pergi ke India dan ingin menyuarakan tentang buruknya kolonial Inggris.

Hingga ia pergi ke turki untuk menyuarakan idenya, dan masyarakat pun mendukung atas apa yang Afghani suarakan. Dan menjadikan Al-Afghani sebagai anggota DewanPendidikan Turki pada tahun 1870. Namun terlepas dari itu, banyak orang yang tidak suka juga terhadap Al-Afghani.

Al-Afghani pun memutuskan untuk pergi ke Mesir dan menjauhi hal-hal yang berbau politik, dan fokus untuk menambah wawasannya terhadap ilmu pengetahuan. Ketika di mesir ia juga bertemu dengan Muhammad Abduh dan Saad Zaglul yang nantinya akan menjadi tokoh pembaharu islam. Di tahun-tahun terakhir di Mesir ia pun kembali terlibat dengan politik untuk menyuarakan idenya, karena Mesir sudah dipengaruhi oleh Kolonial Inggris.

Karena Al-Afghani sangat banyak berkontribusi beberapa negara islam, ia pun di undang Sultan Hamid pada tahun 1892. Untuk meningkatkan politik di istanbul, namun yang terjadi adalah perbedaan pendapat, dan membatasi gerakan Al-Afghani hingga kanker menjadi penyakit yang menutup usianya pada tahun 1897

Pan Islamisme

Pan-Islamisme menjadi salah satu peninggalan Al-Afghani yang menjadi pengaruh besar terhadap dunia islam pada masanya, ia yang resah dengan ketakutan umat muslim dan eksploitasi yang dilakuan oleh kolonial inggris, maka Al-Afghani berpendapat bahwa situasi ini harusnya menjadi patokan agar umat muslim berpikir.

Pan-Islamisme sendiri merupakan ide tentang sebuah gerakan untuk menyatukan kembali Umat Muslim dan mengajarkan seluruh umat muslim untuk harus bersatu untuk terlepas dari kolonial asing. Namun bukan berarti menjadikan kerajaan-kerajaan ataupun negara-negara islam menjadi satu kesatuan, tetapi menyatukan mereka dalam satu ide dan kerjasama antar negara dengan berpegang teguh pada prinsi-prinsip yang ada pada pedoman islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah

Al-Afghani merasa yang menjadi poin keterpurukan umat muslim adalah rasa solidaritas antara muslim itu sendiri. Umat muslim sering terjadi konflik antar sesama sampai tidak mengetahui adanya keterlibatan orang asing dalam konflik tersebut. Maka dari itulah Al-Afghani menyuarakan agar umat islam bisa saling merangkul satu sama lain terlepas dari ras ataupun sukunya untuk bisa terlepas dari kolonial eropa.

Al-Afghani juga berpendapat bahwa keterpurukan umat muslim juga disebabkan oleh pemimpin yang kurang berpengatahuan dan hanya memanfaatkan jabatanya untuk memenhui hasrat nafsunya saja. Ia juga ingin merevolusi sistem pemerintahan dari setiap negara muslim kembali terhadap sistem Khulafur Rashidin. Yang mana pemimpin dipilih dengan diliat dari faktor ketaatannya terhadap agama, bukan dari kayanya material, kehebatan suku, ataupun dari keturunan.

Maka ketika paham ini terwujud, selanjutnya memelihara hubungan antar muslim, karena pada akhirnya Pan-Islamisme sendiri merupakan penguatan hubungan antara sesama muslim. Penguatan ini berpengaruh untuk menghilangkan ketergantungan umat muslim terhadap eropa melainkan kembali pada sesama muslim lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Irfani, Azhar. Pemikiran Islam Jamaluddin Al-Afghani. Bayani: Jurnal Studi Islam

Ibrahim, Nasbi. (2019) Jamaluddin Al-Afghani (Pan Islamisme dan Ide Lainnya). Jurnal Diskursus Islam

Novi, Zahra. Fatimah. (2023) Konsep PAN-Islamisme menurut Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dalam Perkembangan Partai Politik di Indonesia. Jurnal Educatio

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image