Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khoirunnisa

Siapa Sangka Berpegangan Tangan Termasuk Perilaku Seksual?

Edukasi | 2023-12-22 10:40:04

Sebagaimana telah diketahui bahwa masa remaja merupakan masa peralihan seorang individu dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya masa ini adalah masa yang identik dengan masa pencarian jati diri ataupun identitas diri. Perubahan fisik maupun psikologis mulai terlihat jelas pada masa ini. Selain itu, kematangan biologis turut menyertai perkembangan para remaja yang kemudian menimbulkan dorongan seksual dalam diri mereka. Ketertarikan terhadap lawan jenis menjadi salah satu hasil dari kematangan biologis yang dialami oleh para remaja yang pada akhirnya melibatkan mereka dalam sebuah aktivitas sosio-seksual ataupun hubungan percintaan seperti berpacaran (Kumalawati, 2021).

Kegiatan berpacaran yang dilakukan oleh remaja akan meningkatkan suatu kontak hingga perilaku seksual pada masing-masing individu dalam hubungan tersebut. Menurut Sarwono (dalam Rohmadini et al., 2020) perilaku seksual merupakan suatu bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat atau keinginan seksual dan dapat terjadi di antara orang yang berlawanan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual tersebut tidak terbatas pada hubungan seksual (sexual intercourse), namun juga termasuk berpegangan tangan, berciuman, hingga melakukan hubungan seksual (Yulianto, 2020). Namun, banyak sekali remaja bahkan orang dewasa sekalipun tidak mengetahui bahwa berpegangan tangan yang masuk ke dalam kategori touching merupakan suatu perilaku seksual.

Berpegangan tangan banyak dilakukan oleh para remaja bahkan orang dewasa lainnya pada saat berpacaran karena merupakan suatu aktivitas yang mudah untuk dilakukan tanpa harus takut dengan adanya dampak yang berarti. Dalam hal ini para remaja memiliki kecenderungan untuk berpikir bahwa dengan melakukan aktivitas berpegangan tangan berarti mereka telah menyalurkan kasih sayang dan cinta terhadap pasangannya sebagaimana keduanya memiliki perasaan sayang dan cinta satu sama lain. Berpegangan tangan juga kerap kali dilakukan untuk menggambarkan penghargaan terhadap kehadiran pasangan mereka serta menjadi bahasa kasih bagi keduanya. Namun, touching yang diindikasikan dengan berpegangan tangan dapat meningkat ke level perilaku seksual yang lebih tinggi lagi ketika kedua individu terlanjur merasakan rasa nyaman yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan bergandengan tangan dapat menjadi jembatan nafsu bagi remaja-remaja yang melakukannya.

Menurut Sarwono (dalam Alfiani & Saraswati, 2013) ketika remaja sudah melakukan kegiatan berpegangan tangan, maka remaja tersebut akan berani untuk memeluk pasangannya untuk saling melindungi dan merasakan kenyamanan di dalam hubungan yang mereka jalani. Kemudian, setelah remaja tersebut berani untuk berpelukan, maka akan terus berlanjut dengan berciuman baik mencium pipi ataupun memainkan bibir pasangannya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Blegur (dalam Rohmadini et al., 2020) bahwa perilaku seksual lainnya bisa dilakukan ketika telah melewati tahapan touching tersebut.

Segala sesuatu dapat terjadi dimulai dari suatu hal kecil, sama seperti hubungan seksual yang terjadi dimulai dari kegiatan sederhana seperti berpegangan tangan. Perilaku seksual tingkat tinggi atau hubungan seksual bisa terjadi kapan saja dan dapat terjadi bukan hanya pada saat salah satu pihak menginginkannya saja. Maka dari itu, sudah sepatutnya para remaja memperhatikan segala aktivitas yang dilakukannya dalam menjalani hubungan berpacaran.

Referensi

Alfiani, D. A., & Saraswati, S. (2013). Perilaku seksual dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application, 2(4), 34–41.

Kumalawati, Y. (2021, December 30). Pacaran pada masa remaja. Badan Pendidikan Kristen PENABUR. https://bpkpenabur.or.id/bekasi/smak-penabur-summarecon-bekasi/berita/berita-lainnya/pacaran-pada-masa-remaja

Ramadhani, N. J., Samad, S., & Latif, S. (2023). Perilaku seks bebas pada remaja dan penanganannya (Studi kasus pada siswa sekolah menengah atas Kabupaten Pinrang). Pinisi Journal of Art, Humanity & Social Studies, 3(4), 71–86.

Rohmadini, A. F., Setia, M. E. T., Khansa, N., & Yulianto, A. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan. Prosiding E-Conference Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara 2020, 593–599.

Yulianto, A. (2020). Pengujian Psikometri Skala Guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Jurnal Psikologi: Media Ilmiah Psikologi, 18(1), 38–48.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image