Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vania Lystia Putri

Eating Disorder Terhadap Remaja

Eduaksi | Tuesday, 05 Dec 2023, 16:47 WIB
ilustrasi (sumber: Epaper Media Indonesia)

Fase remaja merupakan periode peralihan dari masa anak-anak menuju pada masa dewasa yang ditandai dengan adanya pertumbuhan serta perkembangan dari segi psikis maupun fisiologis. Salah satu fenomena yang terikat dengan perubahan fisiologis dan sosioemosional yang terjadi di usia remaja adalah tren bentuk tubuh ideal dimana mudah untuk ditemui di social media, munculnya fenomena ini sering disebut sebagai fenomena “body goals” melalui restrukturasi bentuk tubuh yang indah yang dipamerkan didunia maya. Melalui fenomena ini pada akhirnya menimbulkan beberapa citra tubuh yang negative, yang menurunkan kepercayaan diri remaja karena mengangga penampilan tubuh kurang menarik sehingga berkorelasi dengan gangguan makanan (eating disorders) (Tunga, 2022).

Eating disorder merupakan gangguan psikologis dan medis yang menyebabkan kelainan serius dalam perilaku makan untuk mengendalikan berat badan atau biasa disebut sebagai suatu gangguan mental yang dapat mempengaruhi pola makan. Eating disorder ini dipicu karena seseorang mengalami ketidakpuasan mengenai bentuk tubuhnya sendiri akibat persepsi negatif yang masuk mengenai body image dari orang lain yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku tidak tepat, seperti diet ekstrem (Syarafina & Probosari, 2014). Eating disorder ini biasanya terjadi karena pola makan yang berantakan, dimana individu dihantui dengan kecemasan akan mengalami kegagalan dalam penurunan berat badan apabila individu memakan suatu makanan meskipun hanya dalam jumlah yang kecil (Krisnani et al., 2017).

Adapun beberapa tipe dari eating disorder yang dilansir dalam (Pranita & Sumartiningtyas, 2022) yaitu:

1. Anorexia Nervosa (AN)

gangguan pola makan dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar (self-starvation) untuk menurunkan berat badannya atau bahkan menjaga berat badannya.

2. Binge Eating Disorder (BED)

gangguan pola makan harus dicerna dalam jumlah atau porsi besar, bahkan individu terus merasa lapar meskipun ia sudah menghabiskan porsi besar.

3. Bulimia Nervosa (BN)

gangguan pola makan yang ditandai dengan usaha untuk memuntahkan kembali makanan yang sudah ia makan sebelumnya, dan biasanya siklus ini terus berulang dalam jangka waktu kurang lebih 3 bulan.

4. Gangguan Ruminasi

Kondisi gangguan ruminasi umumnya akan memuntahkan makanan yang baru saja mereka telan. Kemudian, mereka mengunyahkannya lagi dan menelannya atau memuntahkannya, dimana siklus ini terus berulang dalam pola maka yang ia adapi setiap harinya.

5. Avoid/ Restrictive food intake Disorder (GGA)

Menghindari makanan (GGA) adalah gangguan makan yang menyebabkan orang kurang makan, Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya minat pada makanan atau ketidaksukaan yang kuat terhadap tampilan, bau, atau rasa makanan tertentu.

Eating disorder ini biasanya dipicu oleh beberapa faktor yang ada di lingkungan sekitar kita, seperti sosio-kultural, psikologis, biologis bahkan keluarga terdekat kita (Bektas et al., 2024). Eating disorder ini lebih banyak dialami oleh perempuan karena biasanya perempuan lebih banyak mendapat dapat pressure tentang “body goals” yang akhirnya mendalangi gangguan pola makan ini seperti: overweight preoccupation scale (kecemasan menjadi gemuk) dan self-classified weight scale (pengkategorian ukuran tubuh) dengan gangguan makan sedangkan persepsi tubuh pada subskala appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), dan body area satisfaction scale (kepuasan terhadap bagian tubuh) (Kurniawan et al., 2015).

Adapun beberapa solusi yang dapat meminimalisasi terjadinya gangguan eating disorder ini, yaitu mulailah untuk memperbaiki pola makan menjadi lebih sehat dan menjauhi hal-hal yang sekiranya membuat kita merasa takut pada makanan, berikut beberapa contoh pencegahan yang dapat dilakukan seperti mencegah eating disorder dengan didampingi olahraga yang teratur, mengurangi stress dan meningkatkan rasa percaya diri, serta meningkatkan hubungan berkomunikasi yang baik kepada sesama mengenai gangguan pola makan ini. Apabila gangguan pola makan ini berlangsung lebih dari tiga bulan, segeralah untuk berkonsultasi dengan pihak yang berwenang atas gangguan pola makan ini (Sharin, 2021).

Referensi :

Bektas, S., Himmerich, H., & Treasure, J. (2024). Genetic and Environmental Aspects of Eating Disorders. In Eating Disorders (pp. 1–13). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-97416-9_34-1

Krisnani, H., Santoso, M. B., & Putri, D. (2017). Gangguan makan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa pada remaja. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 390–447. https://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/18618/8839

Kurniawan, M. Y., Briawan, D., & Caraka, R. E. (2015). Persepsi tubuh dan gangguan makan pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia , 11, 105–114. file:///C:/Users/Aspire%203%20A314/Downloads/19287-38631-1-SM.pdf

Pranita, E., & Sumartiningtyas, H. K. N. (2022, December 14). 6 tipe eating disorder dan gejala yang bisa pengaruhi kesehatan mental. Kompas.Com. https://www.kompas.com/sains/read/2021/03/30/180300223/6-tipe-eating-disorder-dan-gejalanya-yang-bisa-pengaruhi-kesehatan-mental?page=all

Sharin, T. R. (2021, August 16). Wapada eating disorder pada remaja dan ketahui cara mencegahnya. Astralife.Co.Id. https://ilovelife.co.id/blog/waspada-eating-disorder-pada-remaja-dan-ketahui-cara-mencegahnya/

Syarafina, A., & Probosari, E. (2014). Hubungan eating disorder dengan status gizi pada remaja putri di modeling agency Semarang. Journal of Nutrition College, 3(2), 48–53. https://media.neliti.com/media/publications/97022-ID-hubungan-eating-disorder-dengan-status-g.pdf

Tunga, T. L. E. (2022). Gangguan Makan pada Remaja Dipengaruhi Oleh Media Sosial Melalui Citra Tubuh Negatif. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 1–9. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.684

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image