Menjelajahi Keterkaitan Aktivitas Fisik dengan Pencegahan Demensia
Edukasi | 2023-12-08 12:39:51Penyakit demensia, seperti Alzheimer, merupakan tantangan besar dalam kesehatan global, dengan dampak yang meluas pada kehidupan individu dan keluarga. Menurut laporan World Alzheimer tahun 2019, sekitar 1,8 juta individu di Indonesia mengalami demensia, dan diperkirakan jumlah ini akan mengalami peningkatan menjadi 7,5 juta pada tahun 2050 karena bertambahnya jumlah populasi usia lanjut. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan melihat bagaimana penyakit demensia dapat memberi pengaruh besar bagi kehidupan seorang individu.
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala terkait gangguan fungsi otak yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, mengingat, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Ini bukan penyakit tunggal, tetapi sekumpulan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit. Demensia biasanya memburuk seiring waktu dan dapat memengaruhi fungsi kognitif, perilaku, dan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, banyak peneliti yang terus berusaha menunjukkan hubungan aktivitas fisik dengan penyakit demensia sebagai salah satu bentuk pencegahan penyakit ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai hubungan aktivitas fisik dan penurunan risiko penyakit demensia.
Olahraga Sebagai Perlindungan Otak
Otak adalah organ yang luar biasa, dan aktivitas fisik membawa dampak positifnya. Olahraga meningkatkan aliran darah ke otak, menyuplai lebih banyak oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak untuk membentuk neurotransmitter yang berperan dalam memori seseorang, sehingga dapat mengurangi risiko penyakit demensia. Secara spesifik, latihan fisik dapat menstimulasi otak untuk meningkatkan produksi senyawa-senyawa neurotropik seperti Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yang berperan dalam pertumbuhan, diferensiasi, dan kelangsungan hidup sel-sel otak.
Mengurangi Risiko Penyakit Vaskular
Penyakit demensia sering kali terkait dengan masalah vaskular, seperti stroke dan penyakit jantung. Aktivitas fisik teratur membantu mengurangi risiko penyakit-penyakit ini. Olahraga meningkatkan kondisi kardiovaskular, menjaga tekanan darah, mengelola kolesterol, dan mengoptimalkan fungsi pembuluh darah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa yang baik untuk jantung, baik pula untuk otak.
Pengaruh Positif pada Struktur dan Fungsi Otak
Penelitian neuroimaging menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam aktivitas fisik memiliki volume otak yang lebih besar. Peningkatan volume otak terutama terlihat di bagian-bagian yang terkait dengan kognisi dan memori. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memiliki dampak positif pada struktur dan fungsi otak, menyediakan "cadangan otak" yang dapat membantu melawan efek penuaan dan perkembangan penyakit demensia.
Pencegahan Penurunan Kognitif
Aktivitas fisik bukan hanya penangkal terhadap penyakit demensia, tetapi juga dapat membantu mencegah penurunan kognitif yang terkait dengan proses normal penuaan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif secara fisik memiliki tingkat kognisi yang lebih tinggi dan mengalami penurunan kognitif yang lebih lambat daripada mereka yang kurang aktif.
Peran Hormon dan Faktor Pertumbuhan
Aktivitas fisik merangsang pelepasan hormon-hormon seperti beta-endorfin yang meningkatkan suasana hati dan daya ingat sehingga memberikan efek perlindungan pada otak. Adapun hormon lain yang aktif diproduksi ketika kita melakukan akivitas fisik, yaitu notepinefrin, dopamin, dan serotonin yang dapat mengurangi depresi. Selain itu, latihan fisik juga meningkatkan produksi faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor) yang memiliki efek positif pada kesehatan sel-sel otak. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat membantu melindungi otak dari kerusakan dan merangsang regenerasi sel-sel otak.
Kombinasi Latihan Aerobik dan Latihan Ketahanan
Berbagai jenis aktivitas fisik memberikan manfaat yang berbeda-beda untuk kesehatan otak. Latihan aerobik, seperti berjalan cepat atau berenang, meningkatkan aliran darah dan merangsang fungsi otak secara umum. Di sisi lain, latihan ketahanan atau latihan berat membantu membangun massa otot dan meningkatkan kepadatan tulang, yang dapat mendukung kesehatan otak jangka panjang.
Aktivitas Mental dan Sosial
Aktivitas fisik sering kali terkait dengan aktivitas mental dan sosial. Misalnya, bergabung dalam kelompok olahraga atau kelas kebugaran tidak hanya memberikan manfaat fisik tetapi juga merangsang otak melalui interaksi sosial dan tantangan mental yang terkait. Kombinasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan holistik dan menurunkan risiko demensia.
Ketidakaktifan dan Risiko Demensia
Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa ketidakaktifan fisik, atau gaya hidup yang kurang aktif, dapat meningkatkan risiko demensia. Kondisi ini diperparah oleh gaya hidup modern yang sering kali mengundang kurangnya gerakan, seperti duduk terlalu lama di depan layar atau kurangnya aktivitas fisik yang terencana.
Aktivitas fisik bukan hanya tentang membangun tubuh yang sehat, tetapi juga tentang melindungi aset berharga kita yang lain, yaitu otak. Dengan berinvestasi dalam aktivitas fisik sejak dini, kita dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit demensia dan menjaga kesehatan otak untuk masa depan yang lebih panjang dan berkualitas. Setiap langkah, setiap gerakan, dan setiap latihan memberikan perlindungan tambahan terhadap tantangan neurologis yang dapat kita hadapi.
Semua dapat dimulai dengan langkah-langkah yang sederhana, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga yang disukai karena dengan begitu, kita dapat melibatkan otak dan tubuh kita dalam perlindungan aktif terhadap penyakit demensia. Jadi, mari jaga tubuh kita tetap aktif dan sehat, sebagai cara untuk menghormati masa depan otak kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.