Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shavira Rahmawati

Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pendidikan

Lainnnya | Friday, 22 Dec 2023, 12:02 WIB
Ilustrasi (ist)

Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan salah satu Program Prioritas Nasional Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Salah satu tujuan PIP adalah menghindari terjadinya peserta didik yang putus sekolah. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data, berdasarkan Survey Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, 76% keluarga mengakui anaknya putus sekolah karena alasan ekonomi. Sebagian besar (67,0%) di antaranya tidak mampu membayar biaya sekolah, sementara sisanya (8,7%) harus mencari nafkah.

Kompas, baru-baru ini melaporkan, anak dan remaja di daerah-daerah hingga Senin (28/2/2022), sebagiannya putus sekolah karena persoalan kemiskinan. Mereka bahkan ada yang terpaksa merantau dan bekerja di usia anak-anak demi membantu ekonomi keluarga sehingga tidak lagi bisa bersekolah. Di pesisir Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, ARS (16), tidak sempat tamat dari kelas VI SD. Remaja yang tinggal di Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan, bersama neneknya ini, sesekali ia bekerja serabutan menjadi pekerja di tempat mencuci sepeda motor atau membantu panen di kebun jagung.

Putus sekolah merupakan permasalahan yang sangat mengkhawatirkan dalam dunia pendidikan di beberapa negara termasuk negara kita khususnya Indonesia. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama tingginya angka putus sekolah karena terbatasnya sumber daya dan kesempatan. Banyak keluarga di Indonesia hidup dengan pendapatan minimum, baik di bawah atau di atas garis kemiskinan. Dalam situasi seperti ini, prioritas keluarga berpusat pada kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Pendidikan seringkali tidak dianggap sebagai kebutuhan mendesak dan hanya dijadikan pilihan kedua. Selain itu, tingginya biaya pendidikan menjadi hambatan bagi banyak keluarga dengan anggaran terbatas, dan bahkan sekolah negeri yang seharusnya menyelenggarakan pendidikan gratis sering kali mengenakan biaya tambahan untuk seragam, buku pelajaran, dan biaya ekstrakurikuler.

Oleh karena itu, banyak orang tua yang tidak mampu menanggung biaya-biaya tersebut, sehingga membatasi akses anak-anak mereka terhadap pendidikan yang lebih baik. Selain itu, jumlah anak putus sekolah semakin meningkat akibat kesenjangan ekonomi yang semakin lebar di masyarakat. Keluarga dengan latar belakang ekonomi lemah biasanya lebih rentan terhadap kesulitan keuangan dan kurang memiliki kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini dapat menyebabkan siklus kemiskinan yang sulit diputus, dimana anak-anak yang tumbuh di rumah tangga miskin juga menghadapi kesulitan serupa dalam mengakses pendidikan berkualitas.

Banyak faktor penyebab kemiskinan diantaranya : 1. Tingkat Pendidikan Rendah 2. Malas Kerja 3. Kualitas Kesehatan Buruk 4. Sumber Daya Alam Tidak Ada 5. Modal Terbatas 6. Harga Kebutuhan Tinggi 7. Lapangan Kerja Terbatas

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya konstruktif untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas memerlukan pendidikan. Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan. Pendidikan formal memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar secara nasional. Peran pendidikan dalam pembangunan ekonomi mempunyai dampak yang signifikan. Pendidikan memegang peranan penting dan merupakan kebutuhan dasar untuk menciptakan tenaga kerja yang terlatih dan terbina yang diperlukan bagi proses pembangunan perekonomian negara. mengembangkan dan mempersiapkan seseorang menjadi tenaga kerja potensial. Permasalahan ini nantinya akan mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja yang efektif meningkatkan pendapatan nasional.

Mengurangi kemiskinan melalui pendidikan memerlukan serangkaian tindakan komprehensif. Pertama, perlu dipastikan bahwa pendidikan dasar dan menengah mudah diakses dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Selain itu, diperlukan program beasiswa dan bantuan keuangan untuk mendukung siswa berprestasi yang kurang mampu secara finansial. Pemberdayaan melalui pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dapat meningkatkan peluang pekerjaan dan pendapatan. Infrastruktur pendidikan perlu diperkuat, mencakup fasilitas dan sumber daya pembelajaran. Pendidikan inklusif bagi kelompok rentan seperti anak-anak dengan kebutuhan khusus juga harus menjadi fokus.

Pentingnya pendidikan kejuruan tidak boleh diabaikan, dan kerjasama dengan sektor swasta dapat memberikan peluang magang dan pekerjaan setelah lulus. Kampanye kesadaran masyarakat dapat mengubah persepsi terhadap pentingnya pendidikan. Pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan perkembangan teknologi juga diperlukan. Terakhir, pengawasan dan evaluasi sistem pendidikan harus dilakukan secara ketat untuk memastikan efektivitas langkah-langkah yang diambil.

Dapat disimpulkan bahwa, kemiskinan memiliki dampak serius terhadap sektor pendidikan. Keterbatasan sumber daya finansial seringkali mengakibatkan akses terbatas terhadap fasilitas, buku, dan teknologi pendidikan. Kurangnya dukungan ekonomi dapat menghambat kesempatan anak-anak untuk mengejar pendidikan tinggi, menciptakan ketidaksetaraan pendidikan. Selain itu, kondisi ekonomi yang sulit dapat memaksa anak-anak untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga, mengorbankan waktu yang seharusnya digunakan untuk pendidikan. Semua ini menciptakan lingkungan yang tidak mendukung pengembangan optimal potensi pendidikan, memperdalam kesenjangan pendidikan dan merugikan perkembangan sosial masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image