Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sabina fakhra

Broken Home Bunuh Mental dan Masa Depan Anak

Eduaksi | Thursday, 09 Nov 2023, 19:40 WIB
Ilustrasi Broken Home (Sumber : Pinterest)

Setiap hari, telingaku selalu dihiasi dengan suara bising yang dihasilkan dari keributan kedua orang tuaku. Kadang sesekali aku mendengar suara pecahan suatu benda yang dibanting oleh Ayah. Aku hanya bisa terisak dan bersembunyi di dalam kamar sambil memeluk adikku yang ketakutan. Ayah, Ibu, tidak bisakah diselesaikan dengan kepala dingin?”

Monolog di atas sedikit menggambarkan suatu keadaan dimana seorang anak yang secara tidak langsung terbunuh kesehatan mentalnya. Pemicunya antara lain adalah hilangnya keharmonisan dari orang tua sehingga terjadi pertikaian yang berujung perceraian. Tanpa disadari, keributan yang mereka hasilkan menghancurkan hati anaknya dan akan terekam hingga ia tumbuh dewasa.

Tidak sedikit dari generasi-generasi belia di Indonesia yang mengalami Broken Home. Apa yang dimaksud Broken Home? Mengapa demikian?

PENGERTIAN BROKEN HOME

Jika diartikan dalam bahasa Broken Home berarti rumah rusak, keluarga yang tak utuh. Secara istilah Broken Home adalah rusak ataupun hilangnya keharmonisan sebuah keluarga karena suatu faktor yang sulit untuk dihindari. Faktor penyebab Broken Home terhadap anak meliputi diantaranya; terjadinya perceraian kedua orang tua, masalah pendidikan, masalah ekonomi, ketidakdewasaan sikap orang tua, orang tua yang tidak memiliki rasa tanggungjawab, jauh dari tuhan dan kehilangan kehangatan dalam keluarga. Seorang suami dan istri yang awalnya disatukan dalam ikatan cinta harus berpisah karena adanya ketidakcocokan diantara keduanya sehingga menciptakan suasana keluarga yang tidak harmonis. Dengan kondisi demikian akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga berpengaruh besar terhadap kejiwaannya.

MENGAPA BISA TERCIPTA BROKEN HOME?

Tentunya tidak ada orangtua yang ingin melukai perasaan anaknya, namun keduanya dihadapi oleh beberapa faktor yang sulit untuk dihindari. Berikut diantara terciptanya Broken Home :

1. Perceraian

Perceraian orangtua kerap kali menjadi faktor utama yang memicu terciptanya anak Broken Home. Berpisahnya antara suami dengan istri akan meninggalkan luka yang amat dalam bagi anak-anak mereka atau bahkan dapat membunuh kesehatan mentalnya bila tidak segera diberi pengertian sejak dini. Biasanya mereka akan dihadapi oleh pilihan, antara tinggal dengan ibunya atau ayahnya. Dititik inilah kesehatan mental si Anak mulai terbunuh.

2. Sifat Childish dan egoisme

Sifat Childish adalah dimana seseorang telah dewasa secara fisik tetapi tidak dengan sikapnya yang terkadang seperti anak-anak baik secara psikologis atau emosional. Sikap Childish atau kekanak-kanakan ini muncul dalam diri orangtua mungkin sebab mereka memiliki perasaan lama yang terpendam dan belum terselesaikan yang pada akhirnya berimbas kepada hubungan mereka saat berumah tangga Sementara itu, egoisme adalah sifat buruk manusia yang merasa bahwa dirinya adalah yang paling penting. Orangtua yang memiliki sifat Childish dan egoisme kerap bertikai pangkai satu sama lain yang berpengaruh besar terhadap anak.

3. Terkikisnya rasa tanggungjawab

Kesibukan orangtua akan karir, hubungan sosial, atau hobi mereka dapat mengikis rasa tanggungjawab pada keluarganya. Seorang Ayah yang selalu sibuk pekerjaannya, ia berangkat sebelum anaknya terbangun dan pulang ketika anaknya sudah tertidur lelap. Begitupun dengan seorang Ibu yang harusnya menjadi sosok paling penting bagi anak dan memberi pendidikan dasar di rumah ia justru terlalu asyik dengan kesibukan bersosialisasi bersama teman-temannya. Bahkan, di dalam Islam mengatakan bahwasanya “Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya.

Dengan seiring berkembang zaman, kini gadget adalah hal yang tak luput dari genggaman manusia, Ibu atau Ayah yang semestinya meluangkan waktu di hari libur justru sibuk dengan urusan masing-masing. Ayah, dengan hobinya yang suka bermain game dan ibu dengan hobinya yang suka bermaraton drama Korea.

Dengan kebiasaan tersebut, sang Anak akan menarik diri dengan kesibukannya juga. Dari sinilah anak merasa dirinya bukanlah lagi menjadi prioritas orangtuanya.

4. Jauh dari Tuhan

Suatu pernikahan yang dilandasi hanya dengan kata cinta tidak memberi jaminan untuk selalu terjalinnya kasih sayang dan kehangatan dalam keluarganya, artinya sebuah pernikahan juga harus menghadirkan nama Tuhan yang akan menjadi landasan mereka dalam berumah tangga.

