Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azzahra Nurazizah

Sikap Materialistis pada Tokoh Utama dalam Novel Namaku Hiroko

Sastra | 2025-05-20 20:35:23
Sumber: dokumentasi pribadi

Sinopsis

Novel Namaku Hiroko mengisahkan tentang kehidupan pada budaya Jepang. Tokoh utamanya merupakan perempuan remaja bernama Hiroko. Hiroko adalah perempuan remaja yang tinggal di desa bersama keluarganya. Ia tidak menyukai belajar sehingga ia tidak melanjutkan pendidikannya. Hiroko memiliki dua saudara laki-laki. Ia merasa ekonomi keluarganya di desa jauh dari kata berkecukupan.

Hal itu menarik jiwa Hiroko untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Setelah neneknya meninggal, Hiroko memutuskan untuk berhenti bekerja pada sepasang suami istri yang sudah rentan ini. Hingga suatu hari, Hiroko bertemu kembali dengan teman sekolahnya yang bekerja di kota. Tomiko mengajak Hiroko untuk merantau ke kota, ia menjanjikan bahwa di kota Hiroko tidak akan kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Dengan tawaran sedemikian menggiurkan baginya, ia pun mengikuti tawaran temannya untuk pergi ke perantauan. Awalnya Hiroko mengalami culture shock dengan gaya hidup masyarakat kota. Seiring berjalannya waktu Hiroko menemukan kenyamanan tersendiri yang tidak bisa ia rasakan di kampungnya. Merasa membutuhkan uang yang lebih banyak untuk menuruti semua keinginannya. Hiroko menghalalkan segala cara untuk bekerja dan mendapatkan gaji yang tinggi. Di kota, Hiroko menjadi pembantu rumah tangga, penjaga toko, dan penari telanjang di salah satu bar mewah. Tidak hanya itu, label gadis pada Hiroko pun lenyap setelah ia menyerahkan kehormatannya pada adik majikannya. Hiroko lebih banyak bertemu dengan laki-laki dari negara asing dalam menjalankan hidup di kota.

Sikap Materialistis

Sikap material merupakan sikap yang menginginkan kekayaan, serta menganggapnya tolak ukur utama dalam menilai kebahagiaan. Hiroko tidak pernah merasa kepuasan atas pencapaian yang telah ia hasilkan. "Tetapi aku pun insaf, itu bukan mata pekerjaan yang dapat menjadi tumpuan harapan. Gajinya kurang dari cukup." (hlm.81)Ia bosan menjadi pembantu rumah tangga dengan gaji yang sedikit. Hiroko akhirnya mencari pekerjaan sebagai penjaga eskalator dalam toko besar. Dengan paras yang cantik, muka bulat, badan bagus, Hiroko diminta ke bagian kecantikan untuk dijadikan model percontohan barang-barang kecantikan.

"Dengan bangga ku katakan, aku sengaja telah keluar dari pekerjaan yang terdahulu. Kemudian tanpa pertolongan orang lain, diterima sebagai pekerja di toko besar itu". (hlm. 81)Hal itu membuat ia mendapatkan penghasilan tambahan. Namun, ia masih merasa belum mencukupi kebutuhannya di kota dan kebutuhan keluarganya di desa. Akhirnya, ia diajak untuk menjadi penari telanjang di salah satu bar mewah. Langganannya merupakan laki-laki yang hanya mampu membayar di bar tersebut. "Ruangan yang tersedia buat tarian telanjang cukup besar, tetapi dibangun sedemikian rupa sehingga setiap hadirin merasakan keakraban di atas kursi atau bangku masing-masing" (hlm. 155)

Simpulan

Hiroko mempunyai sikap materialistis pada tuntutan kehidupannya di kota. Segala macam pekerjaan ia coba untuk memenui keinginannya. Mulai dari yang baik hingga terlarang ia lakukan dengan semangat juang yang tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image