Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Azhar

12 Gurindam: Pemikiran Raja Ali Haji dalam Membentuk Nilai Moral dan Etika Masyarakat

Pendidikan dan Literasi | Monday, 25 Dec 2023, 22:06 WIB
Gambar Raja Ali Haji (sumber: https://images.app.goo.gl/fyseHL2NR1XsW1Y5A)

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau yang sering dikenal dengan sebutan Raja Ali Haji adalah seorang bangsawan, sastrawan, tokoh agama dan pejuang serta bapak bahasa Indonesia. Beliau menjadi rujukan untuk pembentukan bahasa Indonesia yang baku. Beliau dilahirkan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau (1809-1873). Dia adalah cucu Raja Ali Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau, yang juga merupakan seorang bangsawan Bugis.

Selain itu, dia juga merupakan saudara Raja Lumu. Sebagai tokoh Melayu yang lihai dalam merangkai kata dalam sastra, beliau sampai mendapat beberapa julukan berkat keahliannya dalam sastra. Beberapa julukan tersebut seperti: “pengembara yang merugikan,” “pemimpin kharismatik yang gemar berperang,” “pahlawan Skandinavia kuno yang tindakannya akan didendangkan orang dalam syair dan lagu,” pejuang ternama yang diingini oleh setiap raja berada dipihaknya, dan “petualang yang kegagahannya menjadi legenda" julukan-julukan tersebut diberikan oleh penjajah Belanda kepadnya.

Banyak karya yang beliau terbitkan, salah satunya yang paling terkenal dan sangat dikagumi dikalangan sastrawan yaitu Gurindam Dua Belas. Gurindam Dua Belas adalah sebuah karya yang mengusung nilai-nilai dengan merujuk pada ajaran dan prinsip-prinsip agama Islam, mencerminkan kekayaan budaya yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Lebih dari sekadar penggunaan simbolisme, Gurindam ini memegang erat substansi dan makna-nilainya dalam konteks kehidupan sosial saat itu. Pesan yang diberikan oleh Raja Ali Haji pada akhirnya tidak lengkang oleh waktu.

Pesan-pesan yang terkandung di dalam Gurindam Dua Belas masih bisa dijadikan rujukan atau landasan pembentukan karakter dan moral bagi generasi hari ini. Banyak dari generasi muda sudah tidak meninggikan moral dan etika, dalam artian banyak dari generasi muda yang sudah terkikis tata krama nya. Disinilah letak relevansi antara nilai-nilai yang disampaikan Raja Ali Haji dalam karya sastranya, Gurindam Dua Belas, dengan persoalan generasi muda hari ini untuk membentuk generasi muda yang berkarakter dan berakhlak mulia. Layaknya buku Utopia Karya Thomas More dan Hukum Hamurabi babilonia, Gurindam 12 ini ditulis untuk membina masyarakat menjadi masyarakat yang ideal, yang saling menghormati satu sama lain. Namun, juga membina masyarakat untuk lebih taat dan patuh kepada Allah SWT.

Karena sebagai karya sastra yang menawan dan kritis, Nilai-nilai yang terdapat dalam Gurindam Dua Belas tidak hanya mampu menggambarkan realitas kehidupan pada zamannya, tetapi bahkan hingga saat ini nilai-nilai tersebut tetap relevan. Hal ini karena esensi sastra yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas tidak pernah dan tidak akan melepaskan dirinya dari kritik moralitas, serta peran pembentukan karakter masyarakat yang tertanam dalam keutuhan sosial pribadi. Tulisan ini ditulis sebagai solusi atas keresahan penulis terhadap generasi hari ini, dan juga untuk mengangkat salah satu tokoh penting Indonesia yang seorang putra terbaik Melayu yang karya-karya nya tidak lengkang oleh waktu dan jasa nya akan selalu diingat oleh bangsa ini hingga ke generasi selanjutnya.

Dari Gurindam Dua Belas ini kita bisa tahu betapa luar biasaya Raja Ali Haji sebagai sastrawan dalam menciptakan aturan dan nasehat yang tidak akan pernah termakan oleh waktu. Mari kita simak nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas ini: Pertama: Kehidupan Beragama dan Spiritual - Pasal Pertama: Pentingnya memiliki agama karena menurut Raja Ali Haji celaka dan sial lah manusia yang tidak beragama. Mengenal empat zat: syari'at, tarikat, hakikat, dan makrifat. Pelaksanaan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Pada pasal pertama Raja Ali Haji ingin membina masyarakat untuk terlebih dahulu bertauhid kepada Allah, membnetuk keimanan yang tebal, menaati segala perintahnya dan berusaha ma’rifat kepada Allah. Kedua: Kewajiban Keagamaan dan Konsekuensinya - Pasal Kedua: Akibat meninggalkan sembahyang, puasa, zakat, dan haji. Menggambarkan konsekuensi bagi mereka yang meninggalkan kewajiban keagamaan. Stelah pasal satu menjelaskan tentang tauhid, maka pada pasal yang kedua beliau menjelaskan pentingnya syariat dalam beragama serta bahaya nya meninggalkan syariat-syariat tersebut. Ketiga: Etika dan Budi Pekerti - Pasal Ketiga: Menahan kata-kata dan makan seperlunya, menjaga pandangan, pendengaran, lisan, dan tangan.

