Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Kaitan Cemburu dengan Toxic Relationship

Edukasi | Sunday, 03 Dec 2023, 13:23 WIB
tinybuddha.com/NadineFrederick

Tahukah kamu, dalam sebuah hubungan terkadang tidak semuanya berjalan dengan mulus. Ada kalanya pertengkaran terjadi di dalam hubungan tersebut. Semisalnya saja terjadi akibat adanya perasaan cemburu. Apakah perasaan cemburu akan berpengaruh terhadap jalannya sebuah hubungan? Tentu saja berpengaruh. Rasa cemburu dapat merubah hubungan asmara menjadi ke arah yang tidak sehat dan memperburuk keadaan sebuah hubungan yang sedang terjalin.

Sebenarnya apa itu cemburu? Cemburu adalah perasaan di mana seseorang merasakan emosi serta takut akan kehilangan suatu hal yang berharga. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya pihak ketiga dalam sebuah hubungan, sehingga munculnya perasaan cemburu. Menurut Yulianto (2009), kehadiran orang lain atau pihak ketiga diantar hubungan dengan pasangan dapat dipersepsikan mengganggu keintiman. Menurut Salovey & Rodin (1985); White & Mullen (1989), “A common thread among most definitions of jealously is that it is an emotional response to the real or imagined threat of losing something of value from romantic relationship”. Individu dapat menganggap pasangannya mulai berpaling kepada pihak ketiga tersebut sehingga ia akan kehilangan pasangannya. Keadaan tersebut dapat diartikan bahwa individu mengalami perasaan cemburu karena menganggap bahwa adanya pihak ketiga menjadi ancaman dari hubungannya.

Ketika mengalami perasaan cemburu maka individu akan mengalami perasaan curiga dan juga khawatir di saat bersamaan, hal ini diakibatkan adanya rasa curiga karena merasa ketidaksetiaan dari pasangannya. Individu yang mengalami perasaan cemburu juga akan merasa takut, sedih, takut, dan marah, individu tersebut akan mengeluarkan bentuk emosinya sehingga dapat menimbulkan konflik dengan pasangannya. Oleh karena itu, kecemburuan terdiri dari tiga kompenen yaitu kognitif, emosi, dan perilaku. (White, 1980). Cemburu memang biasanya terjadi akibat merasakan ketergangguan dari hubungannya oleh adanya pihak ketiga yang muncul, ketika adanya pihak ketiga dalam hubungan yang sedang terjalin maka akan lebih mudah timbulnya perasaan cemburu. Individu akan merasakan ancaman dan takut jika pasangannya akan memihak pihak ketiga dan hancurnya hubungan yang sudah terjalin.

Cemburu bisa menimbulkan dampak negatif ataupun positif, dampak tersebut tergantung tingkat kecemburuan yang dialami oleh seseorang yang mengalami perasaan cemburu. Kecemburuan dengan tingkat rendah biasanya lebih cenderung ke arah yang positif, biasanya pasangan akan berkomunikasi mengenai permasalahan tersebut, sehingga perasaan cemburu dapat diredakan. Namun, jika kecemburuannya ditingkat tinggi maka akan menimbulkan dampak negatif dalam hubungan tersebut. Tingkat kecemburuan yang berlebihan dapat membuat hubungan yang sehat dan menyenangkan tersebut hancur (Oktarina, 1994).

Dampak negatif dari timbulnya kecemburuan tingkat tinggi akan menimbulkan rasa cemburu yang berlebihan. Cemburu yang berlebihan ini menyebabkan komunikasi antar hubungan menjadi hancur dan memicunya toxic relationship, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pasangan akan lebih mudah bertengkar sehingga hubungannya menjadi tidak sehat. Lalu dapat merusak kepercayaan pasangan, ketika individu tersebut memberikan perasaan cemburu yang berlebihan, ia akan menaruh rasa curiga yang berlebihan kepada pasangannya, sehingga menimbulkan hilangnya rasa kepercayaan satu sama lain. Menurut Salovey & Rodin (1988), Seseorang yang merasakan cemburu yang berlebihan biasanya memiliki niatan maupun motivasi untuk melukai orang ketiga atau bahkan membunuh orang ketiga tersebut yang berada dalam hubungannya, serta orang yang merasakan cemburu juga dapat melukai pasangannya itu sendiri.

