Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faris Muhammad Rafiq

Mengupas Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia: Handal atau Andal?

Eduaksi | Sunday, 17 Dec 2023, 11:33 WIB
Sumber: Pexels

Bahasa adalah jendela utama untuk kita berkomunikasi dengan dunia. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, penting bagi kita untuk menjaga integritas bahasa kita sendiri. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa resmi negara kita, memiliki kekayaan dan keindahan tersendiri. Namun, sayangnya, kesalahan berbahasa sering kali mewarnai percakapan sehari-hari kita, bahkan tanpa kita sadari.

Lazim, belum tentu benar. Benar, belum tentu lazim. Kata-kata yang sering kita ucapkan belum tentu semuanya terdapat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) walaupun lazim kita gunakan. Meskipun terdengar sepele, kesalahan-kesalahan ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pemahaman, ekspresi, dan tentu saja, citra seseorang. Berikut adalah beberapa kesalahan berbahasa Indonesia yang umum terjadi.

Mana yang Baku, Handal atau Andal?

Salah satu kesalahan yang sering kita jumpai adalah penggunaan kata "handal" dan "andal". Banyak orang cenderung menggunakan kata "handal" daripada kata bakunya "andal". Karena kata turunan dari "andal" adalah "mengandalkan", bukan "menghandalkan"

Contoh:

Salah: "Rudi selalu handal dalam pelajaran sejarah."

Benar: Rudi selalu andal dalam pelajaran sejarah.

Penggunaan Kata Sandang "Si"

Salah satu kesalahan yang sering diabaikan adalah penggunaan kata sandang "si". Kata ini seharusnya digunakan untuk memberikan gelar kehormatan pada orang yang dihormati atau dihormati. Penggunaannya yang tidak tepat dapat menyebabkan kebingungan.

Contoh:

Salah: "Saya berbicara dengan si Rudi tadi."

Benar: "Saya berbicara dengan Rudi tadi."

Penggunaan Kata "Tapi" dan "Melainkan"

Kesalahan dalam penggunaan kata "tapi" dan "melainkan" juga sering terjadi. "Tapi" seharusnya digunakan untuk menyampaikan kontras langsung, sementara "melainkan" digunakan untuk menunjukkan kontras yang lebih mendalam atau tidak langsung.

Contoh:

Salah: "Dia suka makanan pedas, tapi saya tidak."

Benar: "Dia suka makanan pedas, melainkan saya lebih suka makanan yang tidak pedas."

Penggunaan Kata "Bisa" dan "Dapat"

Perbedaan antara kata "bisa" dan "dapat" sering kali terlupakan. "Bisa" menunjukkan kemampuan fisik atau keterampilan, sedangkan "dapat" menunjukkan izin atau kemungkinan.

Contoh:

Salah: "Saya tidak bisa pergi ke pesta malam ini."

Benar: "Saya tidak dapat pergi ke pesta malam ini."

Penggunaan Redundansi

Beberapa kalimat sering kali mengandung kata-kata yang berlebihan atau tidak perlu, sehingga membuat kalimat menjadi redundan. Penggunaan kata yang sama dengan makna yang serupa dapat mengurangi kejelasan pesan.

Contoh:

Salah: "Pertemuan itu sangat penting dan krusial bagi perkembangan proyek."

Benar: "Pertemuan itu sangat penting bagi perkembangan proyek."

Penggunaan Pronomina yang Tidak Jelas

Penggunaan pronomina yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan dalam kalimat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga konsistensi dalam penggunaan pronomina.

Contoh:

Salah: "Dia memberi hadiah kepada adiknya, lalu dia sangat senang."

Benar: "Dia memberi hadiah kepada adiknya, lalu adiknya sangat senang."

Kesalahan berbahasa Indonesia sering kali terjadi tanpa disadari. Dengan lebih memerhatikan penggunaan kata, tata bahasa, dan konteks, kita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa kita dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Bahasa yang baik bukan hanya cerminan kecerdasan, tetapi juga alat efektif untuk menyampaikan ide dan emosi dengan tepat. Teruslah belajar dan memperbaiki diri agar setiap ungkapan kita menjadi refleksi yang membanggakan dari kekayaan bahasa Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image