Mengendalikan nafsu, semangat hidup, dan meninggalkan hal yang mubazir. - Pasal Keempat: Menjaga hati dari perbuatan terlarang dan dengki, berbicara yang baik, tidak marah dan dusta. - Pasal Ketujuh: Menjaga sikap tidak berbicara dusta, mempersiapkan pekerjaan dengan matang, tidak menghina orang, tidak banyak tidur, dan tidak mudah terpengaruh. - Pasal Kedelapan: Menolak sikap culas, tidak berprasangka buruk, bertindak tanpa pamrih, dan menutup aib orang lain. Pada pasal ketiga, keempat, ketujuh dan kedelapan ini Raja Ali Haji menuliskan bagaimana hidup penuh dengan etika dan budi pekerti. Banyak perilaku tercela yang seharusnya kita hindari serta meninggalkan hal-hal yang sia-sia.

Keempat: Pendidikan dan Pergaulan - Pasal Kelima: Pentingnya pendidikan, memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar, berhemat, tidak melakukan perbuatan sia-sia, dan selalu belajar dari hidup. - Pasal Keenam: Nasihat tentang mencari sahabat, istri, guru sejati, dan pembantu yang baik. Pasal lima dan enam memberikan pesan betapa pentingnya pendidikan serta bagaimana memilih orang terdekat kita. Keenam: Moral Pergaulan Pria-Wanita dan Pendidikan - Pasal Kesembilan: Pengendalian diri dalam pergaulan antara pria dan wanita, memanfaatkan waktu muda dengan baik.

Pesan yang ingin disampaikan Raja Ali ialah berhati-hati dalam pegaulan, terlebih lagi antara laki-laki dan wanita yang masih muda keduanya. Serta tidak menghambur waktu mudanya dengan hal-hal yang sifatnya sia-sia. Ketujuh: Kewajiban Anak dan Orang Tua - Pasal Kesepuluh: Menghormati orang tua, tidak durhaka, dan adil kepada teman. Raja Ali juga mengingatkan kita untuk tidak berbuat durhaka kepada kedua orang tua, menghormati kedua orang tua dan bersikap adil kepada teman.

Kedelapan: Bermanfaat untuk Sesama dan Pemimpinan yang Baik - Pasal Kesebelas: Himbauan untuk selalu bermanfaat kepada sesama dan menjaga sifat amanat serta memupuk rasa nasionalisme. Pesan yang disampaikan cukup sederhana yaitu untuk selalu menebarkan kebaikan dan manfaat bagi sekitar terutama kepada bangsa dan tanah air sendiri. Pada bait ini juga Raja Ali memberi pesan tentang nasionalisme - Pasal Keduabelas: Cara menjalankan pemerintahan, kekompakan, keadilan, dan ingat akan akhirat.

Cara menjalankan pemerintahan yang baik juga mengingatkan bahwa permanan pemerintahan ini hanya permainan yang fana dan hanya akhirat yang abadi. Mari kikita simak Gurindam Pertama dari Gurindam 12 Raja Ali Haji: GURINDAM I Ini gurindam pasal yang pertama Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma’rifat Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat. Tidak hanya Gurindam Pertama yang mempunyai nasehat, makna dan pelajaran yang luar biasa Gurindam lainnya juga tidak kalah luar biasa dalam hal tersebut. Gurindam pertama ini juga merupakan bagian yang paling saya suka, hal mendasar dalam islam yang kadang terabaikan namun penting untuk ditancapkan didalam hati, yaitu tentang ketauhidan, bersaksi kepada Allah.

Paling tidak kita harus percaya adanya Sang Maha Kuasa yang telah mengatur kehidupan kita. Karena percaya bahwa adanya kekuatan Sang Maha Kuasa merupakan berserah diri kepada-Nya dan itu sangat berpengaruh besar dalam membina jiwa dan pikiran kita pada hal yang optimis dan positif. Pada akhirnya semua pasal ini bila dilaksanakan sebaik-baiknya oleh masyarakat Indonesia terutama yang muslim, maka akan tercipta suatu tatanan masyarakat yang ideal yang saling melengkapi satu sama lain salaing menghormati dan menyayangi satu sama lain. Kita patut bertetrima kasih kepada sang sastrawan ulung, Raja Ali Haji, yang telah menulis mahakarya seindah dan semenawan ini, dengan kental akan pesan moral dan agama.

Jasa nya sangat besar buat kita sebagai bangsa Indonesia dan sudah sepatutnya kita tidak melupakan jasa-jasanya. Mengutip dari salah satu quotes Ir. Soekarno: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya". Dan Raja Ali Haji adalah pahlawan bagi rakyat Melayu dan Rakyat Indonesia. Referensi Hidayah, S., & Rusdi, R. (2022). Raja Ali Haji (Pengembang Bahasa Melayu Dalam Bentuk Sastra) 1847-2004. Jurnal Kronologi, 4(3), 374-380. Kurmalasari, T., & Hamdan, A. R. (2015). Nilai-Nilai Karakter Building Dalam Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Jurnal Kiprah, 3(1), 1-11. Mulyadi, H. (2018). TUNJUK AJAR MELAYU; Warisan Nilai Pada Bait-Bait Syair Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji. Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 8(2), 256-275. Yuniva, F., Sariyatun, S., & Ediyono, S. GURINDAM 12 SEBAGAI WADAH PENGUATAN MORAL BAGI MAHASISWA DI ERA GLOBAL. In Science, Engineering, Education, and Development Studies (SEEDS): Conference Series (Vol. 6, No. 1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image