Peran Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak
Edukasi | 2023-12-19 18:57:53Oleh :Yulia Dwi Murti
Majelis Umum PBB (Megawangi, 2003) menerangkan bahwa fungsi utama
keluarga adalah sebagai sarana untuk mendidik, mengasuh, mensosialisasikan
anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggota tubuhnya agar dapat
menggunakan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan
dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang sejahtera. Tanggung
jawab orang tua adalah mendidik dan membesarkan anak supaya menjadi manusia
yang berguna. Namun sebagian dari orang tua belum mampu mengerti anak dan
banyak pula anak yang tidak mengerti bagaimana orang tuanya. Sebab itu,
hubungan anak dan orang tua menjadi renggang. Sebagian orang tua juga
menggunakan hak prerogratifnya, dimana anak harus patuh dan tidak boleh
melawan orang tua, sehingga anak semakin jauh dari orang tua (Tim Penerbit Buku
Kompas, 2001: 6).
Pada umumnya orang tua mengajari anak dengan empat cara yaitu memberi contoh,
respon positif, tidak ada respon, dan hukuman (C Drew Edwards, 2006: 49-50).
1. Memberi contoh
Anak mencontoh apa yang dilakukan dibandingkan dengan apa yang
dikatakan. Jika orang tua menyuruh anaknya untuk berbuat sopan tetapi orang
tua justru berkata kasar berarti mereka mengingkari dirinya sendiri. Tindakan
lebih kuat pengaruhnya daripada kata kata
2. Respon positif
Tunjukan ketertarikan dan perhatian terhadap anak, agar anak menyadari
bahwa apa yang orang tua utarakan adalah hal penting bagi orang tua itu
sendiri. Selalu mengapresiasi usaha dan proses anak. Komunikasi non verbal ;
bahasa tubuh dari orang tua ke anak, contohnya seperti mengelus – elus
kepalanya, beri pelukan hangat, dan masih banyak lagi
3. Tidak ada respon
Mengajari anak dengan cara tidak menghiraukan sikap anak yang kurang baik
agar sikap seperti itu tidak diulang kembali.
4. Hukuman
Hukuman tidak membantu jika diberikan terlalu sering, dan bila hukuman
terlalu keras atau berlebihan dapat menumbuhkan sikap negatif dan reaksi
emosional anak.
Keempat tindakan tersebut sebaiknya selalu dipertimbangkan penerapannya,
supaya tidak menghambat perkembangan anak. Misalnya hukuman, hukuman akan
diberlakukan apabila anak melanggar aturan berulang kali. Hukuman tidak
bermaksud untuk menyakiti anak, tapi untuk memberikan pelajaran dan
pengalaman pada anak bahwa perilakunya tidak baik dan sebaiknya tidak diulang.
Sedangkan memberi contoh (teladan) dan respon positif sebaiknya diberikan
sebagai bentuk penguatan dan penghargaan pada usaha anak, sehingga anak merasa
dirinya berharga.
Refleksi bagi Orang Tua dalam cara pengasuhan antara lain:
1. Aksi nyata bukan hanya kata
Teladan atau contoh memberikan peran penting bagi anak dalam
menunjukkan konsistensi orang tua terhadap aturan. Pepatah mengatakan
“satu teladan lebih bermakna daripada seribu nasehat”. Efek atau dampak
ketika orang tua hanya menyuruh saja tentu berbeda apabila anak bisa
melihat langsung dari keteladanan orang tuanya. Secara tidak sadar orang
tua juga memberikan contoh yang kurang baik. Membeda-bedakan anak
dengan anak lainnya, kurang memberikan kepercayaan pada anak, memberi
nasehat tidak pada tempatnya dan tidak tepat pada waktunya, tidak mau
mendengarkan cerita anak, berbicara kasar pada anak, meminta tolong
dengan nada mengancam, tidak mengakui kesalahan, merasa serba tahu,
terlalu mencampuri urusan anak terlalu mementingkan diri sendiri, dan
sebagainya (Syaiful Bahri, 2004: 26).
2. Masih seringkah menyalahkan anak?
Sebagian orang tua sering kali menyalahkan anak. Bisa jadi kesalahan
terletak pada pihak anak, namun semua terjadi karena anak belum mengerti,
atau orangtua (ayah ibu) merasa sudah mengingatkan berulang kali, tetapi
sang anak masih mengulangi hal yang sama . Bisa saja cara orang tua nya
lah yang salah memperingati sehingga anak semakin sulit diatur.
Menyalahkan anak dalam kondisi emosi tidak menyelesaikan masalah.
Orang tua perlu melakukan introspeksi diri supaya tidak mudah
menyalahkan anak (Irawati Istadi, 2007: 62)
3. Dalam pengasuhan ayah dan ibu kompakkah?
Ayah dan ibu sepatuttnya mempunyai kesepakatan dalam gaya pengasuhan.
Jika ayah dan ibu tidak atau kurang kompak dan konsisten, maka anak akan
menjadi bingung dan tidak disiplin.
