Sendirian tidak Semenyeramkan Itu
Edukasi | 2023-12-19 20:07:38
Apakah kalian pernah berpikir kenapa perempuan tidak berani berpergian sendiri? perempuan yang selalu dipandang sebelah mata oleh banyak orang, perempuan yang selalu dianggap remeh hanya karena berdasarkan gender. Banyak penyebab perempuan di luar sana yang tidak berani atau tidak percaya diri untuk berpergian sendiri. Mungkin sudah ada beberapa perempuan yang memberanikan untuk pergi keluar sendiri tetapi, terkadang merasa tidak nyaman karena adanya tatapan banyak orang yang melihat kearahnya. Jadi, kenapa perempuan tidak berani berpergian sendiri?.
Kalian pasti pernah mendengar sebutan cat calling. Catcalling adalah pelecehan seksual yang dilakukan di ruang publik dengan memberikan kata-kata tidak senonoh pada korban. Catcalling bukanlah pujian atau sapaan biasa, melainkan perilaku yang merendahkan dan mengganggu korban terutama para perempuan. Banyak perempuan yang merasa terancam jika mereka pergi keluar sendirian. Pelecehan yang dilakukan secara verbal maupun non verbal akan selalu menghantui pikirannya jika mereka pergi sendirian. Dengan adanya kejadian-kejadian tersebut para perempuan menganggap bahwa dirinya lemah, tidak bertenaga dan akan selalu dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Tanggapan orang tentang perempuan pemberani yaitu, tidak jauh dari kata 'keren, kuat, mandiri'. Salah satu contoh dari hasil wawancara yang saya dapatkan adalah "Saya sangat mengaggumi perempuan pemberani. Mereka adalah sosok yang kuat dan mandiri, yang tidak membiarkan gender mereka membatasi mereka. Mereka adalah sosok yang inspiratif, yang menunjukan bahwa semua orang dapat mencapai apapun yang mereka inginkan, terlepas dari gender mereka".
Menurut hasil wawancara yang saya dapatkan, ada beberapa perempuan yang tidak berani untuk berpergian sendiri dengan alasan takut. “Menurut aku ngga aman kalau pergi sendiri, apalagi kalau malem-malem. Karena banyak faktor yang dikhawatirkan. Kayak sekarang banyak banget kasus kekerasan, catcalling, dan lain-lain,” ujarnya. Mereka lebih merasa aman dan nyaman jika mereka mengajak temannya atau keluarganya untuk pergi bersamanya dibandingkan pergi sendirian. “Mungkin bisa bawa temen, pergi bareng minta buat temenin gitu. Pokoknya hindarin keluar sendiri terutama di malam hari atau di tempat yang sepi dan gelap”.
Apakah hanya perempuan pemberani yang dapat membalas catcalling itu? Lalu bagaimana dengan perempuan yang tidak berani? Tidak harus memiliki keberanian yang mantap jika ingin berpergian sendiri. Jika kita merasa terancam maka pergilah ke tempat yang menurut kita aman seperti keramaian, supermarket dan lain-lain. Seperti vidio yang ditayangkan oleh seorang dokumenter yang sedang pergi bersama teman-temannya, lalu datang seorang perempuan yang memberikan tanda pertolongan dengan bahasa gerak tubuh tidak nyaman. Lalu dengan cepat sang dokumenter dan teman-teman menolong perempuan tersebut agar terhindar dari pria tidak dikenal yang sedang mengikuti perempuan tersebut.
Bagi para perempuan yang masih merasa takut untuk pergi sendiri dan merasa terintimidasi oleh pandangan orang sekitar cobalah untuk melawan rasa takut itu menjadi rasa berani. Jangan takut untuk membela diri selagi kita benar dan tidak melanggar aturan yang ada. Kita harus berani untuk bertindak tegas agar orang sekitar bisa mengerti apa yang sedang terjadi dengan kita dan segera memberi pertolongan.
Tidak salah jika kita menjadi perempuan yang berani. Ubahlah kalimat ‘Perempuan adalah makhluk yang lemah’ menjadi ‘Perempuan adalah makhluk yang pemberani’. Dan ubahlah kriteria kita sebagai perempuan yang penakut menjadi pemberani. Jangan mau selalu dipandang lemah oleh orang dan hanya di pandang sebelah mata hanya karena berdasarkan gender. Tunjukan bahwa perempuan juga bisa melawan catcalling tersebut. Jadi mulai sekarang pandanglah dirimu sebagai sosok yang pemberani. Pergilah dan jangan anggap semua catcalling ada disekitarmu. Jika kamu masih terus merasa tidak berani dan merasa takut untuk mencoba, lalu kapan lagi kamu akan mulai jika bukan sekarang?.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
