Mengenal Soetomo : Tokoh Kebangkitan Nasional
Sejarah | 2023-12-21 13:34:56Dr. Soetomo, Beliau adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia juga merupakan tokoh penting dalam Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. Dan dikenal sebagai pendiri organisasi Budi Utomo yang mempunyai peranan sangat penting dalam gerakan nasionalis. Dikutip dari situs Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), Jumat (20 Mei 2022), Dr. Soetomo lahir di Ngepeh, Kabupaten Nganjuk (Jawa Timur) pada tanggal 30 Juli 1888 dengan nama lahir Soebroto.
Pergantian nama menjadi Soetomo terjadi di Bangili saat ia masih bersekolah di sekolah dasar Belanda. Semasa kecil, sejak lahir hingga usia tujuh tahun, Soetomo diasuh oleh kakek dan neneknya, Soetomo mengapresiasi kasih sayang kakek dan nenek terhadap tetangganya, bahkan terhadap binatang. Dia tahu kakeknya adalah orang yang tegas, itulah sebabnya dia tumbuh dengan opini yang kuat.
Ia pun belajar banyak hal dari kesalehan dan ketaqwaan kakek dan neneknya kepada Tuhan. Setelah mulai bersekolah, dia selalu berada di bawah pengawasan ayahnya. Nama ayah Soetomo adalah R Soewardji. Ayahnya bisa dibilang “modern” menurut standar masyarakat saat itu, maju bahkan hiper-modern dalam pandangan Soetomo. Kepribadian dan tindakan ayahnya ikut membentuk sikap dan keyakinan Soetomo. Soetomo, sebagaimana dikatakan Van der Veur, selalu berusaha mengedepankan kehidupan pribadi yang jujur, bebas korupsi, tidak mempermainkan orang-orang jahil, tidak mempersoalkan perbedaan, dan tidak mengakui kenyataan pahit sekalipun.
Sebagai orang Jawa, Soetomo selalu memilih “Jalan Timur” (atau “Jalan Adat Jawa”) untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Ia melatih dirinya untuk mengendalikan hawa nafsu, berpikir jernih, menyadari kebesaran Tuhan dan memupuk impian yang luhur dan mulia selama tinggal di rumah pamannya, Arjodipoero, seorang teolog. Pada tahun 1903, Soetomo belajar kedokteran di School Tot Opleiding Van inlandsche Artsen (Stovia) di Batavia. Dia sangat terkesan ketika ayahnya menunjukkan kepadanya seorang mahasiswa kedokteran yang mengenakan jas putih dan topi. Menurut Soetomo, jas dan topi putih itu gaya dan menarik.
Keputusan ini menjadi alasan utama ia memilih sekolah kedokteran. Awal mula bersekolah di STOVIA, Soetomo terkesan biasa aja, dia tertinggal dalam studinya, hingga setelah melewati beberapa kejadian dan sadar tentang harapan besar ayahnya, Soetomo membangun rasa percaya dirinya, dia mulai belajar dengan baik hingga merasa mampu bersaing dengan siswa lain. Soetomo juga mulai membantu teman-temannya yang tertinggal. Dengan pengalaman yang semakin percaya diri, Soetomo mencoba menginspirasi teman-teman sekelasnya untuk belajar.
Soetomo juga tak segan-segan menawarkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Saat ulangan atau ujian, Soetomo tidak akan cepat-cepat meninggalkan ruangan, bahkan setelah ia selesai mengerjakan soal. Ia tetap duduk diam di kelas dan menunggu teman-temannya tanpa putus asa. Karena hal tersebut teman-temannya mulai menghormatinya. Ucapan dan pemikirannya mulai dihormati hingga seolah-olah Soetomo telah menjadi pemimpin di antara mereka. Banyak rintangan yang Soetomo lewati. Soetomo berusaha menjadi pemimpin masa depan yang baik, disiplin, dan mawas diri Mendirikan Budi Utomo Kemudian pada tanggal 10 Januari 1903, Soetomo bersama 13 orang temannya di STOVIA, mendirikan Perkumpulan Budi Utomo pada tahun 1908.
Saat itu usianya baru berumur 15 tahun. Organisasi ini merupakan organisasi modern pertama yang didirikan di Indonesia. Hari ulang tahunnya, 20 Mei, kini dianggap sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena Budi Utomo berjasa mendorong lahirnya organisasi bahkan partai politik di masa depan. Gedung STOVIA tempat lahirnya Budi Utomo kini menjadi Gedung Kebangkitan Nasional. Atas pergerakan tersebut, banyak organisasi-organisasi bermunculan untuk melanjutkan sekaligus membuat terobosan dalam melawan penjajahan.
Dikutip dari Buku Sejarah Pergerakan Nasional : Dari Budi Utomo sampai dengan pengakuan kedaulatan, Organisasi Budi Utomo memiliki beberapa tujuan Yaitu, memajukan pendidikan,. Pertanian, peternakan, pedagangan, teknik, industri, dan kebudayaan Seorang Dokter yang Dermawan Setelah lulus pada tahun 1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai wilayah Jawa dan Sumatera.
Awal mulanya di Semarang, kemudian di Tuban, dan kemudian di Lubuk Pakam, Sumatera Timur. Kemudian Ia bertugas di Malang. Selama bertugas di Malang, ia memusnahkan wabah penyakit yang menyerang wilayah Magetan. Sebagai seorang dokter, ia tidak mengatur biaya dan terkadang pasien dibebaskan. Soetomo menikah pada tahun 1917 dengan seorang perawat berkebangsaan Belanda. Kemudian Pada tahun 1919 hingga 1923, Soetomo mendapat beasiswa dan menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Amsterdam. Semasa kuliah, Soetomo mengikuti kegiatan Indische Vereeniging.
Soetomo juga terpilih sebagai presiden Indische Vereeniging musim 1921-1922. Pada tahun 1923, Soetomo kembali ke Indonesia dan menjadi guru besar di Sekolah Seni Nederlandschi (NIAS). Pendiri Indonesian Studies Club (ISC) Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Klub Kajian Indonesia (Indonesian Studies Club atau Kelompok Kajian Indonesia dalam bahasa Belanda) di Surabaya. Yang merupakan sebuah wadah bagi para intelektual Indonesia. Aktivitas dan kedudukan Soetomo di masyarakat membawanya pada tataran politik praktis. Ia diangkat menjadi anggota Dewan Kota Surabaya (Gemeen-teraad).
Dalam majelis tersebut ia memperjuangkan nasib rakyat antara lain dengan mengusulkan perbaikan kesehatan dan kesejahteraan rakyat, namun usulannya selalu ditolak dengan suara terbanyak, yang tidak ditujukan kepada rakyat melainkan kepada pemerintah kolonial. Perhatiannya terhadap ISC tidak pernah ditinggalkan. Berkat kepemimpinannya, organisasi ini aktif melakukan upaya-upaya bermanfaat di bidang ekonomi dan sosial. Pada tanggal 11 Oktober 1930, ISC berubah menjadi sebuah partai yaitu “Persatuan Nasional Indonesia (PBI)” yang diketuai langsung oleh Soetomo. Studi Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya). Yang merupakan gabungan dari PBI dan Budi Utomo. Wadah ini digunakan untuk mengumpulkan suara rakyat dari berbagai daerah. Bersama teman-temannya yang lain juga, Soetomo memprakarsai berdirinya Bank Bumiputera yang pada tahun 1929 menjadi Bank Nasional.
Selain itu juga dibentuk Dana Pembangunan Nasional (GNI) yang dipimpin langsung oleh Soetomo. Seorang Jusrnalis Selain aktif di bidang politik dan kedokteran, Soetomo juga merupakan seorang jurnalis yang aktif di bidang jurnalisme. Dia bahkan mengelola beberapa surat kabar. Soetomo memulai karirnya sebagai jurnalistik di harian Soeara Oemoem Surabaya sebagai seorang reporter. Salah satu karya yang Ia miliki adalah sebuah buku yang berjudul “Memori”.
Buku ini merupakan buah perasaan Soetomo atas kepergian istrinya Everdina Bruning pada tanggal 17 Februari 1934. Selang empat tahun setelah kematian istrinya, Soetomo jatuh sakit. Dan pada tanggal 30 Mei 1938, dalam usia 50 tahun, Soetomo meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di belakang “Rumah Nasional Indonesia”, Bubutan, Surabaya, atas permintaannya sendiri. Dilansir dari detik.com Dr Soetomo diberikan gelar Pahlawan Nasional pada 27 Desember 1961. Dr. Soetomo merupakan tokoh nasional yang telah mendapat pengakuan dari rakyat Indonesia, bukti pengakuan sekaligus penghormatan untuk jasanya yaitu mengabadikan nama Dr. Soetomo menjadi nama jalan dan rumah sakit di Jawa Timur. Dan tidak lupa juga Dr. Soetomo memiliki gelar tokoh Kebangkitan Nasional.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.