Jauh dari Tuhan menimbulkan dampak besar yang dapat merusak keharmonisan dalam rumah tangga. Perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya dilakukan oleh suami maupun istri seperti berzina, berselingkuh, berjudi dan lain sebagainya saja bisa terjadi karena hubungan mereka tidak diikat erat oleh iman terhadap Tuhan, dan perbuatan inilah yang menjadi pencetus sebuah perceraian.

5. Faktor ekonomi

Pertikaian antara suami istri tidak hanya tentang perbedaan pendapat saja, namun faktor ekonomi juga ikut memengaruhi hubungan keduanya dalam berumah tangga, contohnya seperti suami yang gajinya belum mencukupi sementara barang kebutuhan yang begitu mahal, dan tuntutan materi dari istri yang tidak dapat disanggupi oleh Sang suami.

Pada dasarnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi dalam berumah tangga, salah satu dampaknya adalah perseteruan dan percekcokan antara suami dan istri atau bahkan berlanjut hingga ke meja Hijau.

DAMPAK APA YANG DIRASAKAN OLEH ANAK BROKEN HOME?

Dengan adanya suatu sebab sudah pasti disamping itu terdapat akibat. Anak yang mengalami kondisi Broken Home, cenderung berbeda dengan anak-anak lainnya. Berikut dampak-dampak yang akan dirasakan oleh anak Broken Home :

1. Rendah akan rasa percaya diri

Anak yang mengalami Broken Home, terlebih jika ia merasakan sejak usia yang masih sangat belia, mereka akan kehilangan banyak momen bersama keluarganya dan menimbulkan rasa tidak percaya diri karena tekanan mental yang ia terima.

2. Gangguan mental

Pertengkaran yang dilakukan orangtua secara terus menerus akan menumbuhkan rasa trauma terhadap anak yang membuatnya menjadi depresi. Mereka akan selalu merasa cemas, tertekan, takut, atau bahkan berniat untuk mengakhiri hidupnya.

3. Kebencian pada orangtua

Kurangnya kasih sayang, tidak bertanggungjawab dan perlakuan buruk orangtua akan menciptakan luka dan rasa kecewa yang mendalam. Akan muncul banyak pertanyaan dalam dirinya, mulai dari mengapa orangtuanya bertengkar? Apa penyebabnya? Mengapa mereka sampai berpisah? Hingga akhirnya dia sadar dengan sendirinya bahwa dirinya adalah korban Broken Home.

4. Pemberontakan

Anak Broken Home, cenderung menjadi pemberontak. Mereka akan berfikir bahwa dirinya tidak pernah diberi kasih sayang baik secara lahir maupun batin, lalu untuk apa mereka masih mendengarkan apa yang dibicarakan orangtuanya. Faktor-faktor yang menjadikannya anak Broken Home akan membuat ia merasa tidak perlu menghargai orangtuanya yang telah gagal memberikan kenyamanan dan perlakuan seperti orangtua pada umumnya.

AKSI APA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI BROKEN HOME?

Pada dasarnya, tentu orangtua diluar sana tidak ingin hal ini terjadi pada keluarganya. Lalu bagaimana jika hal ini sudah terlanjur terjadi? Berikut aksi-aksi yang dapat dilakukan orangtua untuk mengatasi situasi Broken Home :

1. Co-parenting

Co-parenting adalah usaha yang dilakukan orangtua bersama-sama untuk melakukan sosialisasi terhadap anak. Tidak mudah bagi anak untuk memilih untuk tinggal dengan salah satu dari orangtuanya, hati kecilnya sulit menerima kenyataan tersebut. Maka dari itu, sebaiknya orangtua mengalahkan ego agar tetap melakukanI dan membesarkan anaknya bersama-sama.

2. Memberi perhatian lebih

Meskipun anak terlahir dari keluarga yang tak utuh, mereka tetap butuh perhatian dari orangtuanya. Mulai bangun kedekatan lagi bersamanya agar ia tidak merasa kehilangan sosok orantuanya.

3. Mengajak anak mendekatkan diri kepada Tuhan

Ketika anak telah menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari Broken Home, tentu ia membutuhkan refleksi hati dan pikirannya. Ajak anak untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan cara beribadah dan mengimani bahwa takdir adalah skenario terbaik milik tuhan yang telah ditetapkan atas dirinya.

4. Berdamai dengan keadaan

Kehidupan bak roda yang berputar, artinya tidak selamanya kehidupan akan berjalan di bawah. Tidak baik jika terus menerus larut dalam kesedihan, harus ada saatnya orangtua dan anak berlapang dada untuk menerima segala cobaan dan membangun semangat kembali. Maafkan diri sendiri dan coba untuk berdamai dengan keadaan akan jauh lebih menenangkan.

Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa penting bagi kita untuk menjaga keutuhan keluarga agar tidak lagi tercipta generasi-generasi yang kehilangan jati dirinya sebagai seorang anak.

Sabina Fakhrah Mashuri, Mahasiswi Prodi Hukum Keluarga UIN Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image