Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image zahrotul mujahidah

Cerpen: Contoh Nyata Bagiku

Sastra | 2023-12-13 19:02:19
Sumber gambar: klikdokter.com

Semenjak hamil dan utamanya melahirkan putri, aku memahami betapa beratnya menjadi sosok sepertimu, Bu. Tidur menyesuaikan dengan pola tidur bayi yang tidak teratur. Tak jarang, mata menahan kantuk.

Menjadi seorang ibu, bukan berarti aku tak membutuhkanmu lagi. Aku masih terus dan terus membutuhkanmu. Kau ajari aku untuk merawat bayi, apalagi ketika ASI belumlah lancar.

Dengan suka rela kau menemaniku, begadang, memberikan susu atau menggantikan popok ketika cucu cantikmu pup atau pipis. Memandikan dan mendandani sampai terlihat cantik dan menggemaskan.

Tak hanya itu, saat cucumu batuk pilek, tanganmu yang mulai mengeriput membaluri tubuh mungilnya dengan parutan bawang merah. Pada ubun-ubunnya diberi pupukan. Pupukan adalah campuran parutan bawang merah dan kencur yang dicampuri minyak kelapa sedikit.

Yang kau lakukan untuk cucumu, pelan-pelan kupelajari. Hingga aku tak terlalu bergantung padamu.

Rasanya tak adil dan kasihan kalau masa tuamu harus lelah mengurusi bayi lagi. Sudah saatnya kau menikmati masa tua dengan lebih dekat dengan Illahi.

**Menabung sedikit demi sedikit untuk beribadah di tanah suci. Manasik haji kau lalui, perlengkapan untuk berhaji mulai dipersiapkan.

Manusia hanya bisa berencana. Allah jua yang Maha Menentukan. Niatmu untuk beribadah haji ke Mekkah ternyata tak bisa terlaksana.

Tiba-tiba saja selepas tahajud kau panggil namaku dengan suara lirih. Aku yang kebetulan sudah bangun karena si kecil juga sudah bangun segera ke kamarmu. “Tolong aku, Nak. Kakiku nggak bisa digerakkan,” ucapmu lirih.

Mendengar ucapanmu, kuletakkan si kecil dan berusaha memapahmu. Namun usahaku tak berhasil. Kau tak bisa berdiri. Kupanggil suami. Dialah yang membopong tubuhmu dan menidurkan di tempat tidurmu.

Satu per satu saudara kuhubungi. Mereka berdatangan. Mencoba untuk mengajakmu bicara. Suaramu tak jelas, Bu. Pelo.

“Ya, Allah. Apa ibu stroke?” batinku waktu itu.

Atas saran perawat dan tetangga yang juga datang ke rumah, kau dilarikan ke Rumah Sakit.

“Enam jam kalau ditangani dengan baik, ibu bisa tertolong,” begitu ucap Pak Agus, perawat yang biasa memeriksa keluarga kalau sakit.

Besar harapan kami, kau pulih dan bisa berangkat haji. Namun pemulihanmu membutuhkan waktu yang lama. Kau harus berbesar hati untuk menerima kenyataan itu.

Bersamaan dengan terapi demi terapi, ibadahmu kau jaga terus. Shalat fardhu ke masjid dengan duduk di kursi roda, puasa, shalat sunnah, shadaqah, zakat tak hentinya kau amalkan. Kau tak peduli dan tak takut kalau uang pensiun habis. Nyatanya memang rezekimu selalu ada.

Bu, kau contoh nyata bagiku, bahwa dengan keadaan apapun harus tawakkal dan terus menjalankan ajaran agama dengan baik. Semoga kelak kau masuk surga tanpa hisab. Aamiin.

Branjang, 13 Desember 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image