Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Waqiah

Krisis Identitas: Refleksi Budaya Melalui Lensa Etika Berpakaian dan Fashion Barat

Gaya Hidup | Friday, 01 Dec 2023, 12:36 WIB

Krisis identitas: Refleksi Budaya melalui lensa Etika berpakaian dan Fashion Barat 

Budaya berpakaian fashion barat

Masyarakat Indonesia akan terbuka dengan hadirnya inovasi- inovasi dalam hidupnya, namun masuknya beberapa budaya non lokal di Indonesia secara liberal dengan tanpa di filterisasi antara inovasi yang baik dan yang berdampak. Menjadikan masyarakat akan begitu mudah menerima semua hal- dari luar. Kondisi ini sudah menjadi fenomena yang gempar di Indonesia khususnya nya untuk kalangan remaja, belum bisa memilah mana yang sesuai dengan norma- norma dan yang tidak berlaku di Indonesia.

Misalnya datangnya budaya kebarat-baratan menjadikan remaja buta akan aturan dan norma yang berlaku di Indonesia. Bukan hanya itu sebagai negara yang memiliki identitas pun, dengan sendirinya tertutupi oleh budaya barat yang memang sangat mendominasi oleh ketertarikan kalangan remaja. Remaja merupakan usia yang memang rentan akan pengaruh terhadap gesekan dari luar.

Oleh karena itu, budaya asing dengan mudah merubah gaya hidup remaja saat ini, budaya barat ini biasa di sebut westernisasi. Sampai saat ini, gaya hidup menjadi sasaran yang di salah gunakan oleh sebagian besar, khususnya dari remaja yang berada di kota metropolitan hingga tersampaikan ke desa.

Gaya yang mereka tiru saat ini dengan mengikuti mode terbaru misalnya fashion kebarat-baratan, jika mereka dapat memfilter.yang baik dan tepat pengaruhnya dapat diminimalisir atau positif. Namun jika, tidak pandai dalam memfilter maka akan sangat jelas dari pengaruh negatif bagi mereka. Budaya dalam hal ini merupakan kebiasaan cara hidup seseorang yang tumbuh dari diri seseorang, kelompok yang mana di wariskan dari generasi ke generasi.

Budaya dapat terbentuk dari melalui unsur budaya, adat istiadat, pakaian, bahasa ataupun pola yang menyeluruh dan kompleks. Kebiasaan akan masyarakat yang membentuk suatu budaya yang tercipta menjadi dasar identitas oleh masyarakat itu sendiri. Identitas dan budaya saling terkait erat dengan satu sama lian.

Identitas seseorang sering kali di pengaruhi oleh budaya tempat yang di lahirkan, termasuk nilai, kepercayaan, tradisi, bahasa, serta norma sosial yang ada dalam budaya. Budaya memberikan kerangka yang membentuk bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Identitas individu sering kali terbentuk oleh bagaimana mereka mengadopsi, memodifikasi, atau menolak norma-norma budaya yang mereka alami. Adanya keragaman budaya di dunia juga berkontribusi pada keberagaman identitas. Individu dapat merasakan identitas yang berbeda-beda tergantung pada seberapa erat mereka terikat dengan berbagai budaya yang mereka kenal atau identifikasi mereka dengan budaya tertentu yang mereka pilih.

Dalam konteks yang lebih luas, budaya juga dapat menjadi sumber kekuatan bagi individu untuk memahami identitas mereka, sambil tetap mempertahankan hubungan dengan masyarakat yang lebih besar di sekitarnya. Fenomena di Indonesia yang tak kalah dengan kebutuhan primer seseorang yaitu bagaimana fashion dalam berpakaian, menjadi ciri yang mutlak untuk mengetahui identitas seseorang.

Cara seseorang berpakaian seringkali menjadi cara yang dapat disimpulkan dengan mengekspresikan siapa, nilai apa, dan bagaimana mereka ingin dilihat dunia. Melalui fashion seseorang bisa menunjukan preferensi kepribadiannya, baik dari warna, gaya, desain,ataupun jenis pakaian yang di kenakan.

