Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vivi nurwida

Islam Solusi Tuntas Persoalan Stunting

Agama | Monday, 11 Dec 2023, 17:53 WIB

Kasus stunting atau masalah pertumbuhan pada anak masih saja menjadi permasalahan serius yang harus dihadapi Indonesia. Masalah ini sudah semestinya diselesaikan dengan sungguh-sungguh, karena menyangkut dengan masa depan bangsa.

Berbagai faktor yang mempengaruhi tingginya kasus stunting ini. Pemerintah pun telah membuat banyak program untuk mengatasi kasus stunting, namun masih saja tidak kunjung terselesaikan. Sebab solusi yang diberikan mamang tidak menyentuh ke akar permasalahan.

Pemerintah juga telah menggelontorkan dana yang dinilai banyak untuk stunting. Anggota komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo mengatakan agar pemerintah dapat melibatkan masyarakat dalam penanganan kasus ini. Ia mengatakan pendekatan dalam upaya menangani stunting selama ini hanya berorientasi pada penuntasan program kerja namun nihil hasil (beritasatu.com, 1-12-2023).

Mirisnya lagi pendanaan stunting ini juga turut disikat akibat perilaku korup di Indonesia yang masih tinggi. Hasbullah Thabrany, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengungkapkan adanya penyelewengan dana penanganan stunting ( kekurangan gizi yang terjadi pada anak) di tingkat daerah. Bahkan, Presiden Jokowi sebelumnya juga menyebutkan bahwa dana stunting di suatu daerah ada yang digunakan untuk keperluan rapat dan perjalanan dinas (beritasatu.com, 1-12-2023).

Sebab Utama Stunting

Kasus stunting sendiri banyak ditemui pada masyarakat miskin. Yakni, mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap (serabutan), uang yang dimiliki pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk memberikan makanan yang layak bagi ibu hamil atau anak dalam keluarga.

Kemiskinan ini tentu tidak terlepas dari sistem yang ditetapkan hari ini. Sistem Kapitalisme lah yang meniscayakan semua ini terjadi. Bagaimana tidak, ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin begitu nyata. Belum lagi kebijakan impor pangan yang sering kali dilakukan pemerintah yang membuka celah masuknya korporasi pangan asing, hal ini juga berdampak pada minimnya pemerintah mengatasi ketersediaan dan distribusi pangan. Alih-alih stunting bisa teratasi, zero stunting masih jauh dari harapan.

Sistem ini hanya condong pada pertumbuhan ekonomi ketimbang mengurusi hajat hidup rakyat secara layak. Sistem kapitalisme hanya mementingkan keuntungan di atas segalanya, alhasil nasib generasi pun dipertaruhkan.

Pemerintah justru menyerahkan tanggung jawab mengentaskan kemiskinan pada masyarakat dan swasta. Jelas, ini adalah tindakan yang salah kaprah. Sudah semestinya pemerintah menjalankan kewajibannya untuk meriayah rakyatnya dengan baik, termasuk dalam urusan pemenuhan atas makanan yang layak, halal thayib lagi bergizi. Jika urusan ini diserahkan kepada swasta tentu saja mengesankan bahwa negara tidak mampu mengurus rakyatnya.

Islam Solusi Tuntas Persoalan Stunting

Mekanisme Islam dalam mengatasi stunting diawali dari pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat per individu. Negara tidak akan mendominasikan kegiatan impor demi ketersediaan pangan. Sebaliknya, negara akan fokus pada peningkatan produksi pertanian dan pangan berikut pendistribusiannya secara tepat sampai tataran individu per individu. Negara wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok publik berupa sandang, pangan papan, pendidikan, kesehatan juga keamanan. Upaya ini bisa diambil dari kas Baitul mal uang didapatkan dari pendapatan tetap seperti fa'i, kharaj, ganimah, hingga pengelolaan SDA.

Negara yang menerapkan Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah akan benar-benar melakukan tugasnya sebagai pelayan umat. Negara memberikan jaminan ketahanan dan pembangunan keluarga yang berdasarkan akidah Islam.

Negara Khilafah akan menyediakan lapangan pekerjaan agar para laki-laki yang mempunyai tanggung jawab mencari nafkah mampu untuk menafkahi siapa yang menjadi tanggungan nafkahnya. Jikalau tidak ada sanak saudara yang mampu menafkahi maka tanggung jawab itu akan diambil oleh negara dengan pembiayaan dari Baitul mal.

Pengelolaan SDA yang dilakukan oleh negara Khilafah akan membuka banyak lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja juga tenaga ahli, yang demikian dapat mengurangi pengangguran. Praktik yang mendorong diberikan ASI juga makanan bergizi pernah dicontohkan Amirul mukminin, Umar bin Khattab saat beliau berkuasa. Beliau membuat santunan bagi bayi baru lahir jika berasal dari keluarga miskin. Pada awalnya riwayat ini mengisahkan bahwa Khalifah Umar hanya menetapkan santunan bagi anak-anak yang selesai masa menyusui (masa pengalihan), yakni di atas dua tahun.

Mengetahui kebijakan tersebut, para ibu mempercepat masa penyapihan anak-anak mereka guna mendapatkan santunan pemerintah dan beban rumah tangga lebih ringan. Mengetahui hal ini, Khalifah pun terkejut dan mengeluarkan kebijakan agar santunan diberikan pada setiap anak sejak ia dilahirkan. Kebijakan yang dilakukan ini guna menjaga dan melindungi anak-anak penerus generasi juga menyenangkan hati ibu yang tengah menyusui.

Kebijakan yang pernah dicontohkan Khalifah Umar bin Khattab diatas menandakan bahwa urusan nutrisi dan kesehatan bayi sekalipun menjadi tanggung jawab negara yang juga diprioritaskan karena menyangkut masa depan generasi. ASI yang baik diawali dari asupan gizi yang baik dan memadai bagi ibu.

Inilah pentingnya memberikan solusi permasalahan hingga akarnya. Islam sebagai agama dan ideologi yang sempurna dan paripurna, yang berasal dari Allah SWT harus dijadikan pengatur dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan penerapan Islam secara kafah akan mewujudkan generasi khairu ummah, stunting pun bisa diselesaikan hingga akarnya.

Wallahu a'lam bisshowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image