Cemburu yang berlebihan juga timbul juga dapat disebabkan karena tidak saling terbukanya pasangan, hal ini dapat menimbulkan perasaan cemburu akibat kecurigaan terhadap pasangannya. Tidak saling terbuka antar pasangan menyebabkan pasangannya tersebut sering berburuk sangka, terutama ketika melihat pasangannya bersama lawan jenis tanpa menjelaskan siapa orang tersebut. Bahkan terang-terangan berdekatan dengan lawan jenis, sehingga hal tersebut memicu suatu yang tidak diinginkan. Kemungkinan yang terjadi akan munculnya keributan dengan pasangannya atau bahkan dapat bertengkar dengan orang yang ingin dekat dengan pasangannya.

Ternyata cemburu yang berlebihan dapat menimbulkan hubungan yang tidak sehat atau dikenal dengan Toxic Relationship. Cemburu yang berlebihan bisa menyebabkan seseorang menjadi terlalu mengekang pasangannya, sehingga hal tersebut akan membuat hubungan asmaranya menjadi toxic relationship. Pengekangan yang dimaksud seperti tidak membolehkan pasangannya bermain dengan temannya, atau bisa dibilang salah satu pasangannya tidak membebaskan pasangannya untuk melakukan apa yang ia inginkan. Hal tersebut bisa disebut dengan posesif, posesif ini sendiri biasanya juga disebabkan oleh seseorag merasakan cemburu yang berlebihan terhadap pasangannya. Sehingga hal tersebut bisa membuat dirinya menjadi posesif dan juga penyebab seseorang berperilaku posesif dikarenakan pasangannya pernah membuat kesalahan. Misalnya, pasangannya pernah membuat suatu kesalahan yang fatal, sehingga membuat pasangannya bersikap posesif. Sikap posesif ini lah yang dapat menimbulkan sebuah hubungan menjadi tidak sehat atau dikenal dengan toxic relationship.

Wismanto (2019), mengatakan bahwa toxic relationship ini cenderung memiliki makna yang lebih mendalam untuk hubungan yang tidak sehat dan juga dapat menyebabkan seseorang berkeinginn untuk membunuh. Murray (2007), juga mengatakan bahwa toxic relationship sesuatu hal yang bisa menyebabkan seseorang menyakiti pasangannya satu sama lainnya, baik itu melakukan kekerasan secara fisik, verbal, maupun kekerasan seksual. Biasanya seseorang yang terperangkap dalam toxic relationship sulit untuk keluar dari zona tersebut, sulitnya untuk keluar dari perangkap tersebut dikarenakan ketergantungan dengan pasangannya. Ketergantung yang dimaksud ketika seseorang tidak bisa hidup tanpa pasangannya, sehingga ia akan melakukan dan menerima perlakuan apapun dari pasangannya agar hubungannya tetap berjalan.

Namun, masih terdapat beberapa orang yang tidak bisa keluar dari hubungan yang tidak sehat ini. Seseorang yang tidak dapat keluar dari zona tersebut disebabkan karena adanya perasaan takut terhadap pasangannya, sehingga tidak berani untuk mengakhiri hubungan tersebut. Rasa takut yang timbul disebabkan adanya ancaman dari pasangannya, ancaman ini dapat membuat seseorang yang merasa takut akan terus terperangkap dalam hubungan yang tidak sehat.

Mengenai penjelasan terkait cemburu, cemburu berkemungkinan untuk terjadinya sebuah hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship. Namun, hal tersebut tergantung bagaimana inividu dapat mengatasi perasaan cemburu yang sedang dialaminya. Semakin tinggi tingkat kecemburuannya maka akan menimbulkan efek negatif dan akan memicunya pertengkaran dengan pasangannya. Oleh karena itu, kendalikan diri sendiri terlebih dahulu, cemburu tidak dipermasalahkan tetapi lebih baik untuk saling berkomunikasi dengan pasangannya agar perasaan cemburu dapat diatasi dengan baik.

Referensi

Arifin P I, & Nurchayati. (2023). Self-Worth pada Perempuan yang Pernah Terlibat Toxic Relationship The Self-Worth of Women in Toxic Relationships. Jurnal Penelitian Psikologi, 10, 45–61.

Attridge, M. (2013). Jealousy and Relationship Closeness. SAGE Open, 3(1), 215824401347605. https://doi.org/10.1177/2158244013476054

Camelia. (2020, September 30). 5 Dampak Buruk dari Rasa Cemburu yang Berlebih. Liputan 6.

Yulianto, A. (2009). cemburu dalam hubungan percintaan. Metamorfosis: Buletin Ilmiah Psikologi, Fakultas Psikologi UKRIDA, 3(15), 6–11.

Yulianto, A. (2010). proses cemburu dalam hubungan percintaan. Metamorfosis: Buletin Ilmiah Psikologi, 4(18), 14–19.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image