4. Sudahkah memberikan motiivasi dan penghargaan pada anak?
Semua orang pasti senang bila dipuji, dengan demikian berikan motivasi
dan penghargaan pada anak agar merasa diakui dan dihargai. Maka dari itu
sikap positif anak akan selalu diulang dan ditingkatkan. Penguatan atau
penghargaan dapat diberikan dalam bentuk kata-kata pujian, isyarat seperti
jempol dan tepuk tangan, benda atau barang yang disukai dan dibutuhkan,
serta kegiatan yang disenanginya. Orang tua sebaiknya membuat strategi
agar anak tidak bergantung dengan hadiah, misalnya dengan membuat
variasi jenis penguatan yang tidak harus selalu dalam bentuk barang,dalam
pemberian hadiah sebagai bentuk apresiasi ke anak
5. Sudah sejauh mana dalam melibatkan anak?
Melibatkan anak artinya memberikan kepercayaaan pada anak,,
menghargainya, mengakui eksistensinya melatih anak untuk belajar
mengambil keputusan, dan menyampaikan pendapat anak. Hal ini dapat
memotivasi anak menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.
6. Masihkah sering membandingkan anak?
Membandingkan anak dengan anak lain secara tidak adil dapat
menghancurkan konsep diri anak. Anak akan merasa diremehkan, hal ini
menyakiti perasaan anak dan justru dapat membuat anak patah semangat.
Membandingkan boleh dilakukan, tapi dengan diri sendiri dan bersifat
memotivasi. Contoh membandingkannya “Kamu kemarin bisa
menyelesaikan tugas matematika, ibu percaya sekarang kamu juga bisa
menyelesaikannya”.
7. Masihkah sering mengancam?
Mengancam adalah salah satu sikap yang menjadi kebiasaan harian orang
tua. Kadangkala niat orang tua baik, namun caranya yang mungkin perlu
ditinjau ulang. Seolah mengancam, orang tua berniat mengkondisikan
anaknya, namun malah membuat takut. Memberikan ancaman termasuk
verbal abuse. Verbal abuse terjadi ketika orang dewasa (orang tua, pendidik,
pengasuh dan lainnya) menggunakan kekerasan verbal. Dampak anak
menjadi penakut dan kurang percaya diri
8. Masihkah sering menggunakan kalimat negatif?
Secara tidak sadar orang tua masih sering menggunakan kalimat negatif
seperti “jangan kesitu nanti jatuh”, “kodoknya nakal.....uhhh (sambil
memukul lantai), tidak boleh bertengkar lo sama temannya, dan kalimat
negatif lainnya. Orang tua sebaiknya mulai membiasakan diri mengubah
kalimat negatif tersebut menjadi kalimat positif seperti “mainnya disini saja
ya, disana berbahaya, “nanti kalau main yang rukun ya sama temannya” dan
kalimat positif lainnya. Kalimat negatif akan mempengaruhi anak menjadi
anak yang peragu dan pencemas, apalagi dengan seringnya larangan yang
diberikan oeh orang tua.
Upaya Orang Tua untuk Mengoptimalkan Perkembangan
Upaya orang tua dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya juga harus
memperhatikan perbedaan individu (individual differences) agar orang tua tidak
mudah membandingkan potensi anaknya dengan anak yang lain. Mengingat bahwa
setiap anak itu unik, peran orang tua adalah menemukan kelebihan anak dan
membantunya berkembang diri. Hal yang tidak kalah penting adalah memberikan
contohyang baik, menjalin komunikasi positif, memotivasi, melibatkan dan
menghargai proses perkembangan mereka. Penguatan dan penghargaan sebaiknya
diberikan sebagai bentuk apresiasi atas usaha sang anak
Kesimpulan
Aristoteles memberikan pesan bermakna tentang peran orang tua yaitu “kita
mungkin tidak mampu menyiapkan masa depan bagi anak-anak, tetapi setidaknya
kita dapat menyiapkan anak-anak kita dalam menghadapi masa depan”. Pesan
bermakna tersebut hendaknya menjadi motivasi bagi orang tua untuk senantiasa
meningkatkan pengetahuan dan untuk melakukan refleksi terhadap gaya
pengasuhannya selama ini. Anak menghabiskan sebagian waktunya di rumah.
Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai penting dalam pembentukan kepribadian
anak. Keteladanan dan kebiasaan orang tua tidak terlepas dari perhatian dan
pengamatan anak (Syaiful Bahri Djamarah, 2004: 25). Nilai-nilai yang diajarkan
orang tua akan lebih banyak dipahami dan dicontoh oleh anak. Pendidikan dalam
keluarga sangat menentukan sikap karakter seseorang. Penghargaan pada anak
sebagai manusia yang memiliki pandangan sendiri berdasarkan pengalaman,
berawal dari penghargaan orang tua atau anggota keluarganya (Tim Penerbit Buku
Kompas, 2001: 42).
Saran
Berkenaan dengan Pendidikan karakter, orang tua harus menerapkan pola asuh
yang tepat agar anak mempunyai kepribadian yang positif dan tangguh. Sehingga
kepribadian tersebut mengakar kuat dan selamanya akan prinsip hidup anak untuk
mencapai kejayaan dalam hidup.
Daftar Pustaka
Moch. Sochib. (2000). Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri.
Rineka Cipta: Jakarta. Ratna Megawangi. (2003). Pendidikan Karakter untuk
Membangun Masyarakat Madani.
IPPK Indonesia Heritage Foundation. Syaiful Bahri Djamarah. (2004). Pola
Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.