Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ceisyafira Anindita Azzahra

Benarkah Cemburu Dapat Memicu Individu Menjadi Abusive?

Edukasi | Friday, 01 Dec 2023, 20:02 WIB

Saat individu memulai perjalanan percintaannya ke dalam sebuah hubungan, berbagai perasaan baru tentu akan hadir bersamaan dengan perilaku baru yang timbul setelah berhasil beradaptasi dengan kondisi hubungan yang terjalin. Hubungan percintaan ini ditandai oleh hadirnya keintiman antara individu yang menjalin hubungan (Yulianto, 2009). Intimasi menurut Sternberg, (1997) mengacu pada kehangatan, keterbukaan, sikap saling menghargai, memberi dan menerima dukungan emosional. Selain itu, intimasi juga dapat ditunjukkan dengan sikap saling mendengarkan, menghabiskan waktu bersama, sikap jujur, dan mempercayai satu sama lain . Menjalin sebuah hubungan tentu tidak akan terlepas dari ancaman yang berakhir mendatangkan rasa cemburu. Kecemburuan menurut DeSteno et al., Harmon-Jones et al., (dalam Peters et al., 2014) adalah sebuah respons emosional secara spesifik ketika merasakan ancaman yang datang ke dalam hubungan.

Ditinjau dari beberapa kasus, ternyata cemburu yang terjadi dalam sebuah hubungan dikategorikan menjadi dua tingkatan. Berikut tingkatannya,

1. Cemburu yang masih dalam batas wajarCemburu dalam batas wajar yaitu kondisi dimana pada tingkat ini cemburu yang hadir justru membawa dampak positif ke dalam hubungan seperti komunikasi yang lebih baik, mengevaluasi kondisi dan situasi hubungan, serta lebih eratnya hubungan.

2. Cemburu yang hanya akan menghadirkan situasi negatif

Kecemburuan pada tingkat ini biasanya diawali dengan adu mulut tidak berujung akibat rasa cemburu buta yang dirasakan pasangan. Kondisi ini merupakan pemicu utama pasangan melakukan tindak kekerasan ke dalam hubungan atau biasa disebut abusive relationship.

Ilustrasi Abusive Relationship

Pada kenyataannya, banyak hubungan yang justru membawa individu ke dalam kondisi abnormal. Salah satu kondisi abnormal yang dapat sebuah hubungan percintaan hadirkan yaitu kekerasan. Kekerasan adalah sebuah tindakan yang mengancam seseorang secara sengaja hingga menyebabkan orang lain terluka dan takut (Nailil Husna Awaly et al., n.d.). Perempuan mendominasi sebagai korban atas tindak kekerasan dalam hubungan yang tengah marak terjadi ini. Lalu apakah yang mendorong pasangan terutama laki-laki, melakukan tindak kekerasan kepada seseorang yang dicintainya? Dilansir oleh Beautynesia, penyebab pasangan melakukan kekerasan dalam hubungan diantaranya, stress, trauma yang tidak tertangani, cemburu dan posesif, kurangnya empati, memiliki gaya hidup tak sehat, dan sifat temperamental (Sari, 2022)

Menurut Almeida & Schlösser, (2014) kecemburuan sering dikaitkan dengan efek menyakiti bahkan “merusak” pasanganya. Nyatanya memang dibanyak kasus abusive relationship, faktor pendorong utama pasangan melakukan tindakan kekerasan ialah rasa cemburu buta akan ancaman dari pihak ketiga yang dianggap sebagai saingannya. Kondisi ini tentu perlu menjadi perhatian publik sebab kerugian atas perilaku ini tidak hanya akan berimbas secara fisik maupun psikis kepada korban, namun juga bagi pelaku. Tindakan pelaku kekerasan yang berawal dari hubungan percintaan akan dapat berimbas pada kehidupannya selanjutnya, dimana pelaku akan memiliki kemampuan pengendalian emosi yang buruk bahkan terhadap situasi-situasi yang ringan.

Maraknya kasus-kasus abusive relationship, ditambah kasus ini tidak hanya datang dari kalangan masyarakat namun juga dari orang-orang yang tersohor, sehingga membuat kasus ini menjadi buah bibir khalayak saat ini. Kondisi kasus kekerasan dalam hubungan ini sebenarnya dapat diminimalisir dengan perilaku-perilaku yang dihadirkan dengan dorongan dari sekitarnya maupun secara mandiri oleh individu pada saat akan menjalin hubungan. Individu dapat memulai pencegahan dengan pengendalian emosi dalam menghadapi situasi tertentu, mengkomunikasikan dengan pasangan, bahkan dapat melakukan pengalihkan sebuah ancaman yang hadir ke dalam hubungan menjadi sebuah acuan untuk mempererat hubungan yang terjalin karena cemburu pada hakikatnya tidak melulu mengenai hal negatif, seperti menurut Bringle., De Silva., (dalam Yulianto, 2010) cemburu dalam hubungan percintaan disebut romantic jealousy, yang merupakan hal lumrah dalam sebuah hubungan. Dengan menerapkan sikap-sikap demikian, kemungkinan terjadinya kekerasan dalam hubungan dapat dicegah dan kasus-kasus abusive relationship ini dapat teratasi dengan baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image