Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Keyla Andrea Putri S

Rasa Kasih Sayang/Obsesif?

Eduaksi | 2023-12-18 10:20:33
https://pin.it/3jFcEtY

Pernahkah kamu ada di hubungan yang pada mulanya berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu kamu justru merasa tertekan, terganggu bahkan merasa rugi terhadap hal yang pasanganmu lakukan?. Sangat penting bagi kita untuk bisa menilai seseorang apakah mereka Obsesi atau rasa kasih sayang. Karena jika kita salah menilai orang dan menjadikannya pasangan kita, kita akan mengalami banyak sekali kerugian serta trauma yang mendalam. Selanjutnya mari kita bahas tentang apa itu obsesi, atau dalam isitilah kedokteran yang digunakan adalah Gangguan Cinta Obsesif dengan lebih mendalam.

Gangguan Cinta Obsesif (GCO) adalah masalah kesehatan mental yang signifikan yang berdampak besar pada kehidupan individu yang terkena dan orang-orang terdekat mereka. Mencakup pengejaran, pelecehan, dan bahkan kekerasan. Gangguan Cinta Obsesif menjelaskan sebuah kondisi ketika seseorang menjadi sangat terikat pada orang lain yang mereka cintai (Alvin A,2022)

Pembahasan mengenai GCO ini sangat penting karena gangguan ini memiliki dampak yang serius pada individu yang memiliki hubungan dengan mereka yang mengalami gangguan tersebut. GCO dapat menyebabkan perilaku posesif dan mengontrol yang merugikan bagi pasangan mereka, bahkan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan tindakan kriminal. Oleh karena itu, penting untuk kita memahami dan mengenali gejala-gejala GCO serta mengetahui opsi pengobatan yang tersedia untuk membantu individu yang terkena gangguan ini.

Untuk lebih memahami CGO, kita bisa mengenali tanda-tandanya yang dapat mencakup beberapa perilaku dan pola pikir yang khas. Beberapa tanda-tanda tersebut antara lain:

1. Menguntit secara fisik atau melalui media sosial.

2. Kecemburuan yang berlebihan dan kompleks, seperti takut kehilangan orang yang dicintai dan merasa terancam oleh orang lain.

3. Menghabiskan waktu bersama secara berlebihan dan mengabaikan kebutuhan pribadi.

4. Rendahnya tingkat percaya diri.

5. Memiliki keinginan untuk mengontrol dan membatasi kehidupan orang yang dicintai.

6. Bertindak posesif dan ingin selalu mengetahui apa yang dilakukan oleh orang yang dicintai.

Tanda-tanda ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal seseorang. Penting untuk diingat bahwa diagnosis resmi dari GCO hanya dapat diberikan oleh profesional kesehatan mental berlisensi setelah melakukan evaluasi yang komprehensif.

Gangguan Cinta Obsesif (GCO) memiliki dampak yang serius pada individu yang mengalaminya dan juga pada hubungan mereka dengan orang yang mereka cintai. Beberapa dampak dari GCO adalah:

1. Gangguan pada hubungan interpersonal: GCO dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam hubungan, karena individu dengan GCO cenderung memiliki perilaku posesif, mengontrol, dan cemburu yang berlebihan. Hal ini dapat mengganggu kebebasan dan kemandirian pasangan mereka, serta merusak kepercayaan dan kualitas hubungan.

2. Gangguan psikologis: Individu dengan GCO sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi karena obsesi dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap orang yang mereka cintai. Mereka juga dapat mengalami perasaan rendah diri dan ketidakpuasan dengan diri sendiri.

3. Gangguan sosial: GCO dapat mempengaruhi kehidupan sosial individu, karena mereka cenderung menghabiskan waktu dan energi yang berlebihan untuk memantau dan mengontrol pasangan mereka.

4. Potensi kekerasan: Pada kasus yang parah, GCO dapat menyebabkan individu untuk melakukan kekerasan terhadap pasangan mereka serta orang lain yang dianggap sebagai ancaman terhadap hubungan mereka. Yang berdampak pada keselamatan dan kesejahteraan pihak yang terlibat.

Agar terhindar dari Gangguan Cinta Obsesif (GCO), ada beberapa langkah yang dapat diambil, yaitu:

1. Kesadaran diri: Penting untuk memiliki kesadaran diri yang baik tentang perasaan dan perilaku kita terhadap orang yang kita cintai. Mengenali tanda-tanda obsesi dan kecenderungan posesif dapat membantu kita mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dan menghindari GCO.

2. Komunikasi yang sehat: Penting untuk membangun komunikasi yang sehat dan terbuka dengan pasangan kita. Berbicaralah tentang kebutuhan, harapan, dan batasan masing-masing. Jika ada kekhawatiran atau ketidaknyamanan, sampaikan dengan jujur dan terbuka.

3. Mandiri dan menjaga kehidupan pribadi: Penting untuk menjaga kehidupan pribadi yang seimbang dan mandiri. Tetaplah terlibat dalam kegiatan dan hubungan sosial di luar hubungan romantis. Jaga keseimbangan antara waktu bersama pasangan dan waktu untuk diri sendiri.

4. Mengelola kecemasan dan kepercayaan diri: Mengelola kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk mengontrol dan memantau pasangan. Terlibatlah dalam kegiatan yang meningkatkan kepercayaan diri, seperti olahraga, meditasi, atau terapi.

5. Terapi psikologis: Jika merasa kesulitan mengatasi obsesi dan kecenderungan posesif, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif, dapat membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa Gangguan Cinta Obsesif (GCO) merupakan masalah kesehatan mental yang signifikan, yang memengaruhi individu yang sangat mencintai seseorang, dengan potensi dampak negatif seperti pengejaran, pelecehan, dan bahkan kekerasan. Artikel ini membahas urgensi pembahasan mengenai GCO, menyoroti dampak seriusnya pada individu dan hubungan, termasuk perilaku posesif dan pengontrolan yang dapat merugikan pasangan serta juga menguraikan tanda-tanda GCO, dampaknya pada hubungan interpersonal, psikologis, dan sosial. Adapun potensi risiko kekerasan dalam beberapa kasus. Langkah-langkah pencegahan, seperti kesadaran diri, komunikasi sehat, menjaga kehidupan pribadi, mengelola kecemasan, dan mencari bantuan profesional, disarankan agar individu dapat mengatasi dan menghindari Gangguan Cinta Obsesif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image