Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Peran Keluarga dalam Menangani Baby Blues Syndrome pada Ibu Pasca Melahirkan

Edukasi | 2023-12-25 22:02:26
Foto Pribadi Penulis.

Seringkali syndrom baby blues ini dianggap tidak terlalu penting. Kalaupun banyak yang mengalaminya, hanya dianggap sebagai efek samping dari keletihan setelah melahirkan (Wahyu Susanti et al., 2017). Untuk gangguan afek (emosi) ringan ini sering terlihat dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ketiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan.

Gejala ini ditandai dengan munculnya reaksi seperti depresi, menangis, mudah tersinggung, cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

Peran Keluarga

Perubahan-perubahan pada ibu tersebut harus mendapat dukungan penuh dari orang-orang di sekitarnya, terutama suami dan keluarga (Gutiral & Nuryanti2, 2010). Dukungan yang dapat diberikan adalah:

- Memberikan dukungan secara emosional.

Orang yang merasa mendapat dukungan sosial akan merasa aman secara psikologis karena merasa diperhatikan, dengan menerima saran atau kesan yang menyenangkan. Dukungan tersebut mencakup perasaan cinta dan kasih sayang yang membuat ibu merasa diperhatikan.

- Pemberian informasi.

Memberikan informasi, memberikan nasihat bagaimana mengatasi masalah, memberikan kesempatan kepada ibu untuk berkeluh kesah dan membantunya belajar serta beradaptasi dengan peran barunya sebagai seorang ibu. Melalui perawatan instrumental berupa bantuan materi dan fisik, ibu merasa terbantu dalam merawat bayinya.

Dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu akan mengurangi terjadinya syndrome baby blues. Hal ini membantu ibu dalam merawat bayi, dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan antara suami, orang tua, dan mertua. Serta memotivasi para ibu untuk lebih baik lagi dalam menjalankan perannya sebagai ibu baru.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image