Dapat simpulkan seseorang dapat terdeteksi identitasnya melalui kebiasaan budaya, agama, kelompok, dan sosial. Contohnya pakaian tradisional menunjukkan afiliasi atau keterikatan dengan budaya setempat. Selain itu, fashion juga dapat mengekspresikan individu dalam kreativitas bagaimana merangkai pakaian, dengan aksesoris, gaya rambut yang mana dapat menjadi cerminan untuk melihat diri mereka dan dapat dilihat oleh dunia luar.

Namun, dari realita yang ada seseorang menjadikan identitas tersebut tidak di barenge dengan kesesuaian norma dan nilai, adat setempat sehingga mudah terkikisnya etika dan identitas tempat.

2. Konflik Identitas, adanya perbedaan antara nilai-nilai budaya tradisional dan gaya berpakaian modern. Dapat menyebabkan individu merasa terpecah antara identitas budaya asli dan pengaruh global.

3. Penggabungan Identitas, Namun, bagi sebagian individu, adopsi elemen dari fashion barat bisa menjadi cara untuk menggabungkan identitas budaya mereka dengan budaya yang lebih luas, sebagaimana bentuk ekspresi identitas yang unik dan inklusif.

4. Pengakuan Budaya Sendiri, adopsi fashion barat dapat membuat individu lebih menghargai dan mengakui nilai-nilai budaya mereka sendiri. Hal ini terjadi ketika seseorang menggunakan fashion barat sebagai alat untuk menyampaikan atau memperkuat identitas budaya mereka. Kemirisan ini bukan timbul karena faktor internal melainkan, perubahan dunia dalam konteks globalisasi.

Globalisasi dapat menjadi pemicu bagi krisis identitas pada sejumlah individu. Pada satu sisi, globalisasi membawa integrasi antara budaya-budaya di seluruh dunia, memungkinkan pertukaran informasi, ide, dan nilai-nilai yang lebih luas. Namun, dampaknya juga bisa membuat beberapa orang merasa kebingungan atau kehilangan identitas mereka karena eksposur yang besar terhadap budaya asing.

Beberapa faktor yang menyebabkan krisis identitas dalam konteks globalisasi meliputi:

  1. Pengaruh Media Massa, Media yang mendunia memperkenalkan norma-norma budaya dari berbagai belahan dunia. Hal ini dapat membuat individu terpapar pada beragam nilai dan gaya hidup yang berbeda, sehingga terkadang sulit bagi mereka untuk memilih identitas yang tepat.
  2. Nilai-Nilai Tradisional, Adopsi nilai-nilai global seringkali menyebabkan konflik dengan nilai-nilai tradisional yang diyakini oleh individu atau kelompoknya. Ini dapat menciptakan dilema identitas.

Mobilitas dan Interaksi Antarbudaya, Bertambahnya mobilitas dan interaksi antarbenua memungkinkan individu untuk terlibat dalam berbagai budaya. Namun, terlalu banyak pilihan dan pengaruh dari berbagai budaya bisa membuat seseorang kehilangan arah dalam menentukan identitas. Budaya berpakaian di Indonesia, sebelum adanya budaya asing masuk, pakaian menjadi identitas tempat yang mana menggambarkan keseragaman yang menunjukan simbol keharmonisan jika dalam suatu daerah sedang mengenakkannya misalnya pada event- event tradisional tertentu. Sebelum itu, hanya nenek moyang yang menjadi reverensi pandangannnya. Dari adat, agama, dan suku yang menjadi pengelompokan tersebut.

Setiap daerah memiliki pakaian tradisional sendiri yang mana kaya akan keunikannnya, misalnya pakaian kebaya dari Jawa, ulos dadu Sumatra utara, bodo Sumatra Selatan dan lain lain. Selain itu, faktor agama juga memainkan peran penting dalam penentuan pakaian misalnya pakaian adat pada saat hari raya besar idul Fitri dan natal. Namun, melihat oleh adanya perubahan yang membawa adopsi gaya pakaian dari luar negri terutama dalam dunia fashion Yang tidak di imbangi dengan kesesuaian yang semestinya dalam mempertahankan identitas buda Beberapa Pengaruh fashion barat terhadap etika sering kali berkaitan dengan beberapa hal, seperti:

  1. Ekspresi Individ, fashion barat sering memberikan kebebasan ekspresi bagi individu, tetapi kadang juga dapat mengabaikan norma-norma sosial atau nilai-nilai tradisional dalam suatu budaya.
  2. Komodifikasi Budaya, terkadang, penggunaan simbol-simbol atau elemen budaya dari suatu komunitas tertentu dalam fashion barat dapat dianggap sebagai komodifikasi atau pemakaian yang tidak hormat terhadap nilai-nilai budaya aslinya.
  3. Pengaruh Media, fashion barat yang dipromosikan melalui media sering mempengaruhi persepsi mengenai standar kecantikan, citra tubuh, dan norma-norma yang berhubungan dengan pakaian.
  4. Keterbukaan dan Tolerans, di sisi lain, fashion barat juga bisa mempromosikan nilai-nilai keterbukaan, toleransi, dan inklusivitas dengan memperkenalkan orang pada beragam gaya dan budaya. Berdasarkan pandangan Islam pun etika berpakaian dan fashion barat terdapat beberapa fashion yang memeng tidak sesuai standar sehingga menentang dalam prinsip Islam, baik berdasarkan aurat, yang melibatkan kesopanan, kehormatan dan prinsip ketidakberlebihan.

Okeh karena itu perlu mempertimbangkan bagaimana gaya tersebut dapat diadaptasi dengan kesuaian standar prinsip berpakaian yang di anjurkan. Oleh karena itu melihat akan kemisrisan tersebut di harapkan untuk masyarakat Indonesia agar tidak buta terhadap adopsi berlebihan tehadap fashion barat melalui pemahaman akan nilai budaya dan lokal, perlunya pengakuan yang yakin terhadap identitas budaya, supaya tidak kalah dengan fashion barat kreativitas juga penting demi meningkatkan besar minat budaya lokal serta pandai dalam melakukan pendekatan yang seimbang antara adopsi trend Fashion Barat menjaga identitas budaya sendiri. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk tetap mengikuti tren tanpa harus kehilangan akar budaya mereka.

Mengglobalnya dunia krisis akan kehilangan identitas dapat di minimalkan tergantung pada bagaimana mereka menyesuaikan dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal salah satunya di pengaruhi oleh fashion barat. Krisis identitas atau hilangnya budaya setempat dapat terjadi dengan pengaruh fashion barat dalam budaya berpakaian. Hal ini dapat terjadi karena adanya adopsi gaya berpakaian barat yang menyebabkan perubahan dalam cara seseorang mengindentifikasi dirinya. Beberapa adopsi terhadap Krisis identitas berkaitan dengan perasaan, kehilangan akar, budaya lokal, penerapan yang tidak sejalan dengan norma dan nilai tradisional. Adopsi fashion barat sulit untuk di batasi akibatnya seseorang dapat kehilangan koneksi budaya lokal sehingga terombang ambing akan ketidak jelasan ciri identitas di tempat itu sendiri.1. Pengurangan Nilai Tradisional, Terlalu banyak adopsi gaya barat kadang-kadang dapat membuat individu atau kelompok kehilangan nilai-nilai tradisional dalam berpakaian, menyebabkan kurangnya pengenalan terhadap pakaian atau simbol-simbol khas dari budaya mereka sendiri.

Pengaruh gaya berpakaian fashion barat terhadap identitas budaya dapat memiliki beberapa dampak:

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image