Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nadita zahira

Korelasi Perilaku Komunikasi dengan Anak dari Orang Tua Tunggal

Curhat | Wednesday, 20 Dec 2023, 00:13 WIB

Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya. Baik secara fisik maupun secara psikologis, mulai masa kanak-kanak, remaja sampai pada dewasa dan usia tua. Dalam kehidupannya keluarga sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial anak karena melalui keluarga, anak menampilkan cara bergaul dengan teman dan masyarakat. Sebuah keluarga yang berpisah menjadikan anak memperoleh sedikit bekal untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak terlebih ketika anak menginjak masa remaja. Secara tidak langsung anak memiliki gangguan mental atas terpisahnya kedua orang tua.

Komunikasi berfungsi membangun dan memelihara hubungan sebab pesan yang dipertukarkan dapat menciptakan, mendefinisikan, memodifikasi, atau menguatkan ikatan di antara orang. Dengan komunikasi yang baik dan bermakna akan memunculkan perasaan nyaman, bermakna, dan saling terjadi pengertian. Akan tetapi bila komunikasi yang terbangun tidak tercipta saling pengertian karena ada hambatan seperti emosi, tidak ada penengah, dan tidak ada contoh atau figur dari kedua orang tua menjadikan komunikasi menjauh dari kebermaknaan. Ini akhirnya akan menjadi beban yang berlarut pada diri anak yang mengalami keluarga dengan orang tua berpisah.

Perceraian merupakan hal yang paling dihindari dari sebuah keluarga karena yang paling terkena dampak dari perceraian tersebut adalah anak. Anak dari keluarga perceraian mendapatkan kenyataan pahit jika ayah dan ibunya tidak dapat hidup bersama lagi. Otomatis intensitas pertemuan dan kasih sayang dari orang tua menjadi berbeda dari sebelumnya. Selain itu, dengan keputusan bercerai yang dipilih oleh kedua orang tuanya tersebut memaksa anak untuk memilih dengan siapa dirinya akan tinggal.

Kehidupan remaja dari keluarga single parent tidak bisa dipisahkan dari stigma yang telah mengakar kuat dalam masyarakat yaitu remaja yang identik dengan kenakalan remaja. Masyarakat awam cenderung menaruh curiga ketika mengetahui latar belakang keluarga remaja yang bercerai. Tidak dipungkiri bahwa hal tersebut menjadi hambatan psikologis bagi remaja untuk terbuka ataupun bergabung dalam kehidupan lingkungan sekitarnya. Remaja yang berlatar belakang keluarga single parent menurut kebanyakan orang merupakan anak yang cenderung memiliki sikap negatif. Namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Hal ini tergantung dengan konsep diri dari masing-masing remaja dan kelompok rujukan dimana remaja tersebut bergabung dan bersosialisasi. Teori sikap mengklaim bahwa pengalaman, pengetahuan, dan perilaku komunikasi seseorang dibentuk sebagian besarnya oleh kelompok sosial dimana mereka bergabung.

Hasil dari penelitian ini antara lain menunjukkan bahwa kedekatan yang terjalin antara remaja dengan lingkungan sekitarnya ini terjadi karena adanya aktivitas komunikasi yang dapat mendekatkan hubungan antara remaja dengan lingkungan sekitarnya terutama dengan ibundanya. Wujud dari kedekatan itu seperti meluangkan waktu untuk bertukar pikiran terlebih dahulu sebelum tidur, mengobrol sewaktu menonton televisi serta meluangkan waktu untuk pergi bersama. Selain itu, bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh remaja dari keluarga single parent saat mengetahui orang tuanya bercerai adalah kecewa dan membenci orang tuanya dengan cara mendiamkan orang tuanya. Hal ini berpengaruh pada keadaan emosional yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari yang menjadikan dirinya sensitif dan sempat mengalami penurunan prestasi. Terkait dengan perceraian, perceraian ini menimbulkan adanya pengaruh emosional pada anak.

Pasca awal perceraian terjadi, informan jarang melakukan komunikasi dengan orang tuanya dan cenderung berdiam diri bahkan tak jarang ditunjukkannya dengan seringnya pulang malam dan jarang berada di rumah. Kurangnya komunikasi yang dilakukan inilah yang menjadikan konflik sering terjadi. Untuk mengurangi konflik sehingga terwujudnya pemeliharaan hubungan yang baik, remaja menunjukkan sikap antara lain: Positivitas (mampu bekerjasama), keterbukaan, menghabiskan waktu bersama, serta merasakan perasaan yang sama antara satu dengan yang lain menjadikan kunci dalam memelihara hubungan antara remaja dengan lingkungan sosialnya. Konsep diri yang positif ditunjukkan oleh remaja dengan yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, mampu untuk memperbaiki diri dilakukan remaja untuk membuktikan kepada lingkungannya bahwa dirinya mampu untuk berprestasi sekaligus menepis stigma negatif yang sudah melekat di masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image