Seperti Apa Penggunaan Bahasa Sunda di Kota dan di Desa
Lainnnya | 2023-12-22 13:00:39Seperti Apa Penggunaan Bahasa Sunda di Kota dan di Desa?
Penggunaan bahasa Sunda sangat berbeda-beda, baik di kota maupun di desa yang memiliki dialek dikarenakan perbedaan fisik geografis dan struktur sosial menyebabkan terjadinya bermacam-macam variasi bahasa. Sehingga setiap kata dari berbagai daerah memiliki makna yang sama ataupun makna yang berbeda. Tetapi mengapa bahasa itu harus ada dalam kehidupan manusia? Bahasa itu salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam lingkungan masyarakat dan digunakan sebagai alat komunikasi paling utama dalam kehidupan sehari-hari. Menurut data Ethnologue 2022 terdapat sekitar 715 bahasa daerah yang tersebar di seluruh indonesia salah satunya bahasa sunda.
Beberapa daerah yang menggunakan bahasa sunda di jawa barat
Dari banyaknya bahasa daerah di Indonesia terutama di Jawa Barat yang rata-ratanya menggunakan bahasa Sunda, pasti setiap daerah memiliki dialek atau gaya bahasa yang berbeda. Dialek bahasa Sunda meliputi pengucapan kata, intonasi, perbedaan kata, perbedaan kata dan perbedaan suku kata yang dapat mengubah makna ataupun penggunaannya, baik itu bisa dijadikan sebagai bahasa yang biasa saja atau lembut dan bisa menjadi bahasa yang kasar. Penggunaan bahasa di Jawa Barat ini hampir menyeluruh dengan berbagai dialek yang berbeda-beda, seperti Dialek Barat (Banten Selatan), Dialek Utara (Bogor dan sekitarnya), Dialek Selatan/dialek Priangan (Bandung dan sekitarnya), Dialek Tengah Timur (Majalengka dan sekitarnya), Dialek Timur Laut (Kuningan dan sekitarnya), Dialek Tenggara (Ciamis dan sekitarnya).
Penggunaan bahasa sunda di kota dengan di desa
Bahasa Sunda dibagi menjadi 2 yaitu bahasa Sunda halus dan bahasa Sunda kasar. Zaman sekarang banyak sekali bahasa Sunda kasar yang sering digunakan terutama para remaja ataupun anak kecil baik di lingkungan perkotaan maupun desa, dan mengira bahwa bahasa tersebut dijadikan bahasa gaul. Hingga kebanyakan orang tidak mengetahui mana bahasa yang baik dan tidak baik, mungkin sebagian ada yang telah mengetahuinya tetapi anak-anak kecil yang belum mengerti sama sekali membutuhkan bimbingan dari orang dewasa.
Makna perkotaan dan desa dalam artikel ini luas, dapat mencakup wilayah yang terpelosok atau yang berada di tengah kepadatan area tertentu seperti Kota Bandung dan daerah Kabupaten Bandung Barat salah satunya di Cikalong Wetan. Dilihat dari penggunaan bahasa Sunda sekarang lebih modern, dalam artian bahasa yang mereka gunakan sesuai apa yang mereka dengar dan mungkin tanpa mengetahui makna dari kata tersebut seperti anak kecil ketika bermain mengucapkan kata misalnya “kehed” dan “lebok” atau kata binatang, tanpa mereka sadari apa yang diucapkannya itu merupakan kata kasar dalam bahasa Sunda yang di mana kata “kehed” itu artinya sialan atau umpatan kepada seseorang dan kata “lebok” artinya makan dalam bahasa Sunda kasar atau rasakan itu!. Hal tersebut diakibatkan salah satunya oleh lingkungan yang bebas sehingga tidak ada yang memperhatikan terutama dalam gaya bahasa mereka.
Mungkin sebagian orang menganggap bahwa hal tersebut bukan hal yang perlu dipermasalahkan dan menjadikan hal yang wajar, akan tetapi jika hal tersebut tidak diperbaiki bagaimana nasib para penerus bangsa yang tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri dengan baik yang sesuai dengan kaidahnya?. Penggunaan bahasa Sunda di Bandung lebih bebas atau meluas dikarenakan lingkungannya yang terdapat berbagai bahasa bahkan orang asing pun masuk dalam kehidupan bahasa Sunda sehingga banyak orang asing yang bisa memakai bahasa Sunda.
Akan tetapi lain halnya, walaupun bahasa Sunda masih sebagian digunakan tetapi kini bahasa tersebut memudar contohnya para orang tua yang mendidik anak-anaknya di rumah menggunakan bahasa Indonesia dikarenakan mereka khawatir bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia akan lebih sopan dan halus dalam pengucapannya dan tidak akan keluar kata kasar dari mulut mereka jika dibandingkan dengan bahasa Sunda. Sama halnya penggunaan bahasa Sunda di desa salah satunya yang terletak di Cikalong Wetan, masyarakat di sana masih bisa dipantau karena lingkungannya tidak terlalu luas dan rata-rata penggunaannya pun masih menerapkan kaidah bahasa Sunda seperti penggunaan kata pada yang lebih tua, lebih muda atau seumuran walaupun kebanyakan dari mereka para orang tua yang lahir tahun sembilan puluhan.
Sesuai dengan apa yang dirasakan penulis, penggunaan bahasa Sunda di Kota Bandung dengan di desa Puteran masih tetap sama namun bahasa yang digunakan terkadang biasanya bercampur aduk antara bahasa Sunda dan bahasa Indonesia terutama orang-orang yang berasal dari desa lalu berpindah ke kota yang rata-rata dominannya memakai bahasa Indonesia. Dan penggunaan bahasa Sunda sehari-hari di Kota juga sangat jarang digunakan atau masih digunakan walaupun bercampur dengan bahasa Indonesia seperti di kota besar lainnya. Adapun penggunaan bahasa Sunda sehari-hari di desa masih digunakan seperti area yang terpelosok atau di pegunungan.
Perbedaan penggunaan bahasa Sunda di perkotaan dengan di desa hanya sedikit, yaitu dalam etika penggunaannya. Di mana di perkotaan besar lebih bebas sedangkan di desa dapat disebut masih baik. Akan tetapi hal tersebut tidak memastikan bahwa mana yang lebih baik, karena penggunaan bahasa Sunda yang baik bukan tergantung terhadap di mana kita bertempat tinggal tetapi penggunaan bahasa Sunda yang baik itu tergantung pada orang yang menggunakannya atau pada diri sendiri. Dengan demikian, penggunaan bahasa Sunda ini alangkah baiknya digunakan sebaik mungkin baik di perkotaan maupun di desa untuk melestarikan bahasa daerah dan menjaganya.
Sumber Referensi:
Anonim. (2022,11 Agustus). 5 Bahasa Daerah yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia. Diakses 14 Desember 2023.
Juanda, ‘Dinamika Penggunaan Ragam Bahasa Dialek Jawa Barat: Antara Politik Dan Demokrasi’, Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya, 18.2 (2020), 86
Santosa, Rama Kurnia, Tri Indri Hardini, and Dadang Sunendar, ‘Perbandingan Penggunaan Bahasa Sunda Di Daerah Majalengka Dan Ciamis Comparison of the Use of Sundanese Language in the Majalengka and Ciamis Areas’, Ejournal.Upi.Edu/Index.Php/Lokabasa, 13.2 (2022), 180–90
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.