Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Safira Pitaloka

Kenapa Kpopers Sekarang Banyak Ributnya?

Gaya Hidup | 2022-01-05 01:51:09
Perang antarfandom pada cuplikan drama "Reply 1997". Sumber: Youtube 디글 클래식 :Diggle Classic

Sesuai namanya, genre musik Kpop atau Korean pop berasal dari Negeri Ginseng, di Asia Timur sana. Musik ini bisa dibilang memiliki sejarah yang cukup panjang walaupun baru beberapa dekade ini lahir ke dunia. Ada sumber yang menyatakan bahwa Kpop telah ada sejak 1930-an, namun ada pula yang menjelaskan kalau genre ini baru muncul di tahun 1990-an.

Masuk ke Indonesia sekitar tahun 2010, genre musik ini langsung meracuni berbagai kalangan dan berhasil memikat banyak penggemar. Kala itu, lagu-lagu unik yang terdengar baru di Indonesia sedang ramai-ramainya, seperti Sorry Sorry dari Super Junior, Gee punya SNSD, Hands Up-nya 2PM, Nobody milik Wonder Girls, dan berbagai lagu hits lainnya.

Panjangnya sejarah Kpop tak akan dibahas dalam tulisan ini, karena hanya akan fokus membicarakan fans dari artis-artis Kpop yang belakangan ini sering sekali berbenturan di media sosial. Beberapa Kpopers “sepuh” yang saya temui, yang telah mengikuti perkembangan Kpop di Indonesia sejak awal menyatakan bahwa karakteristik para Kpopers yang gampang sewot ini jarang ditemukan di awal Kpop masuk ke Indonesia.

Zaman awal-awal dulu jarang sekali ada war, namun lihatlah sekarang, di mana-mana ada. Baik sesama Kpopers berbeda fandom ataupun antara fans dan haters Kpop, ada saja bahan untuk diperdebatkan. Yang lucu adalah ada fans dari salah satu grup idola yang saling serang satu sama lain padahal mereka termasuk ke dalam fandom yang sama.

War yang bermakna perang dipilih sebagai istilah sebutan untuk para penggemar yang membela idola favorit mereka, biasanya dilakukan di media sosial. Sebenarnya ada satu hal yang dapat dijadikan alasan utama terjadinya benturan ini, yaitu karena para fans terlalu mendukung idola mereka mati-matian, hingga segala upaya pun dilakukan demi melindungi para oppa dan eonni mereka.

Kpopers yang sering disenggol oleh berbagai kelompok masyarakat anti-Kpop seringkali tersulut amarahnya hanya karena hal-hal sepele seperti salah penulisan nama idola atau grup favorit mereka, ataupun karena idolanya dibilang tak cocok mengenakan pakaian tertentu. Menurut saya –yang juga Kpopers–, kelakuan mereka ini berlebihan, karena untuk apa juga mereka sebegitunya membela orang-orang yang kenal mereka pun tidak.

Ada pula Kpopers yang menganut kepercayaan “bias is mine” alias idolanya hanya boleh disukai oleh dirinya sendiri saja, orang lain yang menyukai idola yang sama dengan “miliknya” berpotensi mendapat amukan dari mereka karena tak ingin bias-nya direbut.

Sikap tak dewasa dari Kpopers yang sering berperang memang timbul karena kebanyakan dari mereka masih remaja, bahkan anak-anak. Dari segi emosi yang belum dewasa, mereka masih dalam tahap ingin mencoba semua hal yang menarik bagi mereka, dan membenarkan segala yang mereka lakukan. Perilaku tak mau kalah inilah yang bikin kesal sebagian besar para Kpopers sepuh, bahkan para warganet yang tak terlibat dan hanya numpang lewat sekalipun.

Kpopers sepuh seringkali dibuat malu oleh adik-adiknya yang sebegitunya tak ada kerjaan sampai menyempatkan waktu untuk melakukan hal yang kurang penting, yang juga kadang tak tahu tempat dan waktu. Jika dilihat dari rentang usianya, mereka ini masih dalam usia sekolah, yang mana memiliki kewajiban dan hal yang lebih penting untuk dilakukan ketimbang fan war, yakni belajar.

Walaupun begitu, Kpopers yang merupakan salah satu kelompok terkuat di abad ini telah melakukan berbagai kegiatan bermanfaat seperti penggalangan dana untuk korban bencana alam, yang mana sangat memberi manfaat bagi sesama manusia. Namun jika ditilik lebih jauh, apakah para Kpopers yang menggiati kegiatan fan war juga melakukan penggalangan dana tersebut? Agaknya hal ini perlu diteliti kembali.

Tak sampai di situ, soal prestasi, memang tak sedikit dari Kpopers yang memiliki berbagai prestasi dalam kegiatan akademik maupun non akademik, namun alangkah lebih baik jika waktu yang bisa dipakai untuk fan war dialokasikan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat seperti belajar, mencoba hal-hal baru, maupun mengembangkan hobi.

Menurut saya, kelakuan Kpopers yang melenceng dan mengundang decak kesal ini memang tak bisa dibenarkan, pasalnya apa yang telah mereka perbuat demi bias mereka dengan mengundang perselisihan dengan pihak lain memang terkadang sangatlah mengganggu. Coba bayangkan jadi orang yang memang tak mengerti apa-apa soal Kpop, bermaksud untuk bertanya dengan baik namun bukannya dapat jawaban yang dicari, tapi justru kena semprot. Hal seperti ini jelas sangat tak mengenakkan untuk dialami.

Di samping kesalahan dari para Kpopers itu sendiri, di luar sana memang banyak orang-orang iseng yang sengaja menyulut amarah para pegiat fan war. Sudah tahu mereka mudah terpancing, eh malah diberi umpan. Misalnya ketika ramai pemboikotan iklan salah satu e-commerce yang dibintangi oleh Blackpink karena pakaian yang mereka kenakan dinilai terlalu minim dan berpotensi mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia. Pada masa itu ada saja yang memberi pendapat perihal suara salah satu anggota girl group tersebut yang dibilang buruk dan tak bisa menyanyi. Terlepas dari benar atau salahnya pendapat tersebut, masalahnya 'kan bukan di sana, janganlah menambah masalah dengan para fansnya

Inti dari tulisan ini adalah jangan pukul rata semua penggemar Kpop, karena mereka semua memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memang suka melakukan kegiatan sosial dengan membantu sesama, ada yang mendukung idola mereka dalam diam, dan ada pula yang memang suka berada di garda terdepan dalam melindungi idola mereka dengan cara melakukan fan war. Dan ketika sudah mengetahui berbagai karakteristik yang dimiliki Kpopers, sebisa mungkin non-Kpopers atau anti-Kpop tak memantik mereka untuk melakukan war yang akhirnya merugikan orang lain, juga membuat nama Kpopers menjadi buruk.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image