Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Ironi! Fatherless Efek dari Patriarki?

Edukasi | 2023-12-17 21:30:40

Pernahkah Anda merasa iri ketika melihat orang lain memposting sosok ayahnya di sosial media pada saat hari ayah? Melihat mereka begitu dekatnya bisa berbagi cerita tetang keseharianya sedangkan Anda duduk termenung membayangkan betapa bahagianya jika bisa merasakan hal itu. Terkadang ketika mendapat pertanyaan “Momen apakah yang paling berkesan ketika bersama ayah?” Anda akan kebingungan menjawab karena memang tidak ada kenangan yang istimewa tentang ayah. Jangan khawatir, Anda tidak sendirian!

Fenomena fatherless di Indonesia bukan lagi hal yang baru, klaim bahwa laki-laki tidak seharusnya mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak sudah menjadi budaya turun-temurun. Perilaku seperti itu biasa disebut sebagai patriarki, di bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, Alfian Rokhmansyah (2013) menyatakan bahwa istilah "patriarki" berasal dari kata "patriarkat", yang berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal dan sentral. Ingin tahu apa saja efek dari patriarki? Yuk simak penjelasan berikut ini!

1.      Fatherless

Semua orang sepakat bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab bersama tapi pada kenyataanya, pekerjaan rumah dan menguruskan anak menjadi sepenuhnya tanggung jawab seorang ibu. Padahal peran ibu dan ayah dalam pengasuhan menimbulkan dampak yang berbeda pada anak. Peran ibu berdampak pada regulasi emosi anak, kemampuan bahasa, penanaman moral anak, pengenalan terhadap ajaran agama, dan banyak hal lainnya.

Sedangkan peran ayah berdampak pada timbulnya perasaan dicintai dan dipedulikan, mendapatkan perasaan aman, juga berdampak pada kognitif, dan kondisi psikologis anak. Lalu apa yang terjadi jika ayah tidak berperan aktif dalam keluarga? Anak akan merasakan kesepian, merasa tidak dicintai, dan akan cenderung mencari sosok ayah pada diri orang lain sepeti pacar, teman, dan lainnya.

2.      Kekerasan fisik

Sebagai kepala keluarga dalam rumah tangga, laki-laki akan cenderung merasa berkuasa dibandingkan dengan perempuan. Tidak dipungkiri kekerasan fisik menjadi hal biasa yang dilakukan oleh suami kepada istri atau bahkan anaknya. Kekerasan fisik bisa berupa memukul dengan tangan kosong atau menggunakan benda tumpul, menendang, menjambak, melempar dengan benda, dan lainnya. Bahkan kekerasan fisik menjadi alasan dalam mendidik anak agar menjadi disiplin, padahal itu bisa menimbulkan trauma tersendiri bagi anak.

Banyak penyebab kenapa suami melakukan kekerasan seperti yang sering terjadi belakangan ini yaitu perselingkuhan, kondisi ekonomi yang tidak mencukupi sedangkan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, efek dari minuman keras, stress karena kalah judi dan hutang dimana-mana, suami merasa dipermalukan karena istri menampilkan penentangan terhadap suami, dan banyak hal lainnya.

3.      Intimidasi dan ancaman

Tahu enggak sih, intimidasi dan ancaman juga merupakan salah satu dari efek patriarki? Secara enggak langsung kita sering menjumpainya di dalam rumah sendiri. Intimidasi dan ancaman bisa berupa suami yang menekan istri untuk memenuhi kebutuhannya dan harus selalu tunduk kepada perintahnya mau itu benar ataupun salah, atau ketika istri ingin bekerja lagi untuk membantu perekonomian keluarga tapi diancam dan diintimidasi oleh si suami agar istri tetap di rumah, dan masih banyak hal lain yang mungkin sering kita lihat sehari-hari.

Pada akhirnya secara tidak sadar, istri dan anak yang berada dalam keluarga seperti itu akan cenderung lebih patuh atau lebih tepatnya menuruti apa saja keinginan si ayah tersebut karena takut akan disakiti lagi. Belum lagi efek trauma yang ditimbulkan jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama dan perasaan trust issue akan melekat pada diri orang yang mengalami hal tersebut.

Jadi, gimana? Sudah tahu kan apa saja efek dari patriarki yang ada dalam kehidupan kita? Selain itu mungkin masih banyak lagi efek-efek yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kalian yang tidak merasakan pepatah yang bilang anak perempuan itu cinta pertama ayahnya semangat ya, kalian hebat sudah bertahan sejauh ini dan ingat kalian enggak sendiri